06 September
01) St. Kosmas dari Aitolia
By: Fr. Kyrillos Junan SL
Tujuh belas abad sesudah St. Paulus Sang Rasul yang terkenal dalam perjalanan misinya melintasi Yunani, seorang manusia dari Allah melintasi negeri yang sama seorang diri, dari perbatasan ke perbatasan dan dari pulau ke pulau dalam suatu perjalanan misi karya kerasulan yang mengagumkan. Namanya adalah Kosmas Aitolos dari Kekristenan Orthodox Yunani atau Kosmas dari Aitolia (Yunani: Κοσμάς Αιτωλός) yang hidup pada tahun 1714 - 1779. Ia adalah seorang rahib dari Gereja Orthodox Yunani dan figur penting yang membawa pencerahan bagi Yunani pada masanya. Ia adalah seorang yang ketaatannya kepada Allah dan Negara menimbulkan suatu kebangunan rohani Kekristenan Yunani, untuk memulihkan negeri yang dibanggakannya dari tekanan-tekanan yang sudah lama dideritanya. Pada suatu waktu, ketika Gereja Kristen terpecah atas golongan-golongan yang saling mencurigai satu dengan lainnya, Kosmas adalah tokoh yang mau mengembalikan Kekristenan ke masa Gereja mula-mula yang Rasuliyah yang memahami hanya satu Gereja Yesus Kristus.
Kehidupan awal dari Kosmas kurang beruntung; ia berasal dari sebuah desa yang disebut Mega Dendron, Aitolia, dimana ia dilahirkan pada tahun 1714. Bapaknya adalah seorang yang penuh kasih sayang dan sederhana, sedang ibunya seorang beriman dan saleh. Kesalehan dan kasih sayang orang tuanya sangat mempengaruhi putra mereka dalam memilih jalan berkarya bagi Tuhan dan Gereja. Ia dibaptis dengan nama Konstas dan mengikuti sekolah umum. Sesudah itu ia dibimbing dalam kehidupan iman Kristen oleh Diakon Agung Ananias, teman dari orang tuanya. Sesudah beberapa waktu berkarya sebagai guru, Konstas memutuskan untuk mengikuti pendidikan di Monasteri (biara) Vatopedi di Negara Monastik Autonomous (bersifat Swa-Pemerintahan dalam banyak hal, namun tidak bersifat “Autokefalous” (berkepala sendiri, swa-kepala), yaitu Pusat Spiritualitas dan Kehidupan Monastik Orthodox, Gunung Suci Athos. Kemudian ia masuk Monasteri Philotheou dimana ia ditonsur (ritus pemotongan rambut sebagai biarawan) sebagai seorang monakhos (biarawan) dan diberi nama Kosmas. Panggilan imamatnya berjalan lancar, setelah melalui jenjang diakon, ia ditahbiskan sebagai presbiter (imam/romo). Ia menjadi biarawan dan tinggal di Gunung Athos selama beberapa tahun, tetapi karena dicemaskan oleh kurangnya pengetahuan Injil diantara umat yang hidup di bawah kekuasaan Turki. Maka ia belajar retorika di Konstantinopel dan menerima berkat dari Patriarkh Seraphim II untuk pergi sebagai pengkotbah Injil. Ia berkotbah di Makedonia, Serbia, Albania dan Yunani dan mendirikan sekolah-sekolah. Tidak hanya orang-orang Kristen datang mendengarkan dia. Ia sebagai orang yang saleh. Ia selalu meminta berkat dari uskup Orthodox setempat sebelum ia berkotbah di wilayah, yang berada dalam kekuasaan Turki. Kotbah-kotbahnya yang melawan ketidak jujuran praktek-praktek bisnis membangkitkan kemarahan baik orang-orang Yahudi dan pebisnis - pebisnis Orthodox. Berikut ini adalah contoh dari kotbah orang kudus ini yang dikutip dari buku, Cintailah Sesamamu :
”Jika engkau ingin kasih yang sempurna, pergi juallah segala harta milikmu, berikan harta milikmu pada kaum duafa (kaum fakir-miskin), pergilah dimana engkau menemukan seorang tuan dan jadilah hambanya. Dapatkah kamu melakukan ini, dan menjadi sempurna?”
“Engkau mengatakan ini terlalu berat? Kemudian kerjakan sesuatu yang lain. Jangan menjual dirimu sendiri sebagai seorang hamba. Hanya juallah harta milikmu dan berikan semuanya pada kaum duafa. Dapatkah engkau melakukannya ? Atau engkau anggap ini sebagai tugas yang terlalu berat?”
“Baiklah, engkau tidak dapat mendermakan segala harta milikmu. Kemudian berilah separuh, atau sepertiga, atau seperlima. Adakah ini juga terlalu berat? Kemudian berilah sepersepuluh. Dapatkah engkau melakukannya? Apakah itu masih terlalu berat?”
“Bagaimana tentang ini. Jangan menjual dirimu sendiri sebagai seorang hamba. Jangan memberikan satu sen-pun pada kaum duafa. Hanya lakukan ini. Jangan mengambil mantel saudaramu yang miskin, jangan mengambil rotinya, jangan menganiaya dia, jangan makan dia hidup-hidup. Jika engkau tidak memperlakukan dia baik-baik, sekurang-kurangnya tidak melukainya. Hanya biarkan dia sendiri. Apakah itu juga terlalu berat?”
“Engkau mengatakan engkau ingin diselamatkan. Tetapi bagaimana? Bagaimana kita dapat diselamatkan jika segala sesuatu kita katakan terlalu berat? Kita merendahkan diri dan merendahkan diri hingga tidak ada tempat lebih rendah lagi. Allah penuh belas kasihan, ya, tetapi Ia juga mempunyai tongkat besi”
Kosmas sejak lama mempunyai kerinduan untuk melakukan karya kerasulan, dan ia yakin bahwa tidak ada tempat lain yang baik untuk melakukan karya misi ini selain tanah airnya sendiri. Ia ditentukan untuk menghidupkan kembali kebangunan rohani Kristiani di setiap desa Yunani yang terpencil dan membawa kembali ke abad-abad Kekristenan Byzantium yang sudah diporak-porandakan oleh kaum Muslim-Ottoman, Turki. Ia berhasil mempengaruhi Patriarkh Ekumenis Konstantinopel, Serapheim II (1757-1761) yang memberinya kekuasaan penuh untuk melakukan perjalanan misi ke mana saja ia dibutuhkan oleh umat. Patriarkh memberikan berkat baginya untuk melakukan karya misi kerasulan secara leluasa dan dengan kemerdekaan penuh sebagai pengkotbah. Di beberapa desa terpencil, dimana bertahun-tahun tidak dikunjungi presbiter, Kosmas menemukan orang-orang yang belum dibaptis. Inilah suatu keadaan yang membuat dia semakin bersemangat untuk usaha-usaha kebangkitan dan pemulihan kehidupan Kristiani. Di monasteri, teman-temannya sesama monakhos mengenal Kosmas sebagai seorang yang mempunyai visi ke masa depan. Beberapa istilah tidak dimengerti oleh orang-orang pada masa hidupnya, karena Kosmas menubuatkan tidak hanya berbicara tentang orang yang dapat berbicara dalam jarak yang sangat jauh bermil-mil lewat telpon, tetapi ia juga sudah melihat ke depan bahwa di abad-abad kemudian ada benda terbang yang mampu melepaskan suatu kekuatan dengan daya rusak besar (mungkin inilah yang pada masa kini disebut rudal balistik berhulu-ledak nuklir).
Dalam masa 25 tahun, Kosmas yang tidak pernah berkurang semangatnya, melakukan perjalanan misi tidak hanya di seluruh wilayah Yunani dan pulau-pulaunya yang indah, tetapi juga berkarya ke Albania, sebuah negara tetangga. Karya kerasulannya yang luar biasa termasuk mendirikan lebih dari 200 sekolah-sekolah, institusi-institusi karya karitas (karya kasih Kristiani), dan gereja-gereja kecil di daerah-daerah pedalaman dimana prebiter-presbiter yang berkeliling dapat memimpin perayaan Liturgi Suci sesering mungkin. Ia menolak penggunaan bahasa Aromanian (dikenal juga sebagai bahasa Macedo-Romanian atau Vlach, adalah bahasa percakapan Romance Timur di Eropa Tenggara, di daerah Balkan) dan Albanian (adalah bahasa percakapan Indo-Eropa, terutama di Albania dan Kosovo, juga di daerah Balkan, termasuk Republik Makedonia, Montenegro, dan Serbia Selatan), menganjurkan para orang tua untuk mengajar anak-anak mereka bahasa Yunani karena itu adalah ”bahasa Gereja”.
“Kamu juga harus belajar, saudaraku; belajarlah sebanyak mungkin yang kamu bisa. Dan jika bapa-bapamu belum belajar, didiklah anak-anakmu untuk belajar bahasa Yunani karena Gereja kita menggunakan bahasa Yunani. Dan jika kamu tidak belajar bahasa Yunani, saudaraku, kamu tidak akan mengerti apakah pengakuan Gereja kita”.
Dimana saja ia berkotbah, ia mempunyai suatu kebiasaan yaitu menanamkan sebuah salib. Hasilnya banyak salib tertanam di daerah pedalaman sebagai peringatan kepada orang-orang yang lewat di situ bahwa di tempat itu aman dan Allah tidak meninggalkan mereka. Setelah Revolusi Yunani pada tahun 1770 di Peloponnesus (yang digerakkan oleh Orlov bersaudara dengan dukungan Katherina II dari Kekaisaran Rusia). Di daerah Ionnina ia ditangkap karena tuduhan-tuduhan palsu dari kelompok-kelompok yang tidak menyukainya. Para penguasa Turki menuduhnya sebagai agen Rusia. Ia dieksekusi dengan cara digantung pada tanggal 24 Agustus 1779 di kota Berat, Albania. Pada tahun 1812, Ali Pasha, penguasa Muslim Albania dari Epirus, mengatur pembangunan monasteri dekat tempat eksekusinya, dimana jenasahnya dikuburkan.
Pada tanggal 20 April 1961, ia dikanonisasikan sebagai orang kudus dalam sebuah perayaan Liturgi Suci yang dipimpin oleh Patriarkh Ekumenis Konstantinopel, Athenagoras I (1948-1972), pengganti St. Andreas Rasul ke-268 dari Takhta St. Andreas di Fanar, Istambul, yang mengagumi St. Kosmas yang gagah berani itu. Karena karya misi dan kara kerasulannya bagi Kristus, GerejaNya, penyebaran iman Kristen dan pernyataan-pernyataan imannya yang tegas, St. Kosmas dari Aitolia juga dianugerahi gelar sebagai ”Yang Disamakan dengan Para Rasul” (equal-to-the-apostles) (Yunani: Iσαπόστολος, isapostolos; Latin: aequalis apostolis; Romania: întocmai cu Apostolii; Rusia: равноапостольный, ravnoapostolni; Bulgaria dan Serbia: равноапостолни, ravnoapostolni). Relikuinya tetap awet dan bahkan melakukan mukjizat sejak saat itu.
Pesta peringatan isapostolos St. Kosmas dari Aitolia adalah 6 September, yang adalah tanggal kemartirannya sebagai seorang Imam Syuhada (Imam Martir) jika 24 Agustus Kalender Julian dikonversikan pada Kalender Gregorian. Komunitas Orthodox di Malang, Jawa Timur dinamakan dan didedikasikan pada St. Kosmas dari Aitolia, Imam Syuhada Baru (New Hieromartyr). Pemberian nama ini dilakukan oleh Mitra-Arkhimandrit Rm. Daniel Bambang Dwi Byantoro, pendiri dan ketua umum GOI (Gereja Orthodox Indonesia) dalam pertemuan para rohaniwan GOI pada tanggal 6 Maret 2006 di Solo. Komunitas Orthodox Malang memulai Liturgi Suci pertamanya pada bulan April 2006. Komunitas Orthodox Malang untuk sementara melaksanakan Liturgi Sucinya di rumah-rumah umat dan para katekumen di Malang.
“St. Kosmas dari Aitolos doakanlah kami yang berjalan dengan iman bersamamu. Amin!”
Troparion St. Kosmas dari Aetolia (Irama 4)
Dengan kidung marilah kita menyerukan kemasyhuran Kosmas, yang kegemilangannya melebihi paduan suara para syuhada, para imam, dan para petapa, dan marilah kita berhimpun; karena ia menyalurkan kesembuhan untuk mereka yang berjalan dengan dia dalam iman, karena sebagai yang disamakan dengan para Rasul, ia memiliki keberanian di hadapan Tuhan.
Referensi
1. ____________, Sinaksarion (Kisah Orang Kudus). Dikumpulkan oleh Rm. Kyrillos dari bulletin Gereja Orthodox Indonesia dan sumber-sumber lain. Malang. 2000.
2. ____________, Saint Herman Calender 2006. Saints of the German – Speaking Lands. Printed with the blessing of His Grace ^ Longin, Serbian Orthodox Bishop of the U.S.A. and Canada, New Gracanica Metropolitanate, and Bishop Adminstrator of Serbian Orthodox Diocese of Western America. Thirty-fourth year of publication. Copyright 2006 by the St. Herman of Alaska Brotherhood. 2006.
3. Bahan-bahan dari website: http://www.comeandseeicons.com/saintsc.htm
4. From Wikipedia, the free encyclopedia: Cosmas of Aetolia
Tujuh belas abad sesudah St. Paulus Sang Rasul yang terkenal dalam perjalanan misinya melintasi Yunani, seorang manusia dari Allah melintasi negeri yang sama seorang diri, dari perbatasan ke perbatasan dan dari pulau ke pulau dalam suatu perjalanan misi karya kerasulan yang mengagumkan. Namanya adalah Kosmas Aitolos dari Kekristenan Orthodox Yunani atau Kosmas dari Aitolia (Yunani: Κοσμάς Αιτωλός) yang hidup pada tahun 1714 - 1779. Ia adalah seorang rahib dari Gereja Orthodox Yunani dan figur penting yang membawa pencerahan bagi Yunani pada masanya. Ia adalah seorang yang ketaatannya kepada Allah dan Negara menimbulkan suatu kebangunan rohani Kekristenan Yunani, untuk memulihkan negeri yang dibanggakannya dari tekanan-tekanan yang sudah lama dideritanya. Pada suatu waktu, ketika Gereja Kristen terpecah atas golongan-golongan yang saling mencurigai satu dengan lainnya, Kosmas adalah tokoh yang mau mengembalikan Kekristenan ke masa Gereja mula-mula yang Rasuliyah yang memahami hanya satu Gereja Yesus Kristus.
Kehidupan awal dari Kosmas kurang beruntung; ia berasal dari sebuah desa yang disebut Mega Dendron, Aitolia, dimana ia dilahirkan pada tahun 1714. Bapaknya adalah seorang yang penuh kasih sayang dan sederhana, sedang ibunya seorang beriman dan saleh. Kesalehan dan kasih sayang orang tuanya sangat mempengaruhi putra mereka dalam memilih jalan berkarya bagi Tuhan dan Gereja. Ia dibaptis dengan nama Konstas dan mengikuti sekolah umum. Sesudah itu ia dibimbing dalam kehidupan iman Kristen oleh Diakon Agung Ananias, teman dari orang tuanya. Sesudah beberapa waktu berkarya sebagai guru, Konstas memutuskan untuk mengikuti pendidikan di Monasteri (biara) Vatopedi di Negara Monastik Autonomous (bersifat Swa-Pemerintahan dalam banyak hal, namun tidak bersifat “Autokefalous” (berkepala sendiri, swa-kepala), yaitu Pusat Spiritualitas dan Kehidupan Monastik Orthodox, Gunung Suci Athos. Kemudian ia masuk Monasteri Philotheou dimana ia ditonsur (ritus pemotongan rambut sebagai biarawan) sebagai seorang monakhos (biarawan) dan diberi nama Kosmas. Panggilan imamatnya berjalan lancar, setelah melalui jenjang diakon, ia ditahbiskan sebagai presbiter (imam/romo). Ia menjadi biarawan dan tinggal di Gunung Athos selama beberapa tahun, tetapi karena dicemaskan oleh kurangnya pengetahuan Injil diantara umat yang hidup di bawah kekuasaan Turki. Maka ia belajar retorika di Konstantinopel dan menerima berkat dari Patriarkh Seraphim II untuk pergi sebagai pengkotbah Injil. Ia berkotbah di Makedonia, Serbia, Albania dan Yunani dan mendirikan sekolah-sekolah. Tidak hanya orang-orang Kristen datang mendengarkan dia. Ia sebagai orang yang saleh. Ia selalu meminta berkat dari uskup Orthodox setempat sebelum ia berkotbah di wilayah, yang berada dalam kekuasaan Turki. Kotbah-kotbahnya yang melawan ketidak jujuran praktek-praktek bisnis membangkitkan kemarahan baik orang-orang Yahudi dan pebisnis - pebisnis Orthodox. Berikut ini adalah contoh dari kotbah orang kudus ini yang dikutip dari buku, Cintailah Sesamamu :
”Jika engkau ingin kasih yang sempurna, pergi juallah segala harta milikmu, berikan harta milikmu pada kaum duafa (kaum fakir-miskin), pergilah dimana engkau menemukan seorang tuan dan jadilah hambanya. Dapatkah kamu melakukan ini, dan menjadi sempurna?”
“Engkau mengatakan ini terlalu berat? Kemudian kerjakan sesuatu yang lain. Jangan menjual dirimu sendiri sebagai seorang hamba. Hanya juallah harta milikmu dan berikan semuanya pada kaum duafa. Dapatkah engkau melakukannya ? Atau engkau anggap ini sebagai tugas yang terlalu berat?”
“Baiklah, engkau tidak dapat mendermakan segala harta milikmu. Kemudian berilah separuh, atau sepertiga, atau seperlima. Adakah ini juga terlalu berat? Kemudian berilah sepersepuluh. Dapatkah engkau melakukannya? Apakah itu masih terlalu berat?”
“Bagaimana tentang ini. Jangan menjual dirimu sendiri sebagai seorang hamba. Jangan memberikan satu sen-pun pada kaum duafa. Hanya lakukan ini. Jangan mengambil mantel saudaramu yang miskin, jangan mengambil rotinya, jangan menganiaya dia, jangan makan dia hidup-hidup. Jika engkau tidak memperlakukan dia baik-baik, sekurang-kurangnya tidak melukainya. Hanya biarkan dia sendiri. Apakah itu juga terlalu berat?”
“Engkau mengatakan engkau ingin diselamatkan. Tetapi bagaimana? Bagaimana kita dapat diselamatkan jika segala sesuatu kita katakan terlalu berat? Kita merendahkan diri dan merendahkan diri hingga tidak ada tempat lebih rendah lagi. Allah penuh belas kasihan, ya, tetapi Ia juga mempunyai tongkat besi”
Kosmas sejak lama mempunyai kerinduan untuk melakukan karya kerasulan, dan ia yakin bahwa tidak ada tempat lain yang baik untuk melakukan karya misi ini selain tanah airnya sendiri. Ia ditentukan untuk menghidupkan kembali kebangunan rohani Kristiani di setiap desa Yunani yang terpencil dan membawa kembali ke abad-abad Kekristenan Byzantium yang sudah diporak-porandakan oleh kaum Muslim-Ottoman, Turki. Ia berhasil mempengaruhi Patriarkh Ekumenis Konstantinopel, Serapheim II (1757-1761) yang memberinya kekuasaan penuh untuk melakukan perjalanan misi ke mana saja ia dibutuhkan oleh umat. Patriarkh memberikan berkat baginya untuk melakukan karya misi kerasulan secara leluasa dan dengan kemerdekaan penuh sebagai pengkotbah. Di beberapa desa terpencil, dimana bertahun-tahun tidak dikunjungi presbiter, Kosmas menemukan orang-orang yang belum dibaptis. Inilah suatu keadaan yang membuat dia semakin bersemangat untuk usaha-usaha kebangkitan dan pemulihan kehidupan Kristiani. Di monasteri, teman-temannya sesama monakhos mengenal Kosmas sebagai seorang yang mempunyai visi ke masa depan. Beberapa istilah tidak dimengerti oleh orang-orang pada masa hidupnya, karena Kosmas menubuatkan tidak hanya berbicara tentang orang yang dapat berbicara dalam jarak yang sangat jauh bermil-mil lewat telpon, tetapi ia juga sudah melihat ke depan bahwa di abad-abad kemudian ada benda terbang yang mampu melepaskan suatu kekuatan dengan daya rusak besar (mungkin inilah yang pada masa kini disebut rudal balistik berhulu-ledak nuklir).
Dalam masa 25 tahun, Kosmas yang tidak pernah berkurang semangatnya, melakukan perjalanan misi tidak hanya di seluruh wilayah Yunani dan pulau-pulaunya yang indah, tetapi juga berkarya ke Albania, sebuah negara tetangga. Karya kerasulannya yang luar biasa termasuk mendirikan lebih dari 200 sekolah-sekolah, institusi-institusi karya karitas (karya kasih Kristiani), dan gereja-gereja kecil di daerah-daerah pedalaman dimana prebiter-presbiter yang berkeliling dapat memimpin perayaan Liturgi Suci sesering mungkin. Ia menolak penggunaan bahasa Aromanian (dikenal juga sebagai bahasa Macedo-Romanian atau Vlach, adalah bahasa percakapan Romance Timur di Eropa Tenggara, di daerah Balkan) dan Albanian (adalah bahasa percakapan Indo-Eropa, terutama di Albania dan Kosovo, juga di daerah Balkan, termasuk Republik Makedonia, Montenegro, dan Serbia Selatan), menganjurkan para orang tua untuk mengajar anak-anak mereka bahasa Yunani karena itu adalah ”bahasa Gereja”.
“Kamu juga harus belajar, saudaraku; belajarlah sebanyak mungkin yang kamu bisa. Dan jika bapa-bapamu belum belajar, didiklah anak-anakmu untuk belajar bahasa Yunani karena Gereja kita menggunakan bahasa Yunani. Dan jika kamu tidak belajar bahasa Yunani, saudaraku, kamu tidak akan mengerti apakah pengakuan Gereja kita”.
Dimana saja ia berkotbah, ia mempunyai suatu kebiasaan yaitu menanamkan sebuah salib. Hasilnya banyak salib tertanam di daerah pedalaman sebagai peringatan kepada orang-orang yang lewat di situ bahwa di tempat itu aman dan Allah tidak meninggalkan mereka. Setelah Revolusi Yunani pada tahun 1770 di Peloponnesus (yang digerakkan oleh Orlov bersaudara dengan dukungan Katherina II dari Kekaisaran Rusia). Di daerah Ionnina ia ditangkap karena tuduhan-tuduhan palsu dari kelompok-kelompok yang tidak menyukainya. Para penguasa Turki menuduhnya sebagai agen Rusia. Ia dieksekusi dengan cara digantung pada tanggal 24 Agustus 1779 di kota Berat, Albania. Pada tahun 1812, Ali Pasha, penguasa Muslim Albania dari Epirus, mengatur pembangunan monasteri dekat tempat eksekusinya, dimana jenasahnya dikuburkan.
Pada tanggal 20 April 1961, ia dikanonisasikan sebagai orang kudus dalam sebuah perayaan Liturgi Suci yang dipimpin oleh Patriarkh Ekumenis Konstantinopel, Athenagoras I (1948-1972), pengganti St. Andreas Rasul ke-268 dari Takhta St. Andreas di Fanar, Istambul, yang mengagumi St. Kosmas yang gagah berani itu. Karena karya misi dan kara kerasulannya bagi Kristus, GerejaNya, penyebaran iman Kristen dan pernyataan-pernyataan imannya yang tegas, St. Kosmas dari Aitolia juga dianugerahi gelar sebagai ”Yang Disamakan dengan Para Rasul” (equal-to-the-apostles) (Yunani: Iσαπόστολος, isapostolos; Latin: aequalis apostolis; Romania: întocmai cu Apostolii; Rusia: равноапостольный, ravnoapostolni; Bulgaria dan Serbia: равноапостолни, ravnoapostolni). Relikuinya tetap awet dan bahkan melakukan mukjizat sejak saat itu.
Pesta peringatan isapostolos St. Kosmas dari Aitolia adalah 6 September, yang adalah tanggal kemartirannya sebagai seorang Imam Syuhada (Imam Martir) jika 24 Agustus Kalender Julian dikonversikan pada Kalender Gregorian. Komunitas Orthodox di Malang, Jawa Timur dinamakan dan didedikasikan pada St. Kosmas dari Aitolia, Imam Syuhada Baru (New Hieromartyr). Pemberian nama ini dilakukan oleh Mitra-Arkhimandrit Rm. Daniel Bambang Dwi Byantoro, pendiri dan ketua umum GOI (Gereja Orthodox Indonesia) dalam pertemuan para rohaniwan GOI pada tanggal 6 Maret 2006 di Solo. Komunitas Orthodox Malang memulai Liturgi Suci pertamanya pada bulan April 2006. Komunitas Orthodox Malang untuk sementara melaksanakan Liturgi Sucinya di rumah-rumah umat dan para katekumen di Malang.
“St. Kosmas dari Aitolos doakanlah kami yang berjalan dengan iman bersamamu. Amin!”
Troparion St. Kosmas dari Aetolia (Irama 4)
Dengan kidung marilah kita menyerukan kemasyhuran Kosmas, yang kegemilangannya melebihi paduan suara para syuhada, para imam, dan para petapa, dan marilah kita berhimpun; karena ia menyalurkan kesembuhan untuk mereka yang berjalan dengan dia dalam iman, karena sebagai yang disamakan dengan para Rasul, ia memiliki keberanian di hadapan Tuhan.
Referensi
1. ____________, Sinaksarion (Kisah Orang Kudus). Dikumpulkan oleh Rm. Kyrillos dari bulletin Gereja Orthodox Indonesia dan sumber-sumber lain. Malang. 2000.
2. ____________, Saint Herman Calender 2006. Saints of the German – Speaking Lands. Printed with the blessing of His Grace ^ Longin, Serbian Orthodox Bishop of the U.S.A. and Canada, New Gracanica Metropolitanate, and Bishop Adminstrator of Serbian Orthodox Diocese of Western America. Thirty-fourth year of publication. Copyright 2006 by the St. Herman of Alaska Brotherhood. 2006.
3. Bahan-bahan dari website: http://www.comeandseeicons.com/saintsc.htm
4. From Wikipedia, the free encyclopedia: Cosmas of Aetolia