Penerimaan Roh Kudus [by: St.Serafim Sarov]
Pendahuluan
St. Serafim dari Sarov dilahirkan pada tahun 1759 AD di kota Kursk. Orangtuanya adalah umat Kristen Orthodox yang saleh, sebuah teladan kerohanian yang sejati. Pada umur sepuluh tahun, Serafim secara ajaib disembuhkan dari penyakit yang serius melalui Ikon Theotokos di Kursk. Sebagai seorang anak laki-laki, ia membenamkan dirinya sendiri didalam pelayanan dan pustaka Gereja. Ia memulai kehidupan biaranya pada pertapaan Sarov pada usia sembilanbelas tahun. Ia ditonsur sebagai biarawan ketika ia berumur dua puluh tujuh tahun, dan beberapa saat kemudian ditahbiskan sebagai Diakon. Kekuatan dan kemurnian keikutsertaan Serafim dalam Liturgi Suci diperjelas ketika ia diizinkan untuk melihat para malaikat , dan selama Liturgi Kamis Suci, ia telah melihat Tuhan Sendiri.
Pada usia tiga puluh empat tahun, Serafim ditahbiskan sebagai seorang Imam, dan ditetapkan sebagai pembimbing rohani biara Diveyevo. Pada waktu itu, ia juga menerima suatu berkat untuk memulai kehidupan sebagai seorang pertapa dalam hutan yang mengelilingi Sarov. Ia hidup dalam sebuah ruangan kecil, mencurahkan seluruh dirinya sendiri pada doa, puasa, dan pembacaan Kitab Suci dan tulisan Para Bapa Kudus. Serafim pergi ke biara setiap hari Minggu untuk menerima Komuni Kudus dan kemudian kembali lagi kedalam hutan.
Pada tahun 1804 AD, Serafim diserang oleh para perampok dan hampir saja mengalami kematian. Dari penyerangan ini, ia menderita luka permanen, sehingga ia selalu membungkuk dan membutuhkan sebuah tongkat untuk berjalan. Setelah peristiwa ini, St.Serafim mulai lebih lagi bersungguh-sungguh dalam doa-doa, tak henti-hentinya selama seribu hari dan seribu malam, menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berlutut pada sbuah batu dekat ruangan kecilnya seraya berseru: “Tuhan, kasihanilah aku, orang berdosa.”. Kemudian ia mencurahkan tiga tahunnya dalam pengasingan keheningan yang mutlak. Pada tahun 1810 AD, taat pada permintaan para tua-tua di biara, maka Serafim kembali kedalam biara namun tetap melanjutkan kehidupan dalam doa dan pengasingan keheningan selama sepuluh tahun berikutnya. Dalam rangka taat kepada penglihatan Sorgawi, Serafim mengakhiri keheningannya dan mulai untuk berbicara bagi kepentingan orang lain. St.Serafim menyapa semua yang datang kepadanya dengan sebuah sujud, ciuman, dan kata-kata salam Paskah: “Kristus telah bangkit!” Ia menyebut semua orang sebagai “sukacitaku.”. Pada tahun 1825 AD, ia kembali kepada ruangannya di hutan, dimana kemudian ia menerima ribuan peziarah dari seluruh Rusia. Dikaruniai dengan karunia marifat, St. Serafim dari Sarov Sang Pelaku Mujizat memberikan penghiburan dan bimbingan kepada semuanya. St.Serafim wafat pada tanggal 2 Januari 1833 AD, ketika berlutut dihadapan Ikon Theotokos.
Suatu teladan karya rahmat Roh Kudus pada kehidupan dan perkataan St. Serafim telah dilestarikan bagi kita. Pada November 1831 AD, seorang Kristen Orthodox yang saleh bernama Nicholas Motovilov bertemu dengan St. Serafim dan mencatat pembicaraan tersebut. Catatan Motovilov kemudian disalin dan dipublikasikan oleh Sergius Nilus, yang menuliskan pendahuluan sebagai berikut:
Pewahyuan ini tidak diragukan sebagai kepentingan seluruh dunia. Benar, tidak ada esensi yang baru didalamnya, sebab kepenuhan pewahyuan telah diberikan kepada Para Rasul sejak dari hari Pentakosta. Namun sekarang orang-orang telah melupakan kebenaran dasar dari kehidupan Kristen dan membenamkan diri dalam kegelaman materialisme atau perwujudan rutinitas sebagai pekerja asketik, pewahyuan St.Serafim sungguh luar biasa, sebagaimana ia sendiri juga seperti itu.
“Ini tidak diberikan kepadamu sendiri supaya paham akan ini,” kata St. Serafim pada akhir pewahyuan, “namun melalui engkau hal ini bagi seluruh dunia!” Pembicaraan yang luar biasa ini seperti sebuah kilat petir yang menerangi seluruh dunia yang telah terbenam dalam kelesuan dan kematian rohani lebih dari abad sebelum perjuangan perlawanan Kristen di Rusia dan pada waktu ketika iman Kristen di Barat surut. Disini Janasuci Allah hadir diantara kita dalam suatu cara yang tidak lebih rendah dari para nabi yang mana melaluinya Roh Kudus Sendiri telah berbicara.
Kami mencatat setiap kata demi kata tanpa adanya tafsiran apapun dari milik kami.
Pada usia tiga puluh empat tahun, Serafim ditahbiskan sebagai seorang Imam, dan ditetapkan sebagai pembimbing rohani biara Diveyevo. Pada waktu itu, ia juga menerima suatu berkat untuk memulai kehidupan sebagai seorang pertapa dalam hutan yang mengelilingi Sarov. Ia hidup dalam sebuah ruangan kecil, mencurahkan seluruh dirinya sendiri pada doa, puasa, dan pembacaan Kitab Suci dan tulisan Para Bapa Kudus. Serafim pergi ke biara setiap hari Minggu untuk menerima Komuni Kudus dan kemudian kembali lagi kedalam hutan.
Pada tahun 1804 AD, Serafim diserang oleh para perampok dan hampir saja mengalami kematian. Dari penyerangan ini, ia menderita luka permanen, sehingga ia selalu membungkuk dan membutuhkan sebuah tongkat untuk berjalan. Setelah peristiwa ini, St.Serafim mulai lebih lagi bersungguh-sungguh dalam doa-doa, tak henti-hentinya selama seribu hari dan seribu malam, menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berlutut pada sbuah batu dekat ruangan kecilnya seraya berseru: “Tuhan, kasihanilah aku, orang berdosa.”. Kemudian ia mencurahkan tiga tahunnya dalam pengasingan keheningan yang mutlak. Pada tahun 1810 AD, taat pada permintaan para tua-tua di biara, maka Serafim kembali kedalam biara namun tetap melanjutkan kehidupan dalam doa dan pengasingan keheningan selama sepuluh tahun berikutnya. Dalam rangka taat kepada penglihatan Sorgawi, Serafim mengakhiri keheningannya dan mulai untuk berbicara bagi kepentingan orang lain. St.Serafim menyapa semua yang datang kepadanya dengan sebuah sujud, ciuman, dan kata-kata salam Paskah: “Kristus telah bangkit!” Ia menyebut semua orang sebagai “sukacitaku.”. Pada tahun 1825 AD, ia kembali kepada ruangannya di hutan, dimana kemudian ia menerima ribuan peziarah dari seluruh Rusia. Dikaruniai dengan karunia marifat, St. Serafim dari Sarov Sang Pelaku Mujizat memberikan penghiburan dan bimbingan kepada semuanya. St.Serafim wafat pada tanggal 2 Januari 1833 AD, ketika berlutut dihadapan Ikon Theotokos.
Suatu teladan karya rahmat Roh Kudus pada kehidupan dan perkataan St. Serafim telah dilestarikan bagi kita. Pada November 1831 AD, seorang Kristen Orthodox yang saleh bernama Nicholas Motovilov bertemu dengan St. Serafim dan mencatat pembicaraan tersebut. Catatan Motovilov kemudian disalin dan dipublikasikan oleh Sergius Nilus, yang menuliskan pendahuluan sebagai berikut:
Pewahyuan ini tidak diragukan sebagai kepentingan seluruh dunia. Benar, tidak ada esensi yang baru didalamnya, sebab kepenuhan pewahyuan telah diberikan kepada Para Rasul sejak dari hari Pentakosta. Namun sekarang orang-orang telah melupakan kebenaran dasar dari kehidupan Kristen dan membenamkan diri dalam kegelaman materialisme atau perwujudan rutinitas sebagai pekerja asketik, pewahyuan St.Serafim sungguh luar biasa, sebagaimana ia sendiri juga seperti itu.
“Ini tidak diberikan kepadamu sendiri supaya paham akan ini,” kata St. Serafim pada akhir pewahyuan, “namun melalui engkau hal ini bagi seluruh dunia!” Pembicaraan yang luar biasa ini seperti sebuah kilat petir yang menerangi seluruh dunia yang telah terbenam dalam kelesuan dan kematian rohani lebih dari abad sebelum perjuangan perlawanan Kristen di Rusia dan pada waktu ketika iman Kristen di Barat surut. Disini Janasuci Allah hadir diantara kita dalam suatu cara yang tidak lebih rendah dari para nabi yang mana melaluinya Roh Kudus Sendiri telah berbicara.
Kami mencatat setiap kata demi kata tanpa adanya tafsiran apapun dari milik kami.
Tujuan Kehidupan Kristen
Motovilov menuliskan, “Hari itu adalah Kamis, hari itu mendung. Salju tertimbun 8 inchi dari permukaan tanah, dan kondisi kering, bongkahan tebal salju jatuh dari langit ketika St.Serafim memulai pembicaraannya denganku didalam sebuah padang dekat tempat pertapaannya, diseberang sungai Sarovka, pada kaki bukit yang menurun sampai ke tepi sungai. Ia mendudukkanku pada tunggul pohon yang baru ditebang dan berlutut dihadapanku.
Pemimpin agung itu berkata, “Tuhan telah mewahyukan kepadaku, bahwa dalam masa kanak-kanakmu engkau telah memiliki kerinduan besar untuk mengetahui tujuan kehidupan Kristen, dan bahwa engkau berulang kali menanyakan hal itu pada beberapa orang-orang yang memiliki kerohanian yang agung.”
Harus kuakui, bahwa dari umur 12 tahun, pikiran ini secara terus menerus mengangguku, pada kenyataannya, aku telah menghampiri banyak klerus mengenai hal ini, meskipun jawaban-jawaban mereka tidak memuaskanku. Hal ini tidak mungkin diketahui oleh pemimpin itu.
St. Serafim melanjutkan, “Namun tidak seorangpun yang telah memberikan jawaban yang tepat bagimu. Mereka semua berkata kepadamu: Pergilah ke Gereja, berdoalah kepada Allah, lakukanlah perintah-perintah Allah, lakukanlah kebajikan-itulah tujuan kehidupan Kristen. Beberapa orang bahkan jengkel kepadamu karena rasa ingin tahu yang duniawi dan berkata kepadamu: Janganlah mencari sesuatu yang tidak tercapai olehmu. Namun mereka tidak berbicara sebagaimana mestinya. Sekarang, Serafim yang rendah hati akan menjelaskan kepadamu tentang terdiri dari apakah tujuan itu sebenarnya.”
“Namun doa, puasa, vigil dan semua kegiatan Kristen bukan merupakan tujuan kehidupan Kristen. Meskipun hal itu adalah benar bahwa mereka berfungsi sebagai sarana yang sangat penting untuk mencapai tujuan akhir ini, tujuan sejati dari kehidupan Kristen kita terdiri dari Penerimaan Roh Kudus Allah. Sebagaimana puasa-puasa, vigil-vigil, doa, sedekah, dan setiap kebajikan dilakukan demi Kristus adalah salah satu cara untuk mencapai Penerimaan Roh Kudus Allah. Perhatikanlah kata-kataku, hanya kebajikan yang dilakukan demi Kristus yang akan membawa buah Roh Kudus. Semua yang dilakukan bukan demi Kristus, meskupun hal itu adalah kebajikan, tidak membawa upah didalam kehidupan yang akan datang dan tidak pula membawa rahmat Allah dalam kehidupan sekarang. Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus Kristus kita, berkata: “siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.” (Luk 11:23). Karena kebajikan belum dapat disebut sebagai mengumpulkan, yang mana kebajikan tersebut tidak dilakukan demi Kristus, namun hal itu tetap dipertimbangkan sebagai kebajikan. Kitab Suci berkata: “Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.” (Kis 10:35).
“Sebagaimana kita lihat dalam cerita suci, manusia yang melakukan kebenaran adalah berkenan kepada Allah. Kita melihat bahwa Malaikat Tuhan menampakkan diri pada jam sembahyang kepada Kornelius, perwira yang takut akan Allah dan hidup benar, seraya berkata: “suruhlah beberapa orang ke Yope kepada Simon penyamak kulit, disana engkau akan menemui Petrus dan ia akan memberitahukan kepadamu tentang sabda kehidupan kekal, yang mana engkau dan seluruh isi rumahmu akan diselamatkan.”. Jadi Tuhan menggunakan segala keIlahianNya untuk memberikan kepada orang yang seperti itu, sebagai upah kebajikannya, suatu kesempatan untuk tidak kehilangan upahnya dimasa depan. Namun untuk sampai pada akhirnya, kita harus memulai dari iman yang benar dalam Tuhan Yesus Kristus kita, Putera Allah, Yang telah datang kedalam dunia untuk menyelamatkan kita orang berdosa dan Yang melalui penerimaan kita bagi diri kita sendiri suatu rahmat Roh Kudus, membawakan didalam hati kita Kerajaan Allah dan membuka jalan bagi kia untuk memenangkan berkat-berkat dari kehidupan yang akan datang. Namun penerimaan pada kebajikan Allah yang tidak dilakukan demi Kristus dibatasi oleh hal ini: Sang Pencipta memberikan sarana untuk membuat mereka hidup (Ibr 6:1). Hal ini bertumpu pada manusia untuk membuatnya hidup atau tidak. Itulah sebabnya mengapa Tuhan berkata kepada umat Yahudi: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu." (Yoh 9:41). Jika seorang manusia seperti Kornelius menikmati kesukaan dari Allah bagi kebajikannya, meskipun tidak dilakukan demi Kristus, dan kemudian percaya kepada PuteraNya, maka kebajikannya akan diperhitungkan baginya sebagaimana telah dilakukan demi Kristus. Namun jika sebaliknya seorang manusia tidak berhak untuk mengeluh ketika kebajikan yang telah dilakukannya adalah sia-sia. Sebab tidak pernah hal itu ketika dilakukan demi Kristus, sebab kebajikan yang dilakukan bagiNya tidak hanya upah sebuah mahkota kebenaran dalam dunia yang akan datang namun juga pada kehidupan yang sekarang memenuhi kita dengan rahmat Roh Kudus. Lebih lanjut, hal itu dikatakan: “Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.” (Yoh 3:34-35).
“Itulah, kesalehanmu. Menerima Roh Allah adalah tujuan sejati dari kehidupan Kristen, sementara doa, puasa, sedekah, dan kebajikan lainnya yang dilakukan demi Kristus hanyalah sarana untuk menerima Roh Allah.”
Aku bertanya kepada St.Serafim, “Apakah yang engkau maksudkan dengan Penerimaan? Entah mengapa aku tidak paham mengenai hal itu”.
Dia menjawab, “Menerima adalah sama dengan mendapatkan, apakah engkau paham aretinya menerima uang? Menerima Roh Allah adalah serupa dengan hal itu. Engkau tahu dengan cukup baik apa artinya menerima dalam arti duniawi, kesalehanmu. Tujuan dari orang pada umumnya didunia adalah menerima atau membuat uang; dan bagi bangsawan, hal ini ditambah dengan penerimaan kehormatan, tanda kehormatan, dan upah lainnya bagi pelayanan mereka kepada pemerintah. Penerimaan Roh Allah juga merupakan hal pokok, namun pemberian rahmat dan kekekalan, dan perolehannya dengan cara yang sangat mirip, hampir sama dengan cara dalam keuangan, sosial, dan hal-hal pokok yang sementara.
“Sabda Allah, Manusia Allah, Tuhan Yesus Kristus kita, membandingkan kehidupan kita dengan pasar, dan karya kehidupan kita diatas bumi disebutNya perdagangan. Ia berkata kepada kita semua: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali (Luk 19:13), dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Ef 5:16). Dengan kata lain, pergunakanlah waktumu untuk mendapatkan berkat-berkat Sorgawi melalui kebajikan duniawi. Kebajikan duniawi adalah kebajikan yang dilakukan demi Kristus itu memberikan kepada kita seluruh rahmat Roh Kudus.
“Dalam perumpamaan gadis-gadis bijaksana dan bodoh, ketika yang bodoh kehabisan minyak, kepada mereka dikatakan: Pergilah dan belilah di pasar. Namun ketika mereka telah membelinya, pintu ruangan pengantin telah tertutup dan mereka tidak dapat masuk. Beberapa berkata bahwa sedikitnya minyak pelita milik gadis-gadis yang bodoh adalah sedikitnya kebajikan didalam waktu hidup. Tafsiran yang demikian kurang tepat. Mengapa mereka dikatakan kurang dalam kebajikan jika mereka disebut sebagai gadis-gadis (para perawan), meskipun mereka bodoh? Keperawanan adalah kebajikan mutlak, suatu kondisi kemalaikatan, dan hal itu dapat menggantikan semua kebajikan lainnya.”
“Saya pikir apa yang mereka kurang adalah rahmat dari Roh Kudus Allah. Para gadis ini melakukan kebajikan namun dalam ketidak tahuan rohani mereka menyangka bahwa kehidupan Kristen hanya terdiri atas melakukan kebajikan. Mereka berpikir dengan melakukan kebajikan maka mereka telah melakukan karya Allah, namun mereka hanya sedikit peduli dalam hal penerimaan rahmat Roh Allah. Jalan hidup ini hanya berdasarkan melakukan kebajikan tanpa secara hati-hati menguji apakah mereka membawa rahmat Roh Allah, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Bapa Gereja: “Ada suatu jalan lain yang awalnya kelihatan baik namun ujungnya adalah kedalaman Neraka.”
Antonius Agung dalam surat-suratnya pada para biarawan berkata tentang keperawanan: “Banyak biarawan dan perawan yang tidak mengetahui bahwa manusia dipengaruhi oleh berbagai kehendak yang berbeda, dan mereka tidak mengetahui bahwa kita dipengaruhi oleh tiga kehendak: Yang pertama adalah kehendak Allah yang sempurna dan menyelamatkan; yang kedua adalah kehendak diri kita sendiri manusia, jika tidak merusak, tidak juga menyelamatkan; dan yang ketiga adalah kehendak Iblis yang secara mutlak adalah merusak.” Kehendak ketiga dari musuh ini mendorong manusia untuk berbuat hal-hal yang tidak baik, atau untuk melakukan kebajikan yang menghasilkan kesombongan, atau melakukan kebajikan selain daripada demi Kristus. Kehendak kedua, yaitu kehendak milik kita, mendorong kita untuk melakukan apapun untuk membelai nafsu kita, atau sebagaimana diajarkan oleh musuh kita, untuk melakukan kebajikan demi kebajikan dan tidak peduli atas rahmat yang akan diterima oleh hal itu. Namun kehendak yang pertama, kehendak Allah yang menyelamatkan, terdiri dalam kebajikan semata-mata untuk menerima Roh Kudus, sebagai kekekalan, harta tak ternilai yang kekal. Penerimaan Roh Kudus adalah dalam hal ini berbicara dalam minyak yang sedikit dimiliki para gadis bodoh. Mereka disebut bodoh hanya karena mereka telah melupakan keperluan buah kebajikan, yaitu rahmat Roh Kudus, yang tanpa hal itu tidak seorangpun dapat diselamatkan, sebab: “Melalui Roh Kudus, semua roh dihidupkan dan melalui pemurnian ditinggikan dan diterangi oleh Kesatuan Trinitas didalam Misteri Suci.”
“Minyak didalam pelita gadis-gadis bijaksana dapat terbakar terang untuk waktu yang lama. Jadi para gadis ini, dengan pelita yang menyala mampu untuk bertemu Pengantin, yang datang pada tengah malam. DenganNya, mereka akan memasuki kamar kesukaan pengantin. Namun mereka yang bodoh, meskipun mereka pergi ke pasar untuk membeli minyak yang lebih, ketika pelita mereka padam, mereka tidak dapat kembali tepat pada waktunya karena pintu telah tertutup. Pasar itu adalah kehidupan kita, pintu ruangan pengantin, yang mana tertutup dan jalan terlarang kepada Pengantin adalah kematian manusia; gadis-gadis bijaksana dan bodoh adalah roh-roh Kristen; minyak bukanlah kebajikan namun rahmat dari Roh Kudus Allah yang mana diperoleh melalui kebajikan dan yang mana mengubah roh-roh dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain – misalnya, dari keadaan yang fana kepada keadaan yang tak dapat binasa, dari rohani yang mati pada rohani yang hidup, dari kegelapan pada terang, dari kandang diri (yang mana nafsu membelenggu seperti binatang-binatang dungu dan binatang-binatang liar) pada Bait Ilahi, ruangan pengantin yang bercahaya dari sukacita kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, Sang Pencipta, Sang Penebus, dan Pengantin kekal bagi roh-roh kita.
“Betapa agungnya kasih Allah pada kesengsaraan kita, boleh dikatakan bahwa kita kurang perhatian pada kepedulianNya bagi kita, ketika Allah berkata: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok” (Why 3:20), arti dari “pintu” tentu adalah kehidupan kita yang belum ditutup oleh kematian! Oh, betapa aku mengharapkan bahwa kesalehanmu dalam kehidupan ini dapat selalu berada didalam Roh Allah! “Apapun yang Kutemukan didalammu, didalamnya Aku akan menghakimimu,” kata Tuhan.
“Celakalah kita jika Ia menemukan kita terlalu tinggi menilai kepedulian dan penderitaan kehidupan ini! Sebab siapakah yang akan mampu menanggung kemarahanNya? Siapakah yang akan menanggung murka wajahNya? Sebab itu telah dikatakan: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan” (Mrk 14:38), bahwa agar engkau tidak kehilangan Roh Allah, sebab berjaga-jaga dan doa membawa kita rahmatNya.
“Tentu setiap kebajikan yang dilakukan demi Kristus memberikan kepada kita rahmat Roh Kudus, namun doa memberikan kepada kita rahmat ini diatas segalanya, sebab hal itu selalu ada, sebagai sarana untuk menerima rahmat Roh. Misalnya, engkau hendak pergi ke Gereja namun tidak ada Gereja disana atau ibadah telah selesai, engkau hendak memberikan sedekah pada pengemis, namun tidak menemui seorangpun atau engkau tidak memiliki sesuatu untuk diberikan, engkau hendak mempertahankan kemurnianmu, namun engkau tidak memiliki kekuatan utuk melakukannya karena tabiatmu atau karena kekerasan tipu muslihat musuh yang mana menyebabkan kelemahan manusiawimu tidak dapat berdiri tegak, engkau hendak melakukan kebajikan demi Kristus namun engkau tidak memiliki kekuatan atau hanya ada sedikit kesempatan saja. Hal yang demikian tidak berlaku dalam doa. Doa selalu mungkin dilakukan bagi siapapun, kaya dan miskin, bangsawan dan yang sederhana, yang kuat dan yang lemah, yang sehat dan yang sakit, serta yang saleh dan yang berdosa.”
“Engkau dapat menilai betapa besarnya kuasa doa bahkan dalam orang yang penuh dosa ketika hal itu dipersembahkan dengan sepenuh hati, dengan mengikuti teladan dari Tradisi Suci. Ketika dalam permintaan seorang ibu yang putus asa yang putera tunggalnya telah dirampas oleh kematian kepada seorang pelacur yang kebetulan bertemu dengannya, yang masih najis dari dosa terakhirnya, dan yang tersentuh oleh kesedihan mendalam ibu itu, berseru kepada Tuhan: “Bukan demi orang berdosa yang celaka sepertiku, namun demi air mata ibu yang meratapi puteranya dan percaya dengan teguh didalam kemurahan kasih dan kuasaMu, Kristus Allah, bangkitkanlah puteranya, Oh Tuhan!”. Dan lalu Tuhan membangkitkannya.”
“Engkau lihat, kesalehanmu! Besarlah kuasa dari doa, dan itu membawa hampir seluruh Roh Allah, dan hal itu yang paling mudah dilakukan oleh semua orang. Kita akan bergembira jika Tuhan Allah menemui kita berjaga-jaga dan dipenuhi dengan karunia Roh KudusNya. Sehingga kita dapat berharap dengan tegas “untuk diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa.” (1Tes 4:17) kepada Yang datang “dengan kuasa dan kemuliaan yang agung (Mrk 13:26) untuk menghakimi yang hidup dan yang mati (1Ptr 4:5) dan untuk memberikan upah kepada setiap manusia sesuai dengan perbuatannya. (Mat 16:27)”
“Kesalehanmu berkenan untuk memikirkan suatu sukacita agung dengan berbicara kepada Serafim yang miskin, bahkan percaya bahwa ia tidak kehilangan rahmat Tuhan. Lalu apakah yang akan kita katakan kepada Tuhan Sendiri, sumber yang tak pernah gagal dari berkat-berkat baik Sorgawi dan duniawi? Sesungguhnya didalam doa kita diberikan untuk berbicara denganNya, segala kebaikan kita dan Allah pemberi hidup dan Sang Juruselamat Sendiri. Namun bahkan disini kita harus berdoa sampai Allah Roh Kudus turun kepada kita dalam takaran rahmat SorgawiNya untuk mengenalNya. Dan ketika Ia berkenan untuk mengunjungi kita, kita harus berhenti berdoa. Mengapa kita harus berdoa kepadaNya, “Datang dan tinggallah didalam kami serta bersihkanlah kami dari segala kenajisan dan selamatkanlah jiwa kami, Ya Yang Maha Baik,” ketika Dia telah datang kepada kita untuk menyelamatkan kita yang percaya didalamNya, dan dengan sungguh-sungguh memanggil akan NamaNya Yang Kudus, bahwa secara rendah hati dan penuh kasih kita dapat menerimaNya, Sang Penghibur, dalam rumah jiwa-jiwa kita, lapar dan haus akan kedatanganNya?”
“Aku akan menjelaskan bagian ini pada kesalehanmu melalui suatu contoh. Bayangkan bahwa engkau telah mengundangku untuk datang ketempatmu, dan atas undanganmu aku datang untuk berbicara denganmu. Namun engkau terus saja mengundangku dengan berkata: “Datanglah, kumohon, datanglah kesini!” Kemudian aku akan berpikir: “Apa yang terjadi dengannya? Apakah ia sudah tidak dapat berpikir?”
“Jadi hal ini berkaitan dengan Tuhan Allah kita, Sang Roh Kudus. Oleh karena itu dikatakan: "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mzm 46:11) bahwa ini Aku akan hadir dan akan terus hadir kepada semua umat yang percaya dalamKu dan memanggil atasKu, dan Aku akan berbicara dengannya sebagaimana Aku telah berbicara dengan Adam di Firdaus, dengan Abraham dan Yakub dan hamba-hambaKu lainnya, dengan Musa dan Ayub, dan yang serupa dengan mereka.”
“Banyak yang menjelaskan bahwa keheningan ini hanya bermakna masalah duniawi, dengan kata lain, bahwa selama pembicaraan doa dengan Allah, engkau harus dalam keheningan dengan kaitannya dengan urusan keduniawian. Namun aku berkata kepadamu didalam Nama Allah bahwa tidak hanya dibutuhkan mati dalam hal duniawi didalam berdoa, namun ketika oleh kuasa yang Maha Kuasa dari iman dan doa, Tuhan Allah kita, Roh Kudus, berkenan mengunjungi kita dan datang kepada kita didalam kesempurnaan kebajikan yang tak terkatakan, juga kita harus menjadi mati saat berdoa.”
“Roh kita berbicara selama berdoa, namun pada saat turunNya Roh Kudus kita harus tetap dalam keadaan hening mutlak, dalam rangka untuk mendengar secara jelas dan memahami semua perkataan kehidupan kekal yang mana Ia berkenan untuk bicarakan. Kelengkapan kesehatan jiwa dan roh, kemurnian dan kesucian tubuh adalah diperlukan pada saat yang bersamaan. Tuntutan yang sama dibuat pada Gunung Horeb, ketika bangsa Israel dikatakan untuk tidak menyentuh isteri-isteri mereka selama tiga haru sebelum kehadiran Allah pada Gunung Sinai. Sebab Allah kita adalah api yang membakar segala sesuatu yang tidak bersih, dan tidak seorangpun yang cemar dalam tubuh ataupun roh dapat masuk kedalam persekutuan denganNya.”
Pemimpin agung itu berkata, “Tuhan telah mewahyukan kepadaku, bahwa dalam masa kanak-kanakmu engkau telah memiliki kerinduan besar untuk mengetahui tujuan kehidupan Kristen, dan bahwa engkau berulang kali menanyakan hal itu pada beberapa orang-orang yang memiliki kerohanian yang agung.”
Harus kuakui, bahwa dari umur 12 tahun, pikiran ini secara terus menerus mengangguku, pada kenyataannya, aku telah menghampiri banyak klerus mengenai hal ini, meskipun jawaban-jawaban mereka tidak memuaskanku. Hal ini tidak mungkin diketahui oleh pemimpin itu.
St. Serafim melanjutkan, “Namun tidak seorangpun yang telah memberikan jawaban yang tepat bagimu. Mereka semua berkata kepadamu: Pergilah ke Gereja, berdoalah kepada Allah, lakukanlah perintah-perintah Allah, lakukanlah kebajikan-itulah tujuan kehidupan Kristen. Beberapa orang bahkan jengkel kepadamu karena rasa ingin tahu yang duniawi dan berkata kepadamu: Janganlah mencari sesuatu yang tidak tercapai olehmu. Namun mereka tidak berbicara sebagaimana mestinya. Sekarang, Serafim yang rendah hati akan menjelaskan kepadamu tentang terdiri dari apakah tujuan itu sebenarnya.”
“Namun doa, puasa, vigil dan semua kegiatan Kristen bukan merupakan tujuan kehidupan Kristen. Meskipun hal itu adalah benar bahwa mereka berfungsi sebagai sarana yang sangat penting untuk mencapai tujuan akhir ini, tujuan sejati dari kehidupan Kristen kita terdiri dari Penerimaan Roh Kudus Allah. Sebagaimana puasa-puasa, vigil-vigil, doa, sedekah, dan setiap kebajikan dilakukan demi Kristus adalah salah satu cara untuk mencapai Penerimaan Roh Kudus Allah. Perhatikanlah kata-kataku, hanya kebajikan yang dilakukan demi Kristus yang akan membawa buah Roh Kudus. Semua yang dilakukan bukan demi Kristus, meskupun hal itu adalah kebajikan, tidak membawa upah didalam kehidupan yang akan datang dan tidak pula membawa rahmat Allah dalam kehidupan sekarang. Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus Kristus kita, berkata: “siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.” (Luk 11:23). Karena kebajikan belum dapat disebut sebagai mengumpulkan, yang mana kebajikan tersebut tidak dilakukan demi Kristus, namun hal itu tetap dipertimbangkan sebagai kebajikan. Kitab Suci berkata: “Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.” (Kis 10:35).
“Sebagaimana kita lihat dalam cerita suci, manusia yang melakukan kebenaran adalah berkenan kepada Allah. Kita melihat bahwa Malaikat Tuhan menampakkan diri pada jam sembahyang kepada Kornelius, perwira yang takut akan Allah dan hidup benar, seraya berkata: “suruhlah beberapa orang ke Yope kepada Simon penyamak kulit, disana engkau akan menemui Petrus dan ia akan memberitahukan kepadamu tentang sabda kehidupan kekal, yang mana engkau dan seluruh isi rumahmu akan diselamatkan.”. Jadi Tuhan menggunakan segala keIlahianNya untuk memberikan kepada orang yang seperti itu, sebagai upah kebajikannya, suatu kesempatan untuk tidak kehilangan upahnya dimasa depan. Namun untuk sampai pada akhirnya, kita harus memulai dari iman yang benar dalam Tuhan Yesus Kristus kita, Putera Allah, Yang telah datang kedalam dunia untuk menyelamatkan kita orang berdosa dan Yang melalui penerimaan kita bagi diri kita sendiri suatu rahmat Roh Kudus, membawakan didalam hati kita Kerajaan Allah dan membuka jalan bagi kia untuk memenangkan berkat-berkat dari kehidupan yang akan datang. Namun penerimaan pada kebajikan Allah yang tidak dilakukan demi Kristus dibatasi oleh hal ini: Sang Pencipta memberikan sarana untuk membuat mereka hidup (Ibr 6:1). Hal ini bertumpu pada manusia untuk membuatnya hidup atau tidak. Itulah sebabnya mengapa Tuhan berkata kepada umat Yahudi: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu." (Yoh 9:41). Jika seorang manusia seperti Kornelius menikmati kesukaan dari Allah bagi kebajikannya, meskipun tidak dilakukan demi Kristus, dan kemudian percaya kepada PuteraNya, maka kebajikannya akan diperhitungkan baginya sebagaimana telah dilakukan demi Kristus. Namun jika sebaliknya seorang manusia tidak berhak untuk mengeluh ketika kebajikan yang telah dilakukannya adalah sia-sia. Sebab tidak pernah hal itu ketika dilakukan demi Kristus, sebab kebajikan yang dilakukan bagiNya tidak hanya upah sebuah mahkota kebenaran dalam dunia yang akan datang namun juga pada kehidupan yang sekarang memenuhi kita dengan rahmat Roh Kudus. Lebih lanjut, hal itu dikatakan: “Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.” (Yoh 3:34-35).
“Itulah, kesalehanmu. Menerima Roh Allah adalah tujuan sejati dari kehidupan Kristen, sementara doa, puasa, sedekah, dan kebajikan lainnya yang dilakukan demi Kristus hanyalah sarana untuk menerima Roh Allah.”
Aku bertanya kepada St.Serafim, “Apakah yang engkau maksudkan dengan Penerimaan? Entah mengapa aku tidak paham mengenai hal itu”.
Dia menjawab, “Menerima adalah sama dengan mendapatkan, apakah engkau paham aretinya menerima uang? Menerima Roh Allah adalah serupa dengan hal itu. Engkau tahu dengan cukup baik apa artinya menerima dalam arti duniawi, kesalehanmu. Tujuan dari orang pada umumnya didunia adalah menerima atau membuat uang; dan bagi bangsawan, hal ini ditambah dengan penerimaan kehormatan, tanda kehormatan, dan upah lainnya bagi pelayanan mereka kepada pemerintah. Penerimaan Roh Allah juga merupakan hal pokok, namun pemberian rahmat dan kekekalan, dan perolehannya dengan cara yang sangat mirip, hampir sama dengan cara dalam keuangan, sosial, dan hal-hal pokok yang sementara.
“Sabda Allah, Manusia Allah, Tuhan Yesus Kristus kita, membandingkan kehidupan kita dengan pasar, dan karya kehidupan kita diatas bumi disebutNya perdagangan. Ia berkata kepada kita semua: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali (Luk 19:13), dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Ef 5:16). Dengan kata lain, pergunakanlah waktumu untuk mendapatkan berkat-berkat Sorgawi melalui kebajikan duniawi. Kebajikan duniawi adalah kebajikan yang dilakukan demi Kristus itu memberikan kepada kita seluruh rahmat Roh Kudus.
“Dalam perumpamaan gadis-gadis bijaksana dan bodoh, ketika yang bodoh kehabisan minyak, kepada mereka dikatakan: Pergilah dan belilah di pasar. Namun ketika mereka telah membelinya, pintu ruangan pengantin telah tertutup dan mereka tidak dapat masuk. Beberapa berkata bahwa sedikitnya minyak pelita milik gadis-gadis yang bodoh adalah sedikitnya kebajikan didalam waktu hidup. Tafsiran yang demikian kurang tepat. Mengapa mereka dikatakan kurang dalam kebajikan jika mereka disebut sebagai gadis-gadis (para perawan), meskipun mereka bodoh? Keperawanan adalah kebajikan mutlak, suatu kondisi kemalaikatan, dan hal itu dapat menggantikan semua kebajikan lainnya.”
“Saya pikir apa yang mereka kurang adalah rahmat dari Roh Kudus Allah. Para gadis ini melakukan kebajikan namun dalam ketidak tahuan rohani mereka menyangka bahwa kehidupan Kristen hanya terdiri atas melakukan kebajikan. Mereka berpikir dengan melakukan kebajikan maka mereka telah melakukan karya Allah, namun mereka hanya sedikit peduli dalam hal penerimaan rahmat Roh Allah. Jalan hidup ini hanya berdasarkan melakukan kebajikan tanpa secara hati-hati menguji apakah mereka membawa rahmat Roh Allah, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Bapa Gereja: “Ada suatu jalan lain yang awalnya kelihatan baik namun ujungnya adalah kedalaman Neraka.”
Antonius Agung dalam surat-suratnya pada para biarawan berkata tentang keperawanan: “Banyak biarawan dan perawan yang tidak mengetahui bahwa manusia dipengaruhi oleh berbagai kehendak yang berbeda, dan mereka tidak mengetahui bahwa kita dipengaruhi oleh tiga kehendak: Yang pertama adalah kehendak Allah yang sempurna dan menyelamatkan; yang kedua adalah kehendak diri kita sendiri manusia, jika tidak merusak, tidak juga menyelamatkan; dan yang ketiga adalah kehendak Iblis yang secara mutlak adalah merusak.” Kehendak ketiga dari musuh ini mendorong manusia untuk berbuat hal-hal yang tidak baik, atau untuk melakukan kebajikan yang menghasilkan kesombongan, atau melakukan kebajikan selain daripada demi Kristus. Kehendak kedua, yaitu kehendak milik kita, mendorong kita untuk melakukan apapun untuk membelai nafsu kita, atau sebagaimana diajarkan oleh musuh kita, untuk melakukan kebajikan demi kebajikan dan tidak peduli atas rahmat yang akan diterima oleh hal itu. Namun kehendak yang pertama, kehendak Allah yang menyelamatkan, terdiri dalam kebajikan semata-mata untuk menerima Roh Kudus, sebagai kekekalan, harta tak ternilai yang kekal. Penerimaan Roh Kudus adalah dalam hal ini berbicara dalam minyak yang sedikit dimiliki para gadis bodoh. Mereka disebut bodoh hanya karena mereka telah melupakan keperluan buah kebajikan, yaitu rahmat Roh Kudus, yang tanpa hal itu tidak seorangpun dapat diselamatkan, sebab: “Melalui Roh Kudus, semua roh dihidupkan dan melalui pemurnian ditinggikan dan diterangi oleh Kesatuan Trinitas didalam Misteri Suci.”
“Minyak didalam pelita gadis-gadis bijaksana dapat terbakar terang untuk waktu yang lama. Jadi para gadis ini, dengan pelita yang menyala mampu untuk bertemu Pengantin, yang datang pada tengah malam. DenganNya, mereka akan memasuki kamar kesukaan pengantin. Namun mereka yang bodoh, meskipun mereka pergi ke pasar untuk membeli minyak yang lebih, ketika pelita mereka padam, mereka tidak dapat kembali tepat pada waktunya karena pintu telah tertutup. Pasar itu adalah kehidupan kita, pintu ruangan pengantin, yang mana tertutup dan jalan terlarang kepada Pengantin adalah kematian manusia; gadis-gadis bijaksana dan bodoh adalah roh-roh Kristen; minyak bukanlah kebajikan namun rahmat dari Roh Kudus Allah yang mana diperoleh melalui kebajikan dan yang mana mengubah roh-roh dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain – misalnya, dari keadaan yang fana kepada keadaan yang tak dapat binasa, dari rohani yang mati pada rohani yang hidup, dari kegelapan pada terang, dari kandang diri (yang mana nafsu membelenggu seperti binatang-binatang dungu dan binatang-binatang liar) pada Bait Ilahi, ruangan pengantin yang bercahaya dari sukacita kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, Sang Pencipta, Sang Penebus, dan Pengantin kekal bagi roh-roh kita.
“Betapa agungnya kasih Allah pada kesengsaraan kita, boleh dikatakan bahwa kita kurang perhatian pada kepedulianNya bagi kita, ketika Allah berkata: “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok” (Why 3:20), arti dari “pintu” tentu adalah kehidupan kita yang belum ditutup oleh kematian! Oh, betapa aku mengharapkan bahwa kesalehanmu dalam kehidupan ini dapat selalu berada didalam Roh Allah! “Apapun yang Kutemukan didalammu, didalamnya Aku akan menghakimimu,” kata Tuhan.
“Celakalah kita jika Ia menemukan kita terlalu tinggi menilai kepedulian dan penderitaan kehidupan ini! Sebab siapakah yang akan mampu menanggung kemarahanNya? Siapakah yang akan menanggung murka wajahNya? Sebab itu telah dikatakan: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan” (Mrk 14:38), bahwa agar engkau tidak kehilangan Roh Allah, sebab berjaga-jaga dan doa membawa kita rahmatNya.
“Tentu setiap kebajikan yang dilakukan demi Kristus memberikan kepada kita rahmat Roh Kudus, namun doa memberikan kepada kita rahmat ini diatas segalanya, sebab hal itu selalu ada, sebagai sarana untuk menerima rahmat Roh. Misalnya, engkau hendak pergi ke Gereja namun tidak ada Gereja disana atau ibadah telah selesai, engkau hendak memberikan sedekah pada pengemis, namun tidak menemui seorangpun atau engkau tidak memiliki sesuatu untuk diberikan, engkau hendak mempertahankan kemurnianmu, namun engkau tidak memiliki kekuatan utuk melakukannya karena tabiatmu atau karena kekerasan tipu muslihat musuh yang mana menyebabkan kelemahan manusiawimu tidak dapat berdiri tegak, engkau hendak melakukan kebajikan demi Kristus namun engkau tidak memiliki kekuatan atau hanya ada sedikit kesempatan saja. Hal yang demikian tidak berlaku dalam doa. Doa selalu mungkin dilakukan bagi siapapun, kaya dan miskin, bangsawan dan yang sederhana, yang kuat dan yang lemah, yang sehat dan yang sakit, serta yang saleh dan yang berdosa.”
“Engkau dapat menilai betapa besarnya kuasa doa bahkan dalam orang yang penuh dosa ketika hal itu dipersembahkan dengan sepenuh hati, dengan mengikuti teladan dari Tradisi Suci. Ketika dalam permintaan seorang ibu yang putus asa yang putera tunggalnya telah dirampas oleh kematian kepada seorang pelacur yang kebetulan bertemu dengannya, yang masih najis dari dosa terakhirnya, dan yang tersentuh oleh kesedihan mendalam ibu itu, berseru kepada Tuhan: “Bukan demi orang berdosa yang celaka sepertiku, namun demi air mata ibu yang meratapi puteranya dan percaya dengan teguh didalam kemurahan kasih dan kuasaMu, Kristus Allah, bangkitkanlah puteranya, Oh Tuhan!”. Dan lalu Tuhan membangkitkannya.”
“Engkau lihat, kesalehanmu! Besarlah kuasa dari doa, dan itu membawa hampir seluruh Roh Allah, dan hal itu yang paling mudah dilakukan oleh semua orang. Kita akan bergembira jika Tuhan Allah menemui kita berjaga-jaga dan dipenuhi dengan karunia Roh KudusNya. Sehingga kita dapat berharap dengan tegas “untuk diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa.” (1Tes 4:17) kepada Yang datang “dengan kuasa dan kemuliaan yang agung (Mrk 13:26) untuk menghakimi yang hidup dan yang mati (1Ptr 4:5) dan untuk memberikan upah kepada setiap manusia sesuai dengan perbuatannya. (Mat 16:27)”
“Kesalehanmu berkenan untuk memikirkan suatu sukacita agung dengan berbicara kepada Serafim yang miskin, bahkan percaya bahwa ia tidak kehilangan rahmat Tuhan. Lalu apakah yang akan kita katakan kepada Tuhan Sendiri, sumber yang tak pernah gagal dari berkat-berkat baik Sorgawi dan duniawi? Sesungguhnya didalam doa kita diberikan untuk berbicara denganNya, segala kebaikan kita dan Allah pemberi hidup dan Sang Juruselamat Sendiri. Namun bahkan disini kita harus berdoa sampai Allah Roh Kudus turun kepada kita dalam takaran rahmat SorgawiNya untuk mengenalNya. Dan ketika Ia berkenan untuk mengunjungi kita, kita harus berhenti berdoa. Mengapa kita harus berdoa kepadaNya, “Datang dan tinggallah didalam kami serta bersihkanlah kami dari segala kenajisan dan selamatkanlah jiwa kami, Ya Yang Maha Baik,” ketika Dia telah datang kepada kita untuk menyelamatkan kita yang percaya didalamNya, dan dengan sungguh-sungguh memanggil akan NamaNya Yang Kudus, bahwa secara rendah hati dan penuh kasih kita dapat menerimaNya, Sang Penghibur, dalam rumah jiwa-jiwa kita, lapar dan haus akan kedatanganNya?”
“Aku akan menjelaskan bagian ini pada kesalehanmu melalui suatu contoh. Bayangkan bahwa engkau telah mengundangku untuk datang ketempatmu, dan atas undanganmu aku datang untuk berbicara denganmu. Namun engkau terus saja mengundangku dengan berkata: “Datanglah, kumohon, datanglah kesini!” Kemudian aku akan berpikir: “Apa yang terjadi dengannya? Apakah ia sudah tidak dapat berpikir?”
“Jadi hal ini berkaitan dengan Tuhan Allah kita, Sang Roh Kudus. Oleh karena itu dikatakan: "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mzm 46:11) bahwa ini Aku akan hadir dan akan terus hadir kepada semua umat yang percaya dalamKu dan memanggil atasKu, dan Aku akan berbicara dengannya sebagaimana Aku telah berbicara dengan Adam di Firdaus, dengan Abraham dan Yakub dan hamba-hambaKu lainnya, dengan Musa dan Ayub, dan yang serupa dengan mereka.”
“Banyak yang menjelaskan bahwa keheningan ini hanya bermakna masalah duniawi, dengan kata lain, bahwa selama pembicaraan doa dengan Allah, engkau harus dalam keheningan dengan kaitannya dengan urusan keduniawian. Namun aku berkata kepadamu didalam Nama Allah bahwa tidak hanya dibutuhkan mati dalam hal duniawi didalam berdoa, namun ketika oleh kuasa yang Maha Kuasa dari iman dan doa, Tuhan Allah kita, Roh Kudus, berkenan mengunjungi kita dan datang kepada kita didalam kesempurnaan kebajikan yang tak terkatakan, juga kita harus menjadi mati saat berdoa.”
“Roh kita berbicara selama berdoa, namun pada saat turunNya Roh Kudus kita harus tetap dalam keadaan hening mutlak, dalam rangka untuk mendengar secara jelas dan memahami semua perkataan kehidupan kekal yang mana Ia berkenan untuk bicarakan. Kelengkapan kesehatan jiwa dan roh, kemurnian dan kesucian tubuh adalah diperlukan pada saat yang bersamaan. Tuntutan yang sama dibuat pada Gunung Horeb, ketika bangsa Israel dikatakan untuk tidak menyentuh isteri-isteri mereka selama tiga haru sebelum kehadiran Allah pada Gunung Sinai. Sebab Allah kita adalah api yang membakar segala sesuatu yang tidak bersih, dan tidak seorangpun yang cemar dalam tubuh ataupun roh dapat masuk kedalam persekutuan denganNya.”
Penerimaan Rahmat
“Ya, bapa, namun bagaimana mengenai kebajikan lain yang dilakukan demi Kristus dalam rangka penerimaan rahmat Roh Kudus? Engkau hanya telah berbicara mengenai doa.”
“Penerimaan rahmat Roh Kudus juga dilakukan oleh melakukan kebajikan lain demi Kristus. Lakukanlah perdagangan rohani dengan mereka, berdaganglah dengan mereka yang memberikanmu keuntungan terbesar. Timbunlah modal dari kelimpahan rahmat Allah, simapanan didalam tabungan Allah yang kekal yang akan membawakanmu bunga yang bukan materi, bukan empat atau enam persen, namun seratus persen untuk satu peser rohani, dan bahkan lebih tak terbatas daripada itu. Misalnya, jika doa dan berjaga-jaga memberimu rahmat Allah yang lebih, berjaga-jaga dan berdoalah; jika berpuasa memberikanmu banyak Roh Allah, berpuasalah; jika sedekah memberikanmu lebih lagi, berikanlah sedekah. Timbanglah setiap kebajikan yang dilakukan demi Kristus dalam hal seperti ini.”
“Sekarang aku akan mengatakan kepadamu mengenai diriku sendiri, Serafim yang miskin. Aku berasal dari keluarga pedagang di Kursk. Jadi ketika aku belum dalam biara, kami melakukan perdagangan barang yang mana membawa keuntungan paling besar bagi kami. Bertindaklah seperti itu, puteraku. Dan sebagaimana dalam suatu usaha, bagian utamanya bukanlah untuk berdagang namun untuk mendapatkan sebanyak mungkin keuntungan, jadi didalam usaha kehidupan Kristen juga bagian utamanya bukanlah untuk berdoa ataupun melakukan kebajikan lainnya. Sebagaimana rasul berkata: “Tetaplah berdoa” (1Tes 5:17), sebagaimana engkau ingat, dia menambahkan: “aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.” (1Kor 14:19). Dan Tuhan berkata: Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga (Mat 7:21). Hal itu adalah dia yang melakukan karya Allah dan lebih lagi dilakukan dengan terhormat, sebab “Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai (Yer 48:10)”. Dan karya Allah adalah: percaya didalam Allah dan didalam Dia Yang Ia Utus, Yesus Kristus (Yoh 14:1, 6:29). Jika kita memahami perintah Kristus dan Para Rasul dengan benar, usaha kita sebagai Kristen bukan terdiri dari meningkatnya jumlah kebajikan yang mana hanya sebagai sarana lebih lanjut dari kehidupan Kristen, namun dalam mengambil darinya keuntungan sepenuhnya, yaitu penerimaan karunia yang melimpah dari Roh Kudus.”
“Betapa aku mengharapkan, kesalehanmu, bahwa engkau sendiri dapat menerima sumber rahmat Ilahi yang tak ada habis-habisnya, dan dapat selalu bertanya kepada dirimu sendiri: Apakah aku didalam Roh Allah ataukah tidak? –tidak ada yang harus diratapi tentang hal itu. Engkau telah siap untuk segera tampil didepan penghakiman yang mengerikan dari Kristus. Namun jika kita tidak didalam Roh, kita harus menemukan mengapa tidak dan apakah alasan Tuhan Allah kita, Roh Kudus hendak melepaskan kita. Kita harus mencariNya lagi dan harus terus mencari sampai Tuhan Allah kita, Roh Kudus, ditemukan dan bersama dengan kita lagi melalui kebajikanNya. Kita harus menyerang setiap musuh yang menjauhkan kita dariNya sampai bahkan debu mereka tidak didapati lagi, sebagaimana Nabi Daud telah berkata: “Aku mengejar musuhku sampai kutangkap mereka, dan tidak berbalik sebelum mereka kuhabiskan; aku meremukkan mereka, sehingga mereka tidak dapat bangkit lagi; mereka rebah di bawah kakiku (Mzm 18:38-39).”
“Itulah, puteraku. Bagaimana engkau harus berdagang secara rohani dalam kebajikan. Salurkanlah karunia rahmat Roh Kudus kepada mereka yang membutuhkan, sebagaimana sebuah lilin yang terbakar oleh api duniawi bersinar bagi dirinya sendiri dan menyalakan lilin yang lain bagi penerangan semuanya pada tempat-tempat yang lain, tanpa meredupkan cahayanya sendiri. Jika yang demikian berkaitan dengan api duniawi, apakah yang akan kita katakan tentang api rahmat Roh Kudus Allah? Sebab kekayaan duniawi berkurang ketika disalurkan, namun kekayaan Sorgawi dari rahmat Allah semakin bertambah bagi mereka yang menyalurkannya. Sebagaimana Tuhan Sendiri telah berkenan untuk berkata kepada wanita Samaria: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal. (Yoh 4:13-14)"
“Penerimaan rahmat Roh Kudus juga dilakukan oleh melakukan kebajikan lain demi Kristus. Lakukanlah perdagangan rohani dengan mereka, berdaganglah dengan mereka yang memberikanmu keuntungan terbesar. Timbunlah modal dari kelimpahan rahmat Allah, simapanan didalam tabungan Allah yang kekal yang akan membawakanmu bunga yang bukan materi, bukan empat atau enam persen, namun seratus persen untuk satu peser rohani, dan bahkan lebih tak terbatas daripada itu. Misalnya, jika doa dan berjaga-jaga memberimu rahmat Allah yang lebih, berjaga-jaga dan berdoalah; jika berpuasa memberikanmu banyak Roh Allah, berpuasalah; jika sedekah memberikanmu lebih lagi, berikanlah sedekah. Timbanglah setiap kebajikan yang dilakukan demi Kristus dalam hal seperti ini.”
“Sekarang aku akan mengatakan kepadamu mengenai diriku sendiri, Serafim yang miskin. Aku berasal dari keluarga pedagang di Kursk. Jadi ketika aku belum dalam biara, kami melakukan perdagangan barang yang mana membawa keuntungan paling besar bagi kami. Bertindaklah seperti itu, puteraku. Dan sebagaimana dalam suatu usaha, bagian utamanya bukanlah untuk berdagang namun untuk mendapatkan sebanyak mungkin keuntungan, jadi didalam usaha kehidupan Kristen juga bagian utamanya bukanlah untuk berdoa ataupun melakukan kebajikan lainnya. Sebagaimana rasul berkata: “Tetaplah berdoa” (1Tes 5:17), sebagaimana engkau ingat, dia menambahkan: “aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.” (1Kor 14:19). Dan Tuhan berkata: Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga (Mat 7:21). Hal itu adalah dia yang melakukan karya Allah dan lebih lagi dilakukan dengan terhormat, sebab “Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai (Yer 48:10)”. Dan karya Allah adalah: percaya didalam Allah dan didalam Dia Yang Ia Utus, Yesus Kristus (Yoh 14:1, 6:29). Jika kita memahami perintah Kristus dan Para Rasul dengan benar, usaha kita sebagai Kristen bukan terdiri dari meningkatnya jumlah kebajikan yang mana hanya sebagai sarana lebih lanjut dari kehidupan Kristen, namun dalam mengambil darinya keuntungan sepenuhnya, yaitu penerimaan karunia yang melimpah dari Roh Kudus.”
“Betapa aku mengharapkan, kesalehanmu, bahwa engkau sendiri dapat menerima sumber rahmat Ilahi yang tak ada habis-habisnya, dan dapat selalu bertanya kepada dirimu sendiri: Apakah aku didalam Roh Allah ataukah tidak? –tidak ada yang harus diratapi tentang hal itu. Engkau telah siap untuk segera tampil didepan penghakiman yang mengerikan dari Kristus. Namun jika kita tidak didalam Roh, kita harus menemukan mengapa tidak dan apakah alasan Tuhan Allah kita, Roh Kudus hendak melepaskan kita. Kita harus mencariNya lagi dan harus terus mencari sampai Tuhan Allah kita, Roh Kudus, ditemukan dan bersama dengan kita lagi melalui kebajikanNya. Kita harus menyerang setiap musuh yang menjauhkan kita dariNya sampai bahkan debu mereka tidak didapati lagi, sebagaimana Nabi Daud telah berkata: “Aku mengejar musuhku sampai kutangkap mereka, dan tidak berbalik sebelum mereka kuhabiskan; aku meremukkan mereka, sehingga mereka tidak dapat bangkit lagi; mereka rebah di bawah kakiku (Mzm 18:38-39).”
“Itulah, puteraku. Bagaimana engkau harus berdagang secara rohani dalam kebajikan. Salurkanlah karunia rahmat Roh Kudus kepada mereka yang membutuhkan, sebagaimana sebuah lilin yang terbakar oleh api duniawi bersinar bagi dirinya sendiri dan menyalakan lilin yang lain bagi penerangan semuanya pada tempat-tempat yang lain, tanpa meredupkan cahayanya sendiri. Jika yang demikian berkaitan dengan api duniawi, apakah yang akan kita katakan tentang api rahmat Roh Kudus Allah? Sebab kekayaan duniawi berkurang ketika disalurkan, namun kekayaan Sorgawi dari rahmat Allah semakin bertambah bagi mereka yang menyalurkannya. Sebagaimana Tuhan Sendiri telah berkenan untuk berkata kepada wanita Samaria: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal. (Yoh 4:13-14)"
Kehadiran Roh Kudus Dalam Sejarah
Aku berkata: “Bapa, engkau berbicara sepanjang waktu mengenai penerimaan rahmat Roh Kudus sebagai tujuan kehidupan Kristen. Namun bagaimana dan dimana aku dapat melihat hal itu? Kebajikan dapat dilihat, namun dapatkah Roh Kudus dilihat? Bagaimana aku dapat mengetahui bahwa Ia bersamaku atau tidak?”
Sang pemimpin menjawab, “Pada waktu sekarang, karena secara umum kita hampir dingin pada iman suci kita dalam Tuhan Yesus Kristus kita, dan kurangnya perhatian kita pada karya Pemeliharaan IlahiNya dalam kita, dan untuk persekutuan manusia dengan Allah, kita sudah begitu jauh sehingga dapat kitakan kita hampir melepaskan kehidupan Kristen yang sejati. Kesaksian-kesaksian Kitab Suci sekarang menjadi aneh bagi kita; misalnya ketika bibir Musa oleh Roh Kudus berkata: “Dan Adam melihat Tuhan sedang berjalan-jalan didalam Firdaus” (Kej 3:10), atau ketika kita membaca kata-kata Rasul Paulus: “Kami pergi ke Akhaya, dan Roh Allah tidak mau pergi bersama kami; kami kembali ke Makedonia dan Roh Allah datang bersama kami.” Lebih dari sekali dalam bagian Kitab Suci kehadiran Allah kepada manusia disebutkan.”
“Itulah mengapa sebagian orang berkata: Bagian ini tidak seksama, apakah sungguh mungkin bagi manusia untuk melihat Allah dengan sangat terbuka?” Namun tidak ada yang tak seksama disini. Kesalahpahaman datang karena kita telah pergi dari kesederhanaan pengetahuan Kristen yang sejati. Dibawah dalih dari pendidikan, kita telah meraih suatu kegelapan dari kebodohan, bahwa hal-hal tersebut dipahami sejak kuno dengan jelas, yang kelihatannya bagi kita nyaris tak terbayangkan. Bahkan dalam pembicaraan biasa, pendapat tentang kehadiran Allah diantara manusia tidak dilihat sebagai suatu hal yang aneh bagi mereka. Sehingga ketika teman-temannya menghardiknya telah menghujat Allah, maka Ayub menjawab mereka: “Bagaimana mungkin itu terjadi ketika aku merasa Roh Allah didalam lubang hidungku? (Ayb 27:3).” Itulah, “Bagaimana mungkin aku menghujat Allah ketika Roh Kudus berdiam didalamku? Jika aku telah menghujat Allah maka Roh Kudus akan undur daripadaku; namun lihat! Aku merasakan nafasNya didalam lubang hidungku.”
“Hal ini dikatakan bahwa Abraham dan Yakub melihat Allah dan berbicara denganNya didalam cara yang sama, dan bahwa Yakub bahkan bergulat denganNya. Musa dan semua orang yang bersamanya melihat Allah ketika ia menerima loh hukum diatas Gunung Sinai dari Allah. Sebuah tiang awan dan tiang api, atau dengan kata lain, rahmat nyata Roh Kudus, melayani sebagai pembimbing kepada umat Allah dipadang gurun. Orang-orang melihat Allah dan rahmat Roh KudusNya tidak selama tidur, dalam mimpi, atau dalam kegembiraan imajinasi yang menyimpang, namun benar-benar dan terbuka.”
“Kita sudah menjadi begitu lalai pada karya keselamatan kita, bahwa kita kurang tepat dalam menafsirkan banyak kata dalam Kitab Suci sebagaimana mestinya, semua karena kita tidak mencari rahmat Allah dan didalam kesombongan pikiran kita, jangan izinkan hal itu untuk berdiam dalam jiwa kita. Itulah mengapa kita tanpa terang sejati dari Tuhan, yang Ia kirimkan kedalam hati manusia yang lapar dan haus dengan segenap hatinya untuk kebenaran dan kesucian Tuhan.”
“Banyak yang menjelaskan bagian dalam Alkitab, “Allah menghembuskan nafas kehidupan ke wajah Adam” yang pertama diciptakan, yang diciptakan olehNya dari debu tanah, hal itu pasti berarti sampai saat itu dilakukan maka tidak ada baik roh maupun jiwa manusia didalam Adam, namun hanya daging yang diciptakan dari debu tanah. Tafsiran ini adalah salah, sebab Tuhan menciptakan Adam dari debu tanah dengan bentuk sebagai Rasul Paulus jelaskan: “semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita (1Tes 5:23)”. Dan semua bagian kodrat kita ini telah diciptakan dari debu tanah, dan Adam tidak diciptakan mati, namun suatu makhluk hidup seperti semua makhluk bernyawa milik Allah, yang tinggal di bumi.”
“Pokoknya adalah bahwa jika Tuhan Allah tidak menghembuskan nafasNya ke wajah Adam, nafas kehidupan ini – itu adalah rahmat Tuhan Allah kita, Roh Kudus, Yang keluar dari Bapa dan tinggal didalam Putera, dan diutus kedalam dunia demi Putera – Adam akan tetap tanpa Roh Kudus. Itulah Roh Kudus yang mengangkat Adam dalam martabat yang seperti Allah. Ia telah diciptakan dan lebih tinggi dari segala makhluk Allah yang lain, sebagai mahkota ciptaan di bumi, walaupun sempurna namun ia sama seperti makhluk yang lain, meskipun mereka memiliki satu tubuh, jiwa, dan roh, masing-masing menurut jenisnya, tidak memiliki Roh Kudus bersamanya. Namun ketika Tuhan Allah menghembuskan ke wajah Adam suatu nafas kehidupan, maka sesuai dengan perkataan Musa, “Adam menjadi suatu jiwa yang hidup” (Kej 2:7), itulah secara lengkap dan dalam segala hal serupa Allah, dan seperti Dia, kekal selamanya. Adam kebal terhadap perbuatan unsur-unsur sedemikian rupa sehingga air tak dapat menenggelamkannya, api tidak membakarnya, bumi tak dapat menelannya kedalam Abyss, udara tidak dapat menyakitinya oleh berbagai macam perbuatan apapun. Segalanya tunduk kepadanya sebagai kekasih Allah, sebagai raja dan tuan atas ciptaan, dan segalanya memandangnya sebagai mahkota sempurna dari makhluk Allah. Adam dibuat sangat bijaksana oleh nafas hidup ini, yang dihembuskan ke wajahnya dari bibir Allah yang mencipta, Sang Pencipta dan Penguasa segalanya, bahwa tidak pernah seorang manusia dibumi lebih bijaksana atau lebih berpengetahuan, dan tidak didapati yang demikian sesudahnya. Ketika Tuhan memerintahkannya untuk memberikan nama-nama pada semua makhluk, ia memberikan nama kepada setiap makhluk dengan secara lengkap menyampaikan semua ciri-ciri, kuasa-kuasa dan sifat-sifat yang diberikan kepada mereka oleh Allah pada saat penciptaannya.”
“Sebagai hasil dari karunia ini, yaitu rahmat gaib rahmat Allah, yang mana telah ditanamkan kedalam dirinya oleh nafas kehidupan, Adam dapat melihat dan memahami bahwa Tuhan sedang berjalan didalam Firdaus, memahami SabdaNya, memahami percakapan dengan para malaikat suci, bahasa-bahasa segala binatang liar, burung-burung, dan binatang melata, dan semua itu sekarang tersembunyi dari kita, makhluk yang telah jatuh dan penuh dosa. Semua ini sangat jelas bagi Adam sebelum kejatuhannya. Tuhan Allah juga memberikan kepada Hawa suatu kebijaksanaan yang sama, kekuatan, kuasa tak terbatas, dan segala kebajikan dan sifat-sifat yang suci. Ia menciptakannya bukan dari debu tanah namun dari tulang rusuk Adam didalam kenikmatan Eden, Firdaus, dimana Ia telah letakkan ditengah-tengah bumi.”
“Dalam rangka bahwa mereka selalu mempertahankan keabadian, keIlahian dan sifat-sifat sempurna dari nafas kehidupan maka Allah menanam ditengah-tengah tama suatu Pohon Kehidupan yang buah-buahnya diberkati dengan segala hakekat dan kepenuhan nafas IlahiNya. Jika mereka tidak berdosa, Adam dan Hawa serta keturunannya dapat selalu makan buah Pohon Kehidupan dan sehingga dapat seterusnya mempertahankan kuasa kehidupan dari rahmat Ilahi.”
“Mereka juga dapat mempertahankan untuk selamanya, kepenuhan kuasa tubuh mereka, jiwa dan roh didalam keadaan kekekalan dan kemudaan abadi, dan mereka dapat melanjutkan keadaan kekekalan dan terberkati ini selamanya. Pada masa sekarang, bagaimanapun, adalah sukar bagi kita untuk membayangkan rahmat yang demikian.”
“Namun melalui mencicipi Pohon Pengetahuan akan yang baik dan yang jahat – secara gegabah dan menentang pada perintah Allah – mereka mempelajari perbedaan antara yang baik dan yang jahat serta mengalami penderitaan yang mengikuti pelanggaran perintah Allah. Sehingga mereka kehilangan karunia yang tak ternilai dari rahmat Roh Allah, sampai yang benar datang kedalam dunia, yaitu manusia Allah, Yesus Kristus, sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan (Yoh 7:39).”
“Bagaimanapun hal itu tidak berarti bahwa Roh Allah tidak berada didalam dunia secara mutlak, namun kehadiranNya tidak sangat nyata. Hal itu terwujud hanya secara lahiriah, dan hanya tanda-tanda kehadiranNya didalam dunia yang diketahui oleh umat manusia. Jadi banyak rahasia-rahasia sehubungan dengan masa depan keselamatan bagi umat manusia yang diwahyukan kepada Adam dan Hawa setelah kejatuhan mereka. Bagi Kain, meskipun melalui pelanggaran dan dosanya, adalah mudah baginya untuk memahami suara yang memegang rahmat dan keIlahian, melalui kata-kata yang menginsafkan. Nuh berbicara dengan Allah. Abraham melihat Allah dan bersukacita pada hariNya (Yoh 8:56). Rahmat Roh Kudus secara lahiriah juga terpantulkan didalam seluruh Perjanjian Lama, para nabi dan janasuci Israel. Setelah itu, orang Ibrani mendirikan sekolah khusus kenabian dimana putera-putera para nabi diajarkan untuk membedakan tanda-tanda perwujudan Allah atau para malaikat, dan untuk membedakan cara kerja Roh Kudus dari fenomena umum alamiah dari kehidupan duniawi yang kurang berharga. Simeon yang menahankan Allah di lengannya, Kakek dan nenek Kristus, Yoakim dan Hana, dan tak terhitung hamba-hamba lain Allah yang secara berkelanjutan sering menjumpai berbagai penampakan Ilahi, pewahyuan dan mendengar suara-suara, yang dipertegas dengan peristiwa-peristiwa ajaib. Meskipun tidak dalam bentuk kuasa yang sama sebagaimana dalam umat Allah, namun kehadiran Roh Allah juga berkarya didalam orang-orang kafir yang tidak mengenal Allah yang sejati, karena walaupun diantara mereka, Allah menemukan orang-orang terpilih. Misalnya, adalah seorang nabiah perawan yang disebut Sibyls yang bernazar perawan kepada Allah yang tak dikenal, namun kepada Allah, Sang Pencipta alam semesta, Penguasa Yang Maha Kuasa dari dunia, sebagaimana Ia dimengerti oleh kaum kafir. Melalui para filsuf kafir juga mengembara didalam kegelapan ketidaktahuan akan Allah, namun mereka mencari kebenaran yang dikasihi Allah. Karena dari itu, Allah berkenan untuk mencari, mereka dapat mengambil bagian dari Roh Allah. Sebagaimana dikatakan, bahwa bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, melakukan secara alamiah tuntutan hukum dan melakukan apa yang berkenan kepada Allah (Rm 2:14). Tuhan sangat memuji kebenaran bahwa Ia berkata tentang DiriNya Sendiri oleh Roh Kudus: “Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit (Mzm 85:11)”.
Sang pemimpin menjawab, “Pada waktu sekarang, karena secara umum kita hampir dingin pada iman suci kita dalam Tuhan Yesus Kristus kita, dan kurangnya perhatian kita pada karya Pemeliharaan IlahiNya dalam kita, dan untuk persekutuan manusia dengan Allah, kita sudah begitu jauh sehingga dapat kitakan kita hampir melepaskan kehidupan Kristen yang sejati. Kesaksian-kesaksian Kitab Suci sekarang menjadi aneh bagi kita; misalnya ketika bibir Musa oleh Roh Kudus berkata: “Dan Adam melihat Tuhan sedang berjalan-jalan didalam Firdaus” (Kej 3:10), atau ketika kita membaca kata-kata Rasul Paulus: “Kami pergi ke Akhaya, dan Roh Allah tidak mau pergi bersama kami; kami kembali ke Makedonia dan Roh Allah datang bersama kami.” Lebih dari sekali dalam bagian Kitab Suci kehadiran Allah kepada manusia disebutkan.”
“Itulah mengapa sebagian orang berkata: Bagian ini tidak seksama, apakah sungguh mungkin bagi manusia untuk melihat Allah dengan sangat terbuka?” Namun tidak ada yang tak seksama disini. Kesalahpahaman datang karena kita telah pergi dari kesederhanaan pengetahuan Kristen yang sejati. Dibawah dalih dari pendidikan, kita telah meraih suatu kegelapan dari kebodohan, bahwa hal-hal tersebut dipahami sejak kuno dengan jelas, yang kelihatannya bagi kita nyaris tak terbayangkan. Bahkan dalam pembicaraan biasa, pendapat tentang kehadiran Allah diantara manusia tidak dilihat sebagai suatu hal yang aneh bagi mereka. Sehingga ketika teman-temannya menghardiknya telah menghujat Allah, maka Ayub menjawab mereka: “Bagaimana mungkin itu terjadi ketika aku merasa Roh Allah didalam lubang hidungku? (Ayb 27:3).” Itulah, “Bagaimana mungkin aku menghujat Allah ketika Roh Kudus berdiam didalamku? Jika aku telah menghujat Allah maka Roh Kudus akan undur daripadaku; namun lihat! Aku merasakan nafasNya didalam lubang hidungku.”
“Hal ini dikatakan bahwa Abraham dan Yakub melihat Allah dan berbicara denganNya didalam cara yang sama, dan bahwa Yakub bahkan bergulat denganNya. Musa dan semua orang yang bersamanya melihat Allah ketika ia menerima loh hukum diatas Gunung Sinai dari Allah. Sebuah tiang awan dan tiang api, atau dengan kata lain, rahmat nyata Roh Kudus, melayani sebagai pembimbing kepada umat Allah dipadang gurun. Orang-orang melihat Allah dan rahmat Roh KudusNya tidak selama tidur, dalam mimpi, atau dalam kegembiraan imajinasi yang menyimpang, namun benar-benar dan terbuka.”
“Kita sudah menjadi begitu lalai pada karya keselamatan kita, bahwa kita kurang tepat dalam menafsirkan banyak kata dalam Kitab Suci sebagaimana mestinya, semua karena kita tidak mencari rahmat Allah dan didalam kesombongan pikiran kita, jangan izinkan hal itu untuk berdiam dalam jiwa kita. Itulah mengapa kita tanpa terang sejati dari Tuhan, yang Ia kirimkan kedalam hati manusia yang lapar dan haus dengan segenap hatinya untuk kebenaran dan kesucian Tuhan.”
“Banyak yang menjelaskan bagian dalam Alkitab, “Allah menghembuskan nafas kehidupan ke wajah Adam” yang pertama diciptakan, yang diciptakan olehNya dari debu tanah, hal itu pasti berarti sampai saat itu dilakukan maka tidak ada baik roh maupun jiwa manusia didalam Adam, namun hanya daging yang diciptakan dari debu tanah. Tafsiran ini adalah salah, sebab Tuhan menciptakan Adam dari debu tanah dengan bentuk sebagai Rasul Paulus jelaskan: “semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita (1Tes 5:23)”. Dan semua bagian kodrat kita ini telah diciptakan dari debu tanah, dan Adam tidak diciptakan mati, namun suatu makhluk hidup seperti semua makhluk bernyawa milik Allah, yang tinggal di bumi.”
“Pokoknya adalah bahwa jika Tuhan Allah tidak menghembuskan nafasNya ke wajah Adam, nafas kehidupan ini – itu adalah rahmat Tuhan Allah kita, Roh Kudus, Yang keluar dari Bapa dan tinggal didalam Putera, dan diutus kedalam dunia demi Putera – Adam akan tetap tanpa Roh Kudus. Itulah Roh Kudus yang mengangkat Adam dalam martabat yang seperti Allah. Ia telah diciptakan dan lebih tinggi dari segala makhluk Allah yang lain, sebagai mahkota ciptaan di bumi, walaupun sempurna namun ia sama seperti makhluk yang lain, meskipun mereka memiliki satu tubuh, jiwa, dan roh, masing-masing menurut jenisnya, tidak memiliki Roh Kudus bersamanya. Namun ketika Tuhan Allah menghembuskan ke wajah Adam suatu nafas kehidupan, maka sesuai dengan perkataan Musa, “Adam menjadi suatu jiwa yang hidup” (Kej 2:7), itulah secara lengkap dan dalam segala hal serupa Allah, dan seperti Dia, kekal selamanya. Adam kebal terhadap perbuatan unsur-unsur sedemikian rupa sehingga air tak dapat menenggelamkannya, api tidak membakarnya, bumi tak dapat menelannya kedalam Abyss, udara tidak dapat menyakitinya oleh berbagai macam perbuatan apapun. Segalanya tunduk kepadanya sebagai kekasih Allah, sebagai raja dan tuan atas ciptaan, dan segalanya memandangnya sebagai mahkota sempurna dari makhluk Allah. Adam dibuat sangat bijaksana oleh nafas hidup ini, yang dihembuskan ke wajahnya dari bibir Allah yang mencipta, Sang Pencipta dan Penguasa segalanya, bahwa tidak pernah seorang manusia dibumi lebih bijaksana atau lebih berpengetahuan, dan tidak didapati yang demikian sesudahnya. Ketika Tuhan memerintahkannya untuk memberikan nama-nama pada semua makhluk, ia memberikan nama kepada setiap makhluk dengan secara lengkap menyampaikan semua ciri-ciri, kuasa-kuasa dan sifat-sifat yang diberikan kepada mereka oleh Allah pada saat penciptaannya.”
“Sebagai hasil dari karunia ini, yaitu rahmat gaib rahmat Allah, yang mana telah ditanamkan kedalam dirinya oleh nafas kehidupan, Adam dapat melihat dan memahami bahwa Tuhan sedang berjalan didalam Firdaus, memahami SabdaNya, memahami percakapan dengan para malaikat suci, bahasa-bahasa segala binatang liar, burung-burung, dan binatang melata, dan semua itu sekarang tersembunyi dari kita, makhluk yang telah jatuh dan penuh dosa. Semua ini sangat jelas bagi Adam sebelum kejatuhannya. Tuhan Allah juga memberikan kepada Hawa suatu kebijaksanaan yang sama, kekuatan, kuasa tak terbatas, dan segala kebajikan dan sifat-sifat yang suci. Ia menciptakannya bukan dari debu tanah namun dari tulang rusuk Adam didalam kenikmatan Eden, Firdaus, dimana Ia telah letakkan ditengah-tengah bumi.”
“Dalam rangka bahwa mereka selalu mempertahankan keabadian, keIlahian dan sifat-sifat sempurna dari nafas kehidupan maka Allah menanam ditengah-tengah tama suatu Pohon Kehidupan yang buah-buahnya diberkati dengan segala hakekat dan kepenuhan nafas IlahiNya. Jika mereka tidak berdosa, Adam dan Hawa serta keturunannya dapat selalu makan buah Pohon Kehidupan dan sehingga dapat seterusnya mempertahankan kuasa kehidupan dari rahmat Ilahi.”
“Mereka juga dapat mempertahankan untuk selamanya, kepenuhan kuasa tubuh mereka, jiwa dan roh didalam keadaan kekekalan dan kemudaan abadi, dan mereka dapat melanjutkan keadaan kekekalan dan terberkati ini selamanya. Pada masa sekarang, bagaimanapun, adalah sukar bagi kita untuk membayangkan rahmat yang demikian.”
“Namun melalui mencicipi Pohon Pengetahuan akan yang baik dan yang jahat – secara gegabah dan menentang pada perintah Allah – mereka mempelajari perbedaan antara yang baik dan yang jahat serta mengalami penderitaan yang mengikuti pelanggaran perintah Allah. Sehingga mereka kehilangan karunia yang tak ternilai dari rahmat Roh Allah, sampai yang benar datang kedalam dunia, yaitu manusia Allah, Yesus Kristus, sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan (Yoh 7:39).”
“Bagaimanapun hal itu tidak berarti bahwa Roh Allah tidak berada didalam dunia secara mutlak, namun kehadiranNya tidak sangat nyata. Hal itu terwujud hanya secara lahiriah, dan hanya tanda-tanda kehadiranNya didalam dunia yang diketahui oleh umat manusia. Jadi banyak rahasia-rahasia sehubungan dengan masa depan keselamatan bagi umat manusia yang diwahyukan kepada Adam dan Hawa setelah kejatuhan mereka. Bagi Kain, meskipun melalui pelanggaran dan dosanya, adalah mudah baginya untuk memahami suara yang memegang rahmat dan keIlahian, melalui kata-kata yang menginsafkan. Nuh berbicara dengan Allah. Abraham melihat Allah dan bersukacita pada hariNya (Yoh 8:56). Rahmat Roh Kudus secara lahiriah juga terpantulkan didalam seluruh Perjanjian Lama, para nabi dan janasuci Israel. Setelah itu, orang Ibrani mendirikan sekolah khusus kenabian dimana putera-putera para nabi diajarkan untuk membedakan tanda-tanda perwujudan Allah atau para malaikat, dan untuk membedakan cara kerja Roh Kudus dari fenomena umum alamiah dari kehidupan duniawi yang kurang berharga. Simeon yang menahankan Allah di lengannya, Kakek dan nenek Kristus, Yoakim dan Hana, dan tak terhitung hamba-hamba lain Allah yang secara berkelanjutan sering menjumpai berbagai penampakan Ilahi, pewahyuan dan mendengar suara-suara, yang dipertegas dengan peristiwa-peristiwa ajaib. Meskipun tidak dalam bentuk kuasa yang sama sebagaimana dalam umat Allah, namun kehadiran Roh Allah juga berkarya didalam orang-orang kafir yang tidak mengenal Allah yang sejati, karena walaupun diantara mereka, Allah menemukan orang-orang terpilih. Misalnya, adalah seorang nabiah perawan yang disebut Sibyls yang bernazar perawan kepada Allah yang tak dikenal, namun kepada Allah, Sang Pencipta alam semesta, Penguasa Yang Maha Kuasa dari dunia, sebagaimana Ia dimengerti oleh kaum kafir. Melalui para filsuf kafir juga mengembara didalam kegelapan ketidaktahuan akan Allah, namun mereka mencari kebenaran yang dikasihi Allah. Karena dari itu, Allah berkenan untuk mencari, mereka dapat mengambil bagian dari Roh Allah. Sebagaimana dikatakan, bahwa bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, melakukan secara alamiah tuntutan hukum dan melakukan apa yang berkenan kepada Allah (Rm 2:14). Tuhan sangat memuji kebenaran bahwa Ia berkata tentang DiriNya Sendiri oleh Roh Kudus: “Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit (Mzm 85:11)”.
-To be Continue