V. Serba-Serbi
A. Sakramen
033) Bolehkah umat Non-Orthodox mengikuti Liturgi Suci (Ibadah/Misa) Orthodox serta menerima Perjamuan Kudus/Ekaristi-Komuni?
Jawab:
Umat Non-Orthodox (Katolik Roma, Uniat Timur, Protestan, dan agama lain) diperbolehkan untuk mengikuti Liturgi Suci dan melakukan Sembahyang Harian Pribadi, namun sepanjang belum menjadi umat Orthodox maka Hukum Gereja menegaskan bahwa umat Non-Orthodox belum diperbolehkan untuk menerima Perjamuan Kudus/Ekaristi-Komuni karena dianggap belum pada satu iman dan satu ajaran dengan Gereja Orthodox.
034) Apakah umat Kristen Non-Orthodox yang sudah dibaptis air harus dibaptis air ulang ketika menjadi umat Orthodox? Apakah umat Kristen Non-Orthodox yang sudah menerima Sakramen Khrisma harus menerima Sakramen Khrisma ulang?
Jawab:
Bila baptisan air yang dilakukan tidak sesuai dengan standar rumusan baptisan air Gereja Orthodox maka harus dilakukan baptisan air ulang, namun jika sudah sesuai maka Gereja Orthodox hanya menawarkan umat untuk mengalami pengalaman baptisan air Orthodox (melalui Imam tertahbis sesuai jalur kerasulan yang sah, dengan rumusan yang benar, dan cara yang benar, yaitu penyelaman kedalam air), namun demikian jika umat menolaknya maka Gereja Orthodox tidak dapat memaksa melainkan hanya memberikan Sakramen Khrisma (sekalipun sudah pernah menerima Sakramen Khrisma di Gereja Non-Orthodox) sebagai tanda bahwa umat yang bersangkutan telah bergabung secara resmi dalam Gereja Orthodox.
035) Apakah Gereja Orthodox melaksanakan Sakramen Baptisan Air kepada kanak-kanak (dan juga bayi)? Mengapa kanak-kanak (dan juga bayi) yang belum mengerti arti iman dibaptiskan?
Jawab:
Ya, Gereja Orthodox melaksanakan Sakramen Baptisan Air kepada kanak-kanak (dan juga bayi) dengan sifat tidak wajib namun dianjurkan, adapun hal ini dilakukan karena:
a) Baptisan adalah Sakramen yang merupakan rahmat Allah, dengan demikian karena sifatnya yang berupa rahmat maka tidak dibatasi dengan usia ataupun pemikiran seseorang.
b) Selaras dengan Sunat dalam Perjanjian Lama, seorang bayi disunat 8 hari setelah kelahirannya sebagai tanda kehidupan baru dalam Allah (hari ke-8 menunjukkan hari yang baru setelah hari ke-7), demikian juga dalam Perjanjian Baru seorang bayi dibaptiskan (meskipun tidak wajib namun dianjurkan) pada hari ke-8 setelah kelahirannya, sebab kita tahu bahwa baptisan adalah bentuk pararel dari Sunat Perjanjian Lama.
Kol 2:11-12
11. Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,
12. karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.
Karena dalam Perjanjian Lama, kanak-kanak (termasuk bayi) disunat tanpa mengerti arti dari sunat, tersebut maka dalam Perjanjian Baru, kanak-kanak (termasuk bayi) juga diperkenankan untuk dibaptis air meskipun mereka belum mengerti sepenuhnya arti dari baptisan, namun demikian dengan suatu kondisi bahwa secepat mungkin setelah sang individu dapat memahami iman maka adalah tugas bagi Gereja untuk menolongnya memahami arti iman itu.
c) Tidak sepatutnya kita menghalangi kanak-kanak yang hendak datang kepada Yesus Kristus.
Mat. 19:14
14. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga."
036) Apakah Imam Orthodox diwajibkan untuk selibat ataukah harus menikah?
Jawab:
Tidak keduanya, ada kebebasan untuk memilih dalam memenuhi panggilan pelayanan dalam Gereja Orthodox, Imam diperkenankan untuk memilih menikah maupun selibat, sesuai dengan teladan Rasul Petrus yang menikah dan Rasul Paulus yang selibat.
Mat 19:12
12. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."
1Kor 7:37-38
37. Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik.
38. Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.
Sebagai aturan tata administrasi Gereja, maka bagi Imam yang mengelola wilayah lebih luas (sebagai Uskup ke atas) dipilih dari kalangan Imam yang selibat, hal ini adalah supaya memudahkan dalam tata administrasi Gereja dan tidak membebankan hal-hal yang lebih berat bagi mereka yang menikah, sebab Kitab Suci berkata:
1Kor 7:28,34-35
28. Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.
33. Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya,
34. dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
Pilihan untuk menikah ataupun selibat bagi Imam harus dilakukan sebelum penerimaan Sakramen Imamat, sebab Kitab Suci mencatat:
1Kor 7:20
20. Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah.
B. Kehidupan Rohani, Tata Aturan & Perkakas Gerejawi
037) Bagaimana Gereja Orthodox memandang terhadap fenomena klaim "bahasa roh" yang seringkali dilakukan pada era modern ini? Apakah prinsip kenabian dan kerasulan dalam Gereja Orthodox sudah terhenti? Adakah mujizat dalam Gereja Orthodox dan bagaimana Gereja Orthodox menyingkapinya?
Jawab:
a) Gereja Orthodox tidak menyangkal bahwa dalam Kitab Suci mencantumkan salah satu karunia Roh Kudus adalah berbahasa lidah.
b) Dalam era modern ini patut diuji kembali secara ketat, apakah klaim "bahasa roh" tersebut adalah bahasa lidah yang asli sama dengan zaman para rasul ataukah hanya merupakan Gejala Psikologis semata-mata?
c) Adakah jika bahasa lidah (karunia Roh Kudus) itu asli maka bertentangan dengan aturan Kitab Suci dalam 1Kor 14:27-28 yang diinspirasikan oleh Roh Kudus sendiri? Bukankah terdapat aturan dalam berbahasa lidah yaitu paling banyak tiga orang dan harus disertai dengan tafsirannya? Sedangkan pada era modern semua umat berbahasa roh secara ramai-ramai dan tidak jelas...
1Kor 14:27-28
27. Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.
28. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.
d) Bahasa lidah adalah roh manusia yang berbicara (bukan Roh Kudus yang berbicara), Kitab Suci menyatakan sebagai berikut:
1Kor 14:14
14. Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.
Ketika Rasul Paulus berdoa dengan bahasa lidah maka dikatakan "rohkulah yang berdoa" bukan "Roh Kuduslah yang berdoa", sehingga selanjutnya bahasa lidah adalah bentuk doa yang sifatnya prematur dan lebih rendah jika dibandingkan dengan doa lisan yang disertai dengan kesungguhan hati, hal ini sesuai dengan pernyataan Kitab Suci bahwa bahasa lidah adalah bagi mereka yang kurang beriman,
1Kor 14:22a
22. Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman.
Gereja Orthodox mengakui bahwa mujizat Allah masih berlansung sampai masa kini, juga fungsi kenabian (diwakili oleh para Mistikus dan Janasuci) dan kerasulan (diwakili oleh Hierarki Gereja).
This, however, is not to say that the spirit of prophecy is dead in the Church; there are many instances of saints and other Orthodox receiving prophetic dreams or visions.
Translate:
Hal ini, bagaimanapun juga, tidak dikatakan bahwa roh nubuat menjadi mati/terhenti dalam Gereja; disana banyak yang menerima mimpi dan penglihatan kenabian, contohnya para Janasuci dan kaum Orthodox lainnya.
[http://www.OrthodoxWiki.org/Prophet]
038) Mengapa gedung Gereja dan ketika umat melakukan sembahyang memiliki arah kiblat ke timur? Apakah Gereja Orthodox berkiblat ke arah Yerusalem?
Jawab:
Gereja Orthodox bukan berkiblat ke arah Yerusalem, namun berkiblat secara semesta ke arah timur, dengan demikian arah kiblat Gereja Orthodox ditujukan bagi hal diluar bumi, yaitu hal-hal yang Sorgawi. Gereja Orthodox berkiblat ke timur karena:
a) Mengingatkan umat agar tetap dalam kondisi berjaga-jaga menyambut kedatangan Kristus dari arah timur.
Mat 24:27
27. Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia.
b) Mengingatkan umat agar berpengharapan akan Firdaus yang berada disebelah timur.
Kej 2:8
8. Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.
c) Mengingatkan umat bahwa dirinya adalah Bait Allah rohani, Bait Allah dalam Perjanjian Lama menghadap ke arah timur.
1Kor 3:16
16. Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
Yeh 47:1
1. Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu Bait Suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci itu dan mengalir menuju ke timur; sebab Bait Suci juga menghadap ke timur; dan air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci itu, sebelah selatan mezbah.
d) Mengingatkan umat bahwa kemuliaan Tuhan masuk melalui timur.
Yes 43:4
Sedang kemuliaan TUHAN masuk di dalam Bait Suci melalui pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur,
039) Bukankah Kitab Suci mencatat dalam Yeh 8:16 bahwa adalah kekejian bagi Tuhan untuk berkiblat ke arah timur?
Jawab:
Yeh 8:16
16. Kemudian dibawa-Nya aku ke pelataran dalam rumah TUHAN; sungguh, dekat jalan masuk ke bait TUHAN, di antara balai Bait Suci dan mezbah ada kira-kira dua puluh lima orang laki-laki, yang membelakangi bait TUHAN dan menghadap ke sebelah timur sambil sujud pada matahari di sebelah timur.
Dari ayat tersebut maka kita mendapati bahwa,
a) Adanya kata-kata "sujud pada matahari" merupakan bentuk penyembahan berhala yang terjadi pada zaman itu.
b) Perjanjian Baru dalam Yesus Kristus yang merupakan wujud dari Perjanjian Lama belum dihadirkan oleh Allah sehingga konsep tubuh sendiri sebagai Bait Allah secara jelas belum dapat dilaksanakan.
040) Mengapa umat perempuan dalam Gereja Orthodox mengenakan tudung kepala? Apakah hal ini merupakan pengaruh dari agama Islam?
Jawab:
Jelas bukan terpengaruh oleh budaya Islam karena Gereja Orthodox sudah lama ada jauh sebelum Islam ada. Umat perempuan Gereja Orthodox memakai tudung kepala saat ibadah karena hal itu berdasarkan Tradisi Rasuli dan selaras dengan perintah Kitab Suci sendiri,
1Kor 11:5,13
5. Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.
13. Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?
041) Bagaimana dengan para Imam yang mengenakan tudung kepala? Bukankah 1Kor 11:4 menyatakan bahwa laki-laki dilarang bertudung kepala saat beribadah?
Jawab:
1Kor 11:4 merupakan Surat Rasul Paulus yang ditujukan kepada umat dan bukan kepada kaum Klergi (Hierarki Gereja), aturan tudung kepala bagi Kaum Klergi sudah ada sejak masa Perjanjian Lama, misalnya:
Kel 28:4
4. Inilah pakaian yang harus dibuat mereka: tutup dada, baju efod, gamis, kemeja yang ada raginya, serban dan ikat pinggang. Demikianlah mereka harus membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, dan bagi anak-anaknya, supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku.
Kata “serban” (KJV: turban) adalah sejenis tudung kepala yang dipakai oleh Imam Perjanjian Lama, dalam kaidah Perjanjian Baru, tudung kepala ini tetap digunakan bagi Imam yang selibat namun dalam pemaknaan Kristosentris (berpusat pada Kristus), yang secara simbolik menyatakan sebagai pengantin Kristus. Dengan demikian hanya Imam tertentu saja yang diperbolehkan menggunakan atribut tudung kepala, sedangkan bagi umat laki-laki sama sekali tidak boleh menggunakan tudung pada waktu ibadah.
042) Apakah Gereja Orthodox membuat Tanda Salib (Signum Crucis)? Sejak kapan pembuatan Tanda Salib ini dilakukan?
Jawab:
Ya, Gereja Orthodox membuat Tanda Salib (Signum Crucis), namun pembuatan tanda salib Gereja Orthodox Timur memiliki gestur, cara gerak, dan makna yang berbeda dengan Gereja Katolik Roma.
Gereja Orthodox Timur menggunakan cara membuat Tanda Salib sebagaimana Gereja Para Rasul mula-mula membuatnya, yaitu gerakan dari atas ke bawah kemudian kanan ke kiri (Gereja Katolik Roma mengembangkannya dari kiri ke kanan)
Writers such as Herbert Thurston, author of the article "Sign of the Cross"in the Catholic Encyclopedia interpret this as indicating that at that time both Eastern and Western Christians moved the hand from the right shoulder to the left.
Translate:
Penulis seperti Herbet Thurston, penulis artikel "Tanda Salib" dalam Ensiklopedia Katolik menafsirkan bahwa ini sebagai indikasi bahwa pada waktu itu baik Kristen Timur dan Barat menggerakkan tangan dari bahu kanan ke kiri.
[http://en.wikipedia.org/wiki/Signum_crucis]
Seorang Theolog dari wilayah Khartage-Afrika yang dibawah yuridiksi Roma, Quintus Septimius Florens Tertullianus (160 s/d 220 AD) dalam tulisannya menyatakan: "Kita umat Kristen mengenakan pada dahi kita dengan tanda salib", dengan demikian kita mengetahui bahwa pembuatan Tanda Salib sudah dilakukan oleh Gereja Perdana.
043) Mengapa Gereja Orthodox menggunakan Ikon dalam kehidupan rohaninya? Apakah Ikon juga digunakan dalam Gereja Orthodox Oriental Syria?
Jawab:
Ya, Ikon juga digunakan dalam Gereja Orthodox Oriental Syria. Penggunaan Ikon ternyata sudah jauh sejak sebelum zaman Perjanjian Baru, bahkan Kitab Suci mencatat sebagai berikut,
Kel 26:1
1. "Kemah Suci itu haruslah kaubuat dari sepuluh tenda dari lenan halus yang dipintal benangnya dan dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi; dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun, haruslah kaubuat semuanya itu.
Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan sebuah gambar (Ikon) Kerub ditenun pada kain tersebut. Mengapa Allah memerintahkan yang demikian? Karena memang harus dipilahkan antara menghormati (dulia) benda-benda kudus (tidak hanya Ikon, namun juga Kitab Suci, Air Suci, Minyak Khrisma, Busana Gerejawi, dsb) dan menyembah (latria) benda-benda kudus, umat Kristen dilarang menyembah benda-benda kudus melainkan harus menghormati benda-benda kudus. Penghormatan kepada benda-benda kudus sama halnya dengan seseorang yang menghormati bendera negara, saat menghormat tentu kita tidak sedang menyembah bendera negara tersebut bukan? Demikian juga saat umat Orthodox mencium benda-benda kudus bukan dimaksudkan menyembah benda-benda kudus tersebut melainkan sebanding ketika kita mencium foto orang yang kita kasihi bukan berarti kita mencintai foto tersebut namun makna yang dilukiskan didalamnya.
Tanpa disadari, ternyata penggunaan Ikon dalam Perjanjian Lama sudah ada sejak lama, bahkan dalam suatu penelitian arkeologis ditemukan bahwa dalam Sinagoga Yahudi Dura Europos (silahkan klik pada tulisan untuk melihat gambar Sinagoga Yahudia Dura Europos) pada tahun 244 AD ditemukan Ikon Peristiwa Kitab Ester. Juga Puluhan Ikon (silahkan klik pada tulisan untuk melihat gambar puluhan Ikon Yudaisme dalam Sinagoga) diletakkan didepan dimana umat Yahudi berdoa, bersujud, dan beribadah. Hal ini dilestarikan oleh umat Kristen secara Kristosentris, bahkan Sang Penginjil Lukas pernah membuat Ikon Bunda Maria, dan Kanak-Kanak Yesus Kristus pada tahun 60 AD (dibawah ini adalah salah satu Ikon yang dilukiskan oleh Sang Penginjil Lukas).
033) Bolehkah umat Non-Orthodox mengikuti Liturgi Suci (Ibadah/Misa) Orthodox serta menerima Perjamuan Kudus/Ekaristi-Komuni?
Jawab:
Umat Non-Orthodox (Katolik Roma, Uniat Timur, Protestan, dan agama lain) diperbolehkan untuk mengikuti Liturgi Suci dan melakukan Sembahyang Harian Pribadi, namun sepanjang belum menjadi umat Orthodox maka Hukum Gereja menegaskan bahwa umat Non-Orthodox belum diperbolehkan untuk menerima Perjamuan Kudus/Ekaristi-Komuni karena dianggap belum pada satu iman dan satu ajaran dengan Gereja Orthodox.
034) Apakah umat Kristen Non-Orthodox yang sudah dibaptis air harus dibaptis air ulang ketika menjadi umat Orthodox? Apakah umat Kristen Non-Orthodox yang sudah menerima Sakramen Khrisma harus menerima Sakramen Khrisma ulang?
Jawab:
Bila baptisan air yang dilakukan tidak sesuai dengan standar rumusan baptisan air Gereja Orthodox maka harus dilakukan baptisan air ulang, namun jika sudah sesuai maka Gereja Orthodox hanya menawarkan umat untuk mengalami pengalaman baptisan air Orthodox (melalui Imam tertahbis sesuai jalur kerasulan yang sah, dengan rumusan yang benar, dan cara yang benar, yaitu penyelaman kedalam air), namun demikian jika umat menolaknya maka Gereja Orthodox tidak dapat memaksa melainkan hanya memberikan Sakramen Khrisma (sekalipun sudah pernah menerima Sakramen Khrisma di Gereja Non-Orthodox) sebagai tanda bahwa umat yang bersangkutan telah bergabung secara resmi dalam Gereja Orthodox.
035) Apakah Gereja Orthodox melaksanakan Sakramen Baptisan Air kepada kanak-kanak (dan juga bayi)? Mengapa kanak-kanak (dan juga bayi) yang belum mengerti arti iman dibaptiskan?
Jawab:
Ya, Gereja Orthodox melaksanakan Sakramen Baptisan Air kepada kanak-kanak (dan juga bayi) dengan sifat tidak wajib namun dianjurkan, adapun hal ini dilakukan karena:
a) Baptisan adalah Sakramen yang merupakan rahmat Allah, dengan demikian karena sifatnya yang berupa rahmat maka tidak dibatasi dengan usia ataupun pemikiran seseorang.
b) Selaras dengan Sunat dalam Perjanjian Lama, seorang bayi disunat 8 hari setelah kelahirannya sebagai tanda kehidupan baru dalam Allah (hari ke-8 menunjukkan hari yang baru setelah hari ke-7), demikian juga dalam Perjanjian Baru seorang bayi dibaptiskan (meskipun tidak wajib namun dianjurkan) pada hari ke-8 setelah kelahirannya, sebab kita tahu bahwa baptisan adalah bentuk pararel dari Sunat Perjanjian Lama.
Kol 2:11-12
11. Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,
12. karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.
Karena dalam Perjanjian Lama, kanak-kanak (termasuk bayi) disunat tanpa mengerti arti dari sunat, tersebut maka dalam Perjanjian Baru, kanak-kanak (termasuk bayi) juga diperkenankan untuk dibaptis air meskipun mereka belum mengerti sepenuhnya arti dari baptisan, namun demikian dengan suatu kondisi bahwa secepat mungkin setelah sang individu dapat memahami iman maka adalah tugas bagi Gereja untuk menolongnya memahami arti iman itu.
c) Tidak sepatutnya kita menghalangi kanak-kanak yang hendak datang kepada Yesus Kristus.
Mat. 19:14
14. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga."
036) Apakah Imam Orthodox diwajibkan untuk selibat ataukah harus menikah?
Jawab:
Tidak keduanya, ada kebebasan untuk memilih dalam memenuhi panggilan pelayanan dalam Gereja Orthodox, Imam diperkenankan untuk memilih menikah maupun selibat, sesuai dengan teladan Rasul Petrus yang menikah dan Rasul Paulus yang selibat.
Mat 19:12
12. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."
1Kor 7:37-38
37. Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik.
38. Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.
Sebagai aturan tata administrasi Gereja, maka bagi Imam yang mengelola wilayah lebih luas (sebagai Uskup ke atas) dipilih dari kalangan Imam yang selibat, hal ini adalah supaya memudahkan dalam tata administrasi Gereja dan tidak membebankan hal-hal yang lebih berat bagi mereka yang menikah, sebab Kitab Suci berkata:
1Kor 7:28,34-35
28. Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.
33. Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya,
34. dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
Pilihan untuk menikah ataupun selibat bagi Imam harus dilakukan sebelum penerimaan Sakramen Imamat, sebab Kitab Suci mencatat:
1Kor 7:20
20. Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah.
B. Kehidupan Rohani, Tata Aturan & Perkakas Gerejawi
037) Bagaimana Gereja Orthodox memandang terhadap fenomena klaim "bahasa roh" yang seringkali dilakukan pada era modern ini? Apakah prinsip kenabian dan kerasulan dalam Gereja Orthodox sudah terhenti? Adakah mujizat dalam Gereja Orthodox dan bagaimana Gereja Orthodox menyingkapinya?
Jawab:
a) Gereja Orthodox tidak menyangkal bahwa dalam Kitab Suci mencantumkan salah satu karunia Roh Kudus adalah berbahasa lidah.
b) Dalam era modern ini patut diuji kembali secara ketat, apakah klaim "bahasa roh" tersebut adalah bahasa lidah yang asli sama dengan zaman para rasul ataukah hanya merupakan Gejala Psikologis semata-mata?
c) Adakah jika bahasa lidah (karunia Roh Kudus) itu asli maka bertentangan dengan aturan Kitab Suci dalam 1Kor 14:27-28 yang diinspirasikan oleh Roh Kudus sendiri? Bukankah terdapat aturan dalam berbahasa lidah yaitu paling banyak tiga orang dan harus disertai dengan tafsirannya? Sedangkan pada era modern semua umat berbahasa roh secara ramai-ramai dan tidak jelas...
1Kor 14:27-28
27. Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.
28. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.
d) Bahasa lidah adalah roh manusia yang berbicara (bukan Roh Kudus yang berbicara), Kitab Suci menyatakan sebagai berikut:
1Kor 14:14
14. Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.
Ketika Rasul Paulus berdoa dengan bahasa lidah maka dikatakan "rohkulah yang berdoa" bukan "Roh Kuduslah yang berdoa", sehingga selanjutnya bahasa lidah adalah bentuk doa yang sifatnya prematur dan lebih rendah jika dibandingkan dengan doa lisan yang disertai dengan kesungguhan hati, hal ini sesuai dengan pernyataan Kitab Suci bahwa bahasa lidah adalah bagi mereka yang kurang beriman,
1Kor 14:22a
22. Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman.
Gereja Orthodox mengakui bahwa mujizat Allah masih berlansung sampai masa kini, juga fungsi kenabian (diwakili oleh para Mistikus dan Janasuci) dan kerasulan (diwakili oleh Hierarki Gereja).
This, however, is not to say that the spirit of prophecy is dead in the Church; there are many instances of saints and other Orthodox receiving prophetic dreams or visions.
Translate:
Hal ini, bagaimanapun juga, tidak dikatakan bahwa roh nubuat menjadi mati/terhenti dalam Gereja; disana banyak yang menerima mimpi dan penglihatan kenabian, contohnya para Janasuci dan kaum Orthodox lainnya.
[http://www.OrthodoxWiki.org/Prophet]
038) Mengapa gedung Gereja dan ketika umat melakukan sembahyang memiliki arah kiblat ke timur? Apakah Gereja Orthodox berkiblat ke arah Yerusalem?
Jawab:
Gereja Orthodox bukan berkiblat ke arah Yerusalem, namun berkiblat secara semesta ke arah timur, dengan demikian arah kiblat Gereja Orthodox ditujukan bagi hal diluar bumi, yaitu hal-hal yang Sorgawi. Gereja Orthodox berkiblat ke timur karena:
a) Mengingatkan umat agar tetap dalam kondisi berjaga-jaga menyambut kedatangan Kristus dari arah timur.
Mat 24:27
27. Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia.
b) Mengingatkan umat agar berpengharapan akan Firdaus yang berada disebelah timur.
Kej 2:8
8. Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.
c) Mengingatkan umat bahwa dirinya adalah Bait Allah rohani, Bait Allah dalam Perjanjian Lama menghadap ke arah timur.
1Kor 3:16
16. Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
Yeh 47:1
1. Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu Bait Suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci itu dan mengalir menuju ke timur; sebab Bait Suci juga menghadap ke timur; dan air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci itu, sebelah selatan mezbah.
d) Mengingatkan umat bahwa kemuliaan Tuhan masuk melalui timur.
Yes 43:4
Sedang kemuliaan TUHAN masuk di dalam Bait Suci melalui pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur,
039) Bukankah Kitab Suci mencatat dalam Yeh 8:16 bahwa adalah kekejian bagi Tuhan untuk berkiblat ke arah timur?
Jawab:
Yeh 8:16
16. Kemudian dibawa-Nya aku ke pelataran dalam rumah TUHAN; sungguh, dekat jalan masuk ke bait TUHAN, di antara balai Bait Suci dan mezbah ada kira-kira dua puluh lima orang laki-laki, yang membelakangi bait TUHAN dan menghadap ke sebelah timur sambil sujud pada matahari di sebelah timur.
Dari ayat tersebut maka kita mendapati bahwa,
a) Adanya kata-kata "sujud pada matahari" merupakan bentuk penyembahan berhala yang terjadi pada zaman itu.
b) Perjanjian Baru dalam Yesus Kristus yang merupakan wujud dari Perjanjian Lama belum dihadirkan oleh Allah sehingga konsep tubuh sendiri sebagai Bait Allah secara jelas belum dapat dilaksanakan.
040) Mengapa umat perempuan dalam Gereja Orthodox mengenakan tudung kepala? Apakah hal ini merupakan pengaruh dari agama Islam?
Jawab:
Jelas bukan terpengaruh oleh budaya Islam karena Gereja Orthodox sudah lama ada jauh sebelum Islam ada. Umat perempuan Gereja Orthodox memakai tudung kepala saat ibadah karena hal itu berdasarkan Tradisi Rasuli dan selaras dengan perintah Kitab Suci sendiri,
1Kor 11:5,13
5. Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.
13. Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?
041) Bagaimana dengan para Imam yang mengenakan tudung kepala? Bukankah 1Kor 11:4 menyatakan bahwa laki-laki dilarang bertudung kepala saat beribadah?
Jawab:
1Kor 11:4 merupakan Surat Rasul Paulus yang ditujukan kepada umat dan bukan kepada kaum Klergi (Hierarki Gereja), aturan tudung kepala bagi Kaum Klergi sudah ada sejak masa Perjanjian Lama, misalnya:
Kel 28:4
4. Inilah pakaian yang harus dibuat mereka: tutup dada, baju efod, gamis, kemeja yang ada raginya, serban dan ikat pinggang. Demikianlah mereka harus membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, dan bagi anak-anaknya, supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku.
Kata “serban” (KJV: turban) adalah sejenis tudung kepala yang dipakai oleh Imam Perjanjian Lama, dalam kaidah Perjanjian Baru, tudung kepala ini tetap digunakan bagi Imam yang selibat namun dalam pemaknaan Kristosentris (berpusat pada Kristus), yang secara simbolik menyatakan sebagai pengantin Kristus. Dengan demikian hanya Imam tertentu saja yang diperbolehkan menggunakan atribut tudung kepala, sedangkan bagi umat laki-laki sama sekali tidak boleh menggunakan tudung pada waktu ibadah.
042) Apakah Gereja Orthodox membuat Tanda Salib (Signum Crucis)? Sejak kapan pembuatan Tanda Salib ini dilakukan?
Jawab:
Ya, Gereja Orthodox membuat Tanda Salib (Signum Crucis), namun pembuatan tanda salib Gereja Orthodox Timur memiliki gestur, cara gerak, dan makna yang berbeda dengan Gereja Katolik Roma.
Gereja Orthodox Timur menggunakan cara membuat Tanda Salib sebagaimana Gereja Para Rasul mula-mula membuatnya, yaitu gerakan dari atas ke bawah kemudian kanan ke kiri (Gereja Katolik Roma mengembangkannya dari kiri ke kanan)
Writers such as Herbert Thurston, author of the article "Sign of the Cross"in the Catholic Encyclopedia interpret this as indicating that at that time both Eastern and Western Christians moved the hand from the right shoulder to the left.
Translate:
Penulis seperti Herbet Thurston, penulis artikel "Tanda Salib" dalam Ensiklopedia Katolik menafsirkan bahwa ini sebagai indikasi bahwa pada waktu itu baik Kristen Timur dan Barat menggerakkan tangan dari bahu kanan ke kiri.
[http://en.wikipedia.org/wiki/Signum_crucis]
Seorang Theolog dari wilayah Khartage-Afrika yang dibawah yuridiksi Roma, Quintus Septimius Florens Tertullianus (160 s/d 220 AD) dalam tulisannya menyatakan: "Kita umat Kristen mengenakan pada dahi kita dengan tanda salib", dengan demikian kita mengetahui bahwa pembuatan Tanda Salib sudah dilakukan oleh Gereja Perdana.
043) Mengapa Gereja Orthodox menggunakan Ikon dalam kehidupan rohaninya? Apakah Ikon juga digunakan dalam Gereja Orthodox Oriental Syria?
Jawab:
Ya, Ikon juga digunakan dalam Gereja Orthodox Oriental Syria. Penggunaan Ikon ternyata sudah jauh sejak sebelum zaman Perjanjian Baru, bahkan Kitab Suci mencatat sebagai berikut,
Kel 26:1
1. "Kemah Suci itu haruslah kaubuat dari sepuluh tenda dari lenan halus yang dipintal benangnya dan dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi; dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun, haruslah kaubuat semuanya itu.
Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan sebuah gambar (Ikon) Kerub ditenun pada kain tersebut. Mengapa Allah memerintahkan yang demikian? Karena memang harus dipilahkan antara menghormati (dulia) benda-benda kudus (tidak hanya Ikon, namun juga Kitab Suci, Air Suci, Minyak Khrisma, Busana Gerejawi, dsb) dan menyembah (latria) benda-benda kudus, umat Kristen dilarang menyembah benda-benda kudus melainkan harus menghormati benda-benda kudus. Penghormatan kepada benda-benda kudus sama halnya dengan seseorang yang menghormati bendera negara, saat menghormat tentu kita tidak sedang menyembah bendera negara tersebut bukan? Demikian juga saat umat Orthodox mencium benda-benda kudus bukan dimaksudkan menyembah benda-benda kudus tersebut melainkan sebanding ketika kita mencium foto orang yang kita kasihi bukan berarti kita mencintai foto tersebut namun makna yang dilukiskan didalamnya.
Tanpa disadari, ternyata penggunaan Ikon dalam Perjanjian Lama sudah ada sejak lama, bahkan dalam suatu penelitian arkeologis ditemukan bahwa dalam Sinagoga Yahudi Dura Europos (silahkan klik pada tulisan untuk melihat gambar Sinagoga Yahudia Dura Europos) pada tahun 244 AD ditemukan Ikon Peristiwa Kitab Ester. Juga Puluhan Ikon (silahkan klik pada tulisan untuk melihat gambar puluhan Ikon Yudaisme dalam Sinagoga) diletakkan didepan dimana umat Yahudi berdoa, bersujud, dan beribadah. Hal ini dilestarikan oleh umat Kristen secara Kristosentris, bahkan Sang Penginjil Lukas pernah membuat Ikon Bunda Maria, dan Kanak-Kanak Yesus Kristus pada tahun 60 AD (dibawah ini adalah salah satu Ikon yang dilukiskan oleh Sang Penginjil Lukas).
Dampak bahwa kita tidak mau menghormati benda-benda kudus tersebut adalah kekacauan dalam konsep, dimana jika kita tidak mau menghormati benda-benda kudus tersebut namun kitapun tidak mau bahkan dilarang melecehkannya (maaf kata misalnya dengan meludahi gambar Yesus Kristus ataupun Kitab Suci), nah hal ini akan membuat konsep yang mengambang dan tidak jelas dalam diri kita, tak mau menghormati dan tak mau melecehkannya, sehingga akhirnya kita kehilangan sikap terhadap benda-benda kudus tersebut. Namun bagi mereka yang menghormati benda-benda kudus hal tersebut jelas, bahwa kita tak mau melecehkannya karena sudah ada tempat terhormat bagi benda-benda kudus tersebut.
044) Bagaimana pandangan Gereja Orthodox mengenai hari Sabat dan hari-hari raya dalam Perjanjian Lama?
Jawab:
Kami melaksanakan hari-hari tersebut secara Kristosentris berdasarkan Tradisi Rasuli yang diturunkan pada Gereja Semesta. (Penjelasan lebih lengkap dapat dibaca disini: Hari-Hari Ibadah)
044) Bagaimana pandangan Gereja Orthodox mengenai hari Sabat dan hari-hari raya dalam Perjanjian Lama?
Jawab:
Kami melaksanakan hari-hari tersebut secara Kristosentris berdasarkan Tradisi Rasuli yang diturunkan pada Gereja Semesta. (Penjelasan lebih lengkap dapat dibaca disini: Hari-Hari Ibadah)
045) Mengapa tongkat yang digunakan Patriarkh Orthodox berbentuk ular?
Jawab:
Meneladani tongkat ular tembaga yang dibuat oleh Musa atas perintah Tuhan,
Bil 21:9
9. Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Ular tersebut adalah simbol bahwa Kristus telah menanggung kutuk dan menebus dosa umat percaya sehingga umat percaya dapat memperoleh kehidupan, dua kepala artinya bukan hanya secara rohani namun juga secara jasmani.
046) Mengapa para Imam Orthodox mengenakan jubah yang terkesan sangat mewah? Sejak kapan Imam Orthodox ditetapkan mengenakan jubah yang terkesan sangat mewah?
Jawab:
Hal tersebut sudah ada bahkan sejak zaman Perjanjian Lama, dimana para Imam memakai bahan dasar emas dan 12 batu permata dalam jubah mereka (Kel 28:4-34).
Since the earliest times, vestment have been worn by Christian clergy in the performance of both the divine services and other functions of the clergy.
Translate:
Semenjak waktu yang semula, jubah (Gerejawi) telah dikenakan oleh kaum klergi Kristen dalam menampilkan baik pelayanan Ilahi dan fungsi-fungsi lain dari klergi.
[http://www.orthodoxwiki.org/Vestment]
Jubah Gerejawi tersebut hanya dikenakan ketika Imam hendak melaksanakan pelayanan Gereja, fungsi dari jubah tersebut adalah:
1) Menghormati Allah dan memberikan yang terbaik bagi Allah.
2) Melalui simbol-simbol yang terkandung dalam jubah Gerejawi tersebut maka mengingatkan umat akan kaidah Theologi Gereja Orthodox.
Dengan demikian, jubah Gerejawi tersebut dapat dikatakan "milik Gereja" dan bukan milik pribadi, karena penggunaannya tidak boleh sembarangan melainkan hanya pada waktu peristiwa yang ditetapkan oleh Gereja. Dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya kaum Imam hanya mengenakan busana yang sewajarnya (kebanyakan jubah warna hitam polos) meskipun tidak ada larangan ketat bagi Imam untuk mengenakan busana yang lebih mewah. Jadi ketika seorang Imam meninggal maka jubah-jubah tersebut dikembalikan lagi kepada Gereja dan tidak boleh disimpan sebagai milik pribadi.
Jawab:
Meneladani tongkat ular tembaga yang dibuat oleh Musa atas perintah Tuhan,
Bil 21:9
9. Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Ular tersebut adalah simbol bahwa Kristus telah menanggung kutuk dan menebus dosa umat percaya sehingga umat percaya dapat memperoleh kehidupan, dua kepala artinya bukan hanya secara rohani namun juga secara jasmani.
046) Mengapa para Imam Orthodox mengenakan jubah yang terkesan sangat mewah? Sejak kapan Imam Orthodox ditetapkan mengenakan jubah yang terkesan sangat mewah?
Jawab:
Hal tersebut sudah ada bahkan sejak zaman Perjanjian Lama, dimana para Imam memakai bahan dasar emas dan 12 batu permata dalam jubah mereka (Kel 28:4-34).
Since the earliest times, vestment have been worn by Christian clergy in the performance of both the divine services and other functions of the clergy.
Translate:
Semenjak waktu yang semula, jubah (Gerejawi) telah dikenakan oleh kaum klergi Kristen dalam menampilkan baik pelayanan Ilahi dan fungsi-fungsi lain dari klergi.
[http://www.orthodoxwiki.org/Vestment]
Jubah Gerejawi tersebut hanya dikenakan ketika Imam hendak melaksanakan pelayanan Gereja, fungsi dari jubah tersebut adalah:
1) Menghormati Allah dan memberikan yang terbaik bagi Allah.
2) Melalui simbol-simbol yang terkandung dalam jubah Gerejawi tersebut maka mengingatkan umat akan kaidah Theologi Gereja Orthodox.
Dengan demikian, jubah Gerejawi tersebut dapat dikatakan "milik Gereja" dan bukan milik pribadi, karena penggunaannya tidak boleh sembarangan melainkan hanya pada waktu peristiwa yang ditetapkan oleh Gereja. Dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya kaum Imam hanya mengenakan busana yang sewajarnya (kebanyakan jubah warna hitam polos) meskipun tidak ada larangan ketat bagi Imam untuk mengenakan busana yang lebih mewah. Jadi ketika seorang Imam meninggal maka jubah-jubah tersebut dikembalikan lagi kepada Gereja dan tidak boleh disimpan sebagai milik pribadi.