20 Oktober
01) St.Iona dari Manchuria
By: Daniel Fs
St.Iona dari Manchuria dilahirkan di Rusia pada tanggal 17 April 1888 AD dengan nama Vladimir (Volodya) Pokrovsky, ia telah menjadi yatim piatu sejak usia 8 tahun dan diadopsi oleh seorang diakon. Setelah lulus kuliah, beliau bekerja sebagai tenaga pengajar di Akademi Theologi Kazan.
Tahun 1918 AD, terjadilah revolusi di Rusia, yang memaksa St.Iona untuk meninggalkan Kazan, kemudian St.Iona ditangkap oleh komunis, disiksa, dan kemudian dipenjarakan. Oleh karunia Allah, setelah kebebasannya, St.Iona menarik diri ke perbatasan Cina Barat, dan kemudian disahkan sebagai Misioner Gereja ROCOR (Russian Orthodox Church Outside Russia) dengan jabatan Episkop (Uskup) Hankou-Manchuria.
Selama pelayanannya, St.Iona mendirikan panti asuhan, sekolah, dan ruang makan bagi kaum miskin; Beliau bekerja tanpa kenal lelah bagi umatnya sehingga sangat dicintai oleh umat.
Menjelang akhir hayatnya, St.Iona menulis surat bagi umat agar saling mengasihi satu dengan yang lainnya, dan pada hari terakhirnya yaitu pada tanggal 20 Oktober 1925 AD setelah Beliau menerima Komuni (Ekaristi/Perjamuan Kudus), Beliau memberkati umat yang ada dalam ruangan, lalu mengenakan Epitrakhelion milik St.Ambrosius (Schema) dari Optina kemudian bersujud sambil membaca teks kanon keberangkatan jiwa, setelah itu beliau berbaring diranjang seraya berkata: "Kehendak Allah akan terjadi... sekarang aku akan wafat", dan beberapa menit kemudian beliau wafat.
Pada sore dalam waktu yang bersamaan, seorang anak berumur 10 tahun yang bernama Nicholas Dergachev, yang menderita ketimpangan sehingga ia tidak dapat berjalan maupun berdiri, hal ini secara medis telah dinyatakan tidak dapat ditolong, anak itu bermimpi tentang seorang rohaniwan Gereja yang memakai baju putih datang kepadanya dan berkata: "Ini, ambillah kakiku, aku tidak memerlukannya lagi, dan berikanlah kakimu kepadaku". Kemudian anak tersebut terbangun dan didapati mengalami kesembuhan, selanjutnya melalui foto yang ada, anak itu mengenali rohaniwan dalam mimpinya sebagai St.Iona.
St.Iona dari Manchuria dilahirkan di Rusia pada tanggal 17 April 1888 AD dengan nama Vladimir (Volodya) Pokrovsky, ia telah menjadi yatim piatu sejak usia 8 tahun dan diadopsi oleh seorang diakon. Setelah lulus kuliah, beliau bekerja sebagai tenaga pengajar di Akademi Theologi Kazan.
Tahun 1918 AD, terjadilah revolusi di Rusia, yang memaksa St.Iona untuk meninggalkan Kazan, kemudian St.Iona ditangkap oleh komunis, disiksa, dan kemudian dipenjarakan. Oleh karunia Allah, setelah kebebasannya, St.Iona menarik diri ke perbatasan Cina Barat, dan kemudian disahkan sebagai Misioner Gereja ROCOR (Russian Orthodox Church Outside Russia) dengan jabatan Episkop (Uskup) Hankou-Manchuria.
Selama pelayanannya, St.Iona mendirikan panti asuhan, sekolah, dan ruang makan bagi kaum miskin; Beliau bekerja tanpa kenal lelah bagi umatnya sehingga sangat dicintai oleh umat.
Menjelang akhir hayatnya, St.Iona menulis surat bagi umat agar saling mengasihi satu dengan yang lainnya, dan pada hari terakhirnya yaitu pada tanggal 20 Oktober 1925 AD setelah Beliau menerima Komuni (Ekaristi/Perjamuan Kudus), Beliau memberkati umat yang ada dalam ruangan, lalu mengenakan Epitrakhelion milik St.Ambrosius (Schema) dari Optina kemudian bersujud sambil membaca teks kanon keberangkatan jiwa, setelah itu beliau berbaring diranjang seraya berkata: "Kehendak Allah akan terjadi... sekarang aku akan wafat", dan beberapa menit kemudian beliau wafat.
Pada sore dalam waktu yang bersamaan, seorang anak berumur 10 tahun yang bernama Nicholas Dergachev, yang menderita ketimpangan sehingga ia tidak dapat berjalan maupun berdiri, hal ini secara medis telah dinyatakan tidak dapat ditolong, anak itu bermimpi tentang seorang rohaniwan Gereja yang memakai baju putih datang kepadanya dan berkata: "Ini, ambillah kakiku, aku tidak memerlukannya lagi, dan berikanlah kakimu kepadaku". Kemudian anak tersebut terbangun dan didapati mengalami kesembuhan, selanjutnya melalui foto yang ada, anak itu mengenali rohaniwan dalam mimpinya sebagai St.Iona.
Arti nama Iona (Yunani)/Iune (Ibrani)/Yunus (Indonesia) adalah merpati, St.Iona dari Manchuria diangkat sebagai Santo pada tanggal 20 Oktober 1996 dan diperingati setiap tanggal 20 Oktober.
Troparion (Irama 4)
Engkau adalah seorang imam yang baik bagi umat Rusia, yang telah berangkat keluar untuk hidup dalam sebuah negeri asing, membimbing mereka dalam segala hal, namun khususnya dengan kasih dari Kristus, didalam segala sesuatu menyediakan suatu teladan dari kasih yang tulus ikhlas. Oh bapa Iona, hierarki kudus dari Kristus, mohonkanlah kepadaNya bagi keselamatan jiwa kami.
Kontakion (Irama 3)
Engkau tidak pernah menolak anak-anak yang datang kepadamu, Oh yang kudus terberkati, Bahkan engkaulah yang mengurusi kebutuhan harian mereka, dan membangun tempat yang aman bagi mereka. Dan meskipun setelah dikau beristirahat, engkau tidak meninggalkan mereka; Sebab dalam sebuah mimpi engkau telah menyembuhkan seorang anak yang timpang, Oleh karena itu, kami berseru kepadamu: “Bersukacitalah, Oh Iona sang pembuat mujizat yang penuh kemuliaan!"
Troparion (Irama 4)
Engkau adalah seorang imam yang baik bagi umat Rusia, yang telah berangkat keluar untuk hidup dalam sebuah negeri asing, membimbing mereka dalam segala hal, namun khususnya dengan kasih dari Kristus, didalam segala sesuatu menyediakan suatu teladan dari kasih yang tulus ikhlas. Oh bapa Iona, hierarki kudus dari Kristus, mohonkanlah kepadaNya bagi keselamatan jiwa kami.
Kontakion (Irama 3)
Engkau tidak pernah menolak anak-anak yang datang kepadamu, Oh yang kudus terberkati, Bahkan engkaulah yang mengurusi kebutuhan harian mereka, dan membangun tempat yang aman bagi mereka. Dan meskipun setelah dikau beristirahat, engkau tidak meninggalkan mereka; Sebab dalam sebuah mimpi engkau telah menyembuhkan seorang anak yang timpang, Oleh karena itu, kami berseru kepadamu: “Bersukacitalah, Oh Iona sang pembuat mujizat yang penuh kemuliaan!"
02) St. Sergius & St. Bacchus
By: Fr.Kyrillos Junan SL
Santo Sergius dan Bacchus (juga dikenal sebagai Serge dan Bacchus atau Sergios kai Bakchos atau Sarkis wa Bakhos; bhs. Rusia: Святых мучеников Сергия и Вакха Сирийский (290-303), adalah tentara Romawi abad ketiga yang diperingati sebagai syuhada (martir) oleh Gereja-gereja Orthodox Timur, Orthodox Oriental dan Roma Katolik. Menurut hagiografi (kisah tentang kisah kehidupan orang suci) mereka, yang diceritakan dalam teks Yunani yang dikenal sebagai The Passion of Sergius and Bacchus (Penderitaan Sergius dan Bacchus), mereka adalah warganegara Romawi dan perwira tinggi bala tentara Romawi dari Kaisar Galerius Maximianus, dan disayangi sang kaisar dalam kemurahannya sampai mereka diketahui sebagai orang Kristen secara sembunyi-sembunyi dan rahasia mereka terbuka ketika mereka mencoba untuk menghindari menemani seorang pejabat Romawi masuk ke dalam kuil pagan dengan seluruh pengawalnya.
Sergius dan Bacchus menolak untuk menyembah patung dewa-dewa Romawi di kuil berhala semasa kekuasaan Kaisar Maximianus setelah mereka menjadi penganut ajaran Yesus Kristus. Akibat ketidakpatuhan itu, mereka dibuang ke garis depan peperangan, untuk kemudian dianiaya dan dibunuh. Mereka dihukum berat, hingga Bacchus sekarat selama penyiksaan, dan Sergius akhirnya dipenggal. Gereja-gereja dan monasteri-monasteri (biara) untuk menghormati mereka telah dibangun di beberapa kota, termasuk Konstantinopel, Kairo dan Roma.
Penderitaan Sergius dan Bacchus (The passion of Sergius and Bacchus) dimaksudkan untuk menggambarkan kematian dua anggota pengawal kekaisaran di bawah kaisar Romawi Timur Gaius Galerius Valerius Maximianus (305-311), Bacchus di Barbalissos, dan Sergius di Resafa. Walaupun arkeologi telah membuktikan bahwa Resafa menjadi fokus untuk kultus penting Sergius paling akhir sekitar tahun 425. Para arkeololog yang lain berpendapat bahwa para martir dieksekusi di bawah kolega yunior Maximianus, yaitu Maximinus. Namun, klaim bahwa Maximianus menghukum para martir dengan mengenakan mereka pakaian wanita menunjuk ke pemerintahan Julian yang Murtad (361-363) sebagai gantinya, kaisar satu-satunya yang pernah menjatuhkan siksaan yang menghinakan tersebut atas para tentaranya. Unsur-unsur lainnya dalam the passion memperkuat kesan ini, yang berkaitan dengan penderitaan dua Pengaku Iman (konfesor) di bawah Julian. Sarjana Italia Pio Franchi de Cavalieri berpendapat bahwa The Passion of Sergius dan Bacchus didasarkan pada semangat awal kehilangan St. Juventinus dan St. Maximinus, dua orang kudus martir di bawah Kaisar Julian yang murtad di tahun 363. Dia mencatat terutama bahwa hukuman diarak keliling dalam pakaian perempuan mencerminkan perlakuan tentara Kristen oleh Julian. David Woods lebih lanjut mencatat bahwa Historia Nova Zosimus mencakup uraian dari Julian menghukum desertir kavaleri hanya dalam sedemikian rupa.
Sergius dan Bacchus adalah saudara - bukan dari darah tetapi dari kemauan. Mereka telah membentuk persahabatan dan hubungan yang kuat sementara melayani satu sama lain di dalam tentara Romawi di bawah pemerintahan Kaisar Maximianus. Keduanya perwira dan komandan dalam angkatan bersenjata dan tidak diketahui untuk sebagian besar tentara, mereka berdua adalah orang Kristen. Hidup mereka menjadi terjalin erat karena mereka lebih mengabdikan diri kepada Tuhan dan Juruselamat mereka sendiri. Mereka telah diangkat sebagai pemimpin dan dipanggil untuk memimpin dalam pasukan Kekaisaran Romawi, namun mereka juga telah dipanggil untuk melayani sebagai para saksi dan Pengaku Iman (konfesor) Kekristenan yang mereka peluk dan menjadi pengharapannya. Dengan pertobatan mereka, mereka telah menjauhi dari hal-hal cara hidup lama dan sebagai ciptaan baru di tempat kerjanya di kerajaan Romawi memerlukan hal-hal tertentu dari mereka bahwa mereka memberi diri dengan rela dan sepenuh hati bagi Allah Tritunggal Maha Kudus. Ujian terbesar menjulang di depan mereka karena sebagai abdi negara dan pemimpin militer mereka menarik perhatian lebih dari banyak orang.
Beberapa orang telah mengamati Sergius dan Bacchus dan mencurigai bahwa mereka mungkin menjadi anggota dari kelompok yang dibenci pada masa itu – yaitu orang-orang Kristen. Mereka melihat bahwa Sergius dan Bacchus sepertinya tak pernah mempersembahkan korban kepada dewa-dewa Romawi dan menilai bahwa tingkah-laku mereka mencurigakan. Orang yang dengki hati memberi informasi pada Maximianus bahwa dua orang penasehat dan pengawal terpercayanya tidak menghormati para dewa pagan. Hal ini dianggap sebagai kejahatan terhadap negara. Mungkin menyadari bahwa mereka berdiri untuk membuat kejatuhan atasan mereka, mereka berbalik dari Sergius dan Bacchus sebagai orang Kristen yang dicurigai. Hal ini tidak bisa diterima Maximianus yang memerintahkan kedua orang Kristen ini untuk muncul di hadapannya. Jantung mereka berpacu saat mereka berjalan melalui pintu dan mengetahui apa yang akan diminta dan apa yang diharapkan. Mungkin mereka takut bahwa Iman yang telah membawa mereka sejauh ini mungkin dipeluk dalam ketakutan.
Kaisar, ingin meyakinkan diri dari kebenaran tuduhan itu, Sergius dan Bacchus diperintahkan untuk mempersembahkan korban kepada dewa-dewa berhala. Namun, ketika mereka diminta untuk membuat pengorbanan untuk membuktikan kesetiaan mereka, mereka menolak untuk mempersembahkan kurban kepada Jupiter di bangunan-bangunan kuil pagan dari kaisar Galerius dan juga menolak untuk menyembah patung dewa-dewa Romawi lainnya di kuil berhala semasa kekuasaan Kaisar Maximianus. Ini terjadi setelah mereka menjadi penganut ajaran Yesus Kristus. Mereka bersikeras bahwa mereka adalah tentara yang baik tetapi mereka menyembah dan melayani Allah Yang Esa, Allah yang benar. Mereka mengaku Iman mereka akan satu Allah dan hanya menyembah Dia. Maximianus sangat kecewa dan marah. Ia memerintahkan Sergius dan Bacchus dilucuti dari simbol-simbol pangkat kemiliteran dan kebesaran mereka. Cincin, ikat pinggang, dan liontin emas mereka diambil dari mereka, tetapi mereka tetap mempertahankan iman mereka. Melihat bahwa ini tidak memiliki efek melemahkan pengharapan iman mereka, mereka telah melucuti pakaian mereka juga. Mereka terus mengakui dan berbagi Iman yang mengilhami dan menuntun mereka. Maximianus, dalam serangan dari kemarahan, memerintahkan agar mereka dikenakan pakaian wanita dan diarak melalui jalan-jalan. Dengan rantai di leher mereka, mereka diseret di depan massa untuk ditelanjangi dari martabat dan kehormatan diri mereka sendiri, dan orang-orang mengejek mereka. Lalu ia memanggil Sergius dan Bacchus padanya lagi dan dengan cara yang ramah menyarankan mereka untuk tidak terpengaruh oleh dongeng-dongeng Kristen, tetapi untuk kembali ke para dewa Romawi. Namun, mereka tidak berpaling ke kultus kaisar. Orang-orang kudus ini membantah kata-kata kaisar, dan menunjukkan kebodohan dari menyembah para dewa pagan. Penghinaan dan fitnah itu menyakitkan tapi tidak berhasil membujuk mereka untuk murtad dari imannya. Bahkan permohonan Kaisar dan janji-janji dikembalikannya kekuasaan mereka tidak membuahkan hasil.
Kaisar memerintahkan bahwa mereka akan dikirim ke gubernur bagian timur Syria, Antiokhus, yang sangat membenci orang Kristen. Galerius kemudian mengirim mereka ke Barbalissos di Mesopotamia untuk diadili oleh Antiokhus, komandan militer di sana dan seorang teman lama Sergius. Mereka dicap pengkhianat dan pemberontak dan dikirim ke Syria untuk menjalani hukuman mereka. Di sana, mereka diserahkan kepada gubernur: Antiokhus - orang yang terkenal karena kebrutalannya (baca: kekejamannya) terhadap kaum Kristiani. Antiokhus tak lupa, bagaimanapun, bahwa Sergius dan Bacchus telah menjadi orang-orang yang telah membantu dia menerima penempatan sebagai Gubernur Syria. Antiokhus telah menerima posisinya dengan bantuan Sergius dan Bacchus. "Bapakku dan pendukungku!" katanya. "Kasihanilah dirimu, dan juga aku, aku tidak ingin mengutuk pendukungku untuk penyiksaan kejam". Para martir kudus menjawab, "Bagi kami hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan." Ia meminta mereka untuk menyerahkan Iman mereka sehingga ia tidak akan membunuh mereka, tetapi mereka menolak dan malah menyatakan Iman yang membuat Antiokhus jengkel. Dia menjanjikan pada mereka kekuasaan dan mengembalikan gemerlap pengaruh kekaisaran tetapi mereka tetap tidak berpaling terhadap Injil Kerajaan. Dengan cara apapun, Antiokhus tidak bisa meyakinkan mereka untuk melepaskan iman mereka. Marah dengan upaya mereka yang berkhotbah kepadanya dan kegagalan untuk meyakinkan mereka, ia memukuli Bacchus berulang kali sampai dia meninggal akibat luka-lukanya. Sang Gubernur bertanya pada Bacchus sementara ia tergeletak sekarat, ia bertanya "Di mana Allahmu, sekarang?". Bacchus tersenyum penuh kasih dan menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan Tuhan yang Antiokhus tidak bisa melihat. Ini terjadi sekitar tahun 296. Setelah itu Sergius dipaksa untuk melihat saudaranya yang terkasih mati.
Hari berikutnya Bacchus menampakkan diri pada Sergius dan mendorong dia untuk tetap kuat. Selama hari-hari berikutnya, Sergius juga secara brutal disiksa. Ia kemudian dipaku pelat logam pada bagian bawah kaki Sergius dan memaksanya untuk berlari sembilan mil ke kota lain. Ketika Sergius tiba - dalam keadaan sangat menderita kesakitan - ia dipenggal di Resafa, di mana kematiannya ditandai dengan kejadian ajaib. Makamnya di Resafa menjadi tempat suci yang sangat terkenal, yang mana para peziarah datang dari jauh seperti dari Eropa Barat; Resafa kemudian dinamakan menjadi Sergiopolis untuk menghormatinya. Cerita berlanjut bahwa Antiokhus dan Maximianus marah bahwa mereka dapat melakukan penyiksaan yang mengerikan dan menyakitkan tersebut pada keduanya, namun hanya menerima balasan cinta-kasih dan pengampunan dari mereka. Dalam menghadapi pertobatan sejati dan penebusan, Kerajaan Allah tidak bisa berlalu - dan tidak bisa bahkan sampai saat ini – untuk memahami apa yang sedang terjadi. Bahkan masih, kasih Allah adalah lebih dalam daripada kebencian atau kutukan.
Penghormatan dari dua orang kudus itu dimulai pada abad ke-5. Sebuah tempat suci untuk Sergius dibangun di Resafa sekitar tahun 425, tetapi tidak ada bukti yang pasti untuk penghormatan Bacchus yang jauh lebih tua dari itu. Tempat suci ini dibangun dari mudbrick, ternyata atas perintah uskup Alexander dari Hierapolis. Passion itu yang bertanggal pertengahan abad ke-5 adalah karya yang menggambarkan pembangunan seperti sebuah tempat suci seolah-olah itu adalah kejadian yang relatif baru. Struktur ini diganti dengan batu yang lebih kokoh pada tahun 518;. situs baru ini dilindungi oleh tokoh politik penting termasuk Kaisar Romawi Justinian I, Raja Khosrau II dari Sassanid Persia, dan Al-Mundzir, penguasa Ghassanids.
Popularitas penghormatan Sergius dan Bacchus tumbuh pesat selama awal abad ke-5, sesuai dengan pertumbuhan kultus para martir, terutama para martir militer, selama periode itu. Penganiayaan terhadap orang-orang Kristen telah dimulai pada angkatan bersenjata jauh sebelum penganiayaan keseluruhan dari abad ke-4 awal, sangat mungkin bahwa bahkan kaum Kristen yang secara sembunyi-sembunyi bisa meningkat jumlahnya melalui jajaran pengawal kekaisaran. Pada zaman kekaisaran Byzantium, kedua orang kudus ini dihormati dan dimuliakan sebagai "pelindung prajurit perang atau angkatan bersenjata". Sebuah gereja biara besar, Hagia Sophia Kecil, didedikasikan untuk St. Sergius dan St. Bacchus di Konstantinopel oleh Justinian I, mungkin pada tahun 527. Sergius adalah orang suci sangat populer di Syria dan Kekristenan Arab.
Di bagian kota Kairo lama, Mesir ada gereja tertua yaitu Gereja Abu Serga (The Church of Saint Sergius and Bacchus), yang dibangun sekitar abad ke 4. Gereja ini didedikasikan kepada 2 orang martir abad awal bernama St. Sergius dan Bacchus yang juga secara tradisi gereja ini didirikan di tempat kediaman dari Keluarga Kudus (Yusuf, Maria dan bayi Yesus Kristus) selama mereka mengungsi di Mesir dikarenakan pengejaran dari Raja Herodes (Mat 2:13). Kemungkinan besar bangunan gereja didirikan pada sekitar abad ke 5 dan sempat rusak akibat kebakaran yang terjadi pada tahun 750. Setelah itu bangunan direstorasi kembali pada abad ke 8. Dan juga direnovasi secara berkelanjutan selama abad pertengahan. Dari bentuk dan gaya bangunannya, sangatlah mudah menentukan bahwa bangunan gereja ini merupakan gaya gereja Koptik awal, dengan bentuk atapnya menyerupai Bahtera Nuh serta ada 12 tiang kolum yang menyangga gereja (melambangkan 12 rasul Kristus). Di bawah gereja terdapat Gua yang secara tradisi dipercaya sebagai tempat tinggal Keluarga Kudus pada saat mereka berada di Mesir. Gereja ini terus dikunjungi oleh para peziarah dan turis dari seluruh dunia mengingat peristiwa pengungsian Yesus, Maria dan Yusuf ke Mesir. Setiap tahunnya pada kalendar Gereja Koptik (hari ke 24, bulan Bachons) di gereja ini diadakan liturgi suci untuk memperingati peristiwa tersebut, yang terus diadakan sampai hari ini.
Kota Resafa, yang menjadi takhta uskup, mengambil nama Sergiopolis dan melindungi relikwinya di sebuah benteng basilika. Resafa diperbaiki oleh Kaisar Justinianus, dan menjadi salah satu pusat ziarah terbesar di Timur. Banyak gereja dibangun didedikasikan dalam nama Sergius, kadang-kadang dengan Bacchus. Sebuah gereja yang didedikasikan untuk Santi Sergio e Bacco dibangun di Roma pada abad ke-9. Seni Kristen mewakili dua orang kudus sebagai prajurit dalam pakaian militer dengan cabang-cabang palem di tangan mereka. Pesta mereka diadakan pada 7/20 Oktober (Kalender baru Gregorian)/Kalender Lama Yulianus), dan misa agung dipersembahkan untuk mereka dalam "Sacramentarium" Paus Gelasius. Kaum nomaden padang pasir memandang Sergius sebagai santo pelindung khusus mereka.
Beberapa monasteri (biara) di Syria, Lebanon dan Turki yang didedikasikan untuk Mar Sarkis dan Bakhos (St. Sergius dan St. Bacchus, bhs. Arab: مار سركيس و باخوس). Monasteri-monasteri (biara-biara) ini termasuk:
* Biara Mar Sarkis dan Bakhos - Nahr Al Ras di Ehden, Libanon. Biara ini termasuk dalam Ordo Maronit Antouniyah Lebanon dikenal juga sebagai (Antonins atau Rahib-rahib Mar Chaya) sejak 1736.
* Biara Mar Sarkis - Bsharri. Biara ini sejak abad ke-16 di bawah imam-imam Karmelit. Pada tahun 1931, biara ini diakuisisi oleh keluarga Khalil Gibran, penulis, penyair, dan pelukis terkenal Lebanon sebagai tempat pemakaman. Pada tahun 1975, Komite Nasional Gibran merubah biara itu menjadi Museum Gibran untuk karya-karya Gibran.
* Biara Mar Sarkis, Maaloula, Syria.
* Biara Hagia Sophia Kecil, Istanbul, Turki.
Sergius dan Bacchus dicatat sebagai contoh klasik dari orang-orang kudus yang berpasangan. Persahabatan yang erat antara Sergius dan Bacchus sangat ditekankan dalam hagiografi dan tradisi tentang mereka, membuat mereka salah satu contoh yang paling terkenal dari pasangan orang-orang kudus. John Boswell (20 Maret 1947– 24 Desember 1994) - ahli sejarah dari Yale University, menganggap mereka untuk menjadi contoh yang paling berpengaruh seperti pasangan, bahkan contoh lebih baik seperti pola dasar dari Santo Petrus dan Paulus. Kedekatan ini telah memimpin John Boswell, yang dalam studi-studinya berfokus pada persoalan homosexual, untuk mengajukan usulan kontroversial bahwa hubungan mereka adalah romantis, namun pendapat ini telah ditentang oleh banyak sarjana lain. Dalam. bukunya Same-Sex Unions in Premodern Europe (Penyatuan Jenis-Kelamin Sama di Pra-Modern Eropa), Boswell lebih lanjut mengatakan bahwa hubungan Sergius dan Bacchus bisa dipahami sebagai memiliki dimensi romantis. Di dalam teks Martyrologi kuno, seperti yang diterjemahkan oleh John Bosswell dari teks berbahasa Yunani "Passio antiquior SS.Sergii et Bacchi Graece nunc primum edita" AB 14 (Brussels, 1859), tercatat bahwa hubungan antara Sergius dan Bacchus sangat dekat, bahkan dipercayai adalah sepasang kekasih. Dalam teks tertua Martirologinya menggambarkan mereka sebagai erastai, yang dapat diterjemahkan sebagai "kekasih". Dia menyarankan secara kontroversial bahwa keduanya bahkan bersatu dalam ritus yang dikenal sebagai adelphopoiesis atau (membuat saudara), yang ia berpendapat adalah jenis dari penyatuan jenis kelamin sama pada masa Kekristenan mula-mula atau pemberkatan, memperkuat pandangannya tentang sikap toleran terhadap homoseksualitas pada Kekristenan awal. Namun, metodologi dan kesimpulan Boswell telah dengan kritis ditantang oleh para sejarawan termasuk David Woods, Robin Darling Young, dan Brent Shaw.
'Menjadi satu dalam kasih mereka bagi Kristus, mereka juga tak terbagi dari satu sama lain dalam angkatan bersenjata dunia, bersatu bukan dengan cara alam, tapi dengan cara iman, selalu bernyanyi dan berkata, "Lihatlah, bagaimana baik dan bagaimana menyenangkannya itu untuk saudara-saudara untuk tinggal bersama dalam kesatuan!" (Passio antiquior SS.Sergii et Bacchi Graece nunc primum edita)
Janganlah berkecil hati, hai jiwaku...
Biarlah dunia menistamu dengan standar moral dan etika,
Asalkan aku masih mempunyai-Mu, ya Allahku...
Itu sudah lebih dari semua yang kupinta
Karena kutahu Engkau menyelidik sampai ke dalam hati,
Walaupun banyak perkara yang tak kupahami di dunia ini,
Ku tahu Engkau adalah Bapa yang mengiringi...
Apolytikion Irama 4
MartirMu, ya Tuhan, dalam perjuangan berani mereka untuk Engkau menerima sebagai hadiah mahkota yang tidak dapat binasa dan kehidupan dariMu, Allah kita yang kekal. Karena mereka memiliki kekuatanMu, mereka merobohkan para tiran dan sepenuhnya menghancurkan kepongahan kekuatan hampa setan-setan. Ya Kristus Allah, oleh doa-doa mereka, selamatkan jiwa kami, karena Engkau penuh belas kasihan.
Kontakion Irama 3
Saat kita berkumpul, mari kita bermahkotakan dengan kidung-kidung suci dari puji-pujian dua saudara dalam Iman, para martir besar dan gagah: Sergius adalah prajurit-pejuang Allah Tritunggal Maha Kudus yang paling setia dan dengan dia, Bacchus dengan berani menderita siksaan, dan mereka berdua mengakui Kristus Juruselamat sebagai Allah, Pencipta dan Penggembleng suci dari semua.
“St. Sergius dan St. Bacchus doakanlah kami yang berjalan dengan iman bersamamu. Amin! “
REFERENSI
1. __________ . The Liturgikon. The Book of Divine Services For The Priest and Deacon. By The Antiochian Orthodox Christian Archdiocese of North America. 358 Mountain Road. Englewood, New Jersey 07631. U.S.A. 1989. Antakya Press. Second Edition 1994.
2. Catholic Doors Ministry. Novena to Saint Sergius and Saint Bacchus. http://www.catholicdoors.com/prayers/novenas/p00086.htm.
3. From Wikipedia, the free encyclopedia: Saints Sergius and Bacchus: "http://en.wikipedia.org/wiki/Saints_Sergius_and_Bacchus"
4. Greek Orthodox Archdiocese of Amerika, Sergius & Bacchus the Great Martyrs of Syria. Reading courtesy of Holy Transfiguration Monastery. Apolytikion courtesy of Narthex Press. Kontakion courtesy of Holy Transfiguration Monastery. Icon courtesy of St. Isaac's Skete: http://www.goarch.org/chapel/saints/231
5. Jadilah Kekal Cintaku. Story of Sergius and Bacchus: http://dennymonintja.blogspot.com/2006/10/story-of-sergius-and-bacchus.html. Sunday, October 22, 2006.
6. Orthodox Church in America. Martyr Sergius in Syria: http://ocafs.oca.org/FeastSaintsViewer.asp?FSM=10&FSD=7
7. PT. Stella Kwarta Wisata. Gereja Abu Sirga. http://www.stellatours.com/abu_sirga.html. Rabu, 03 November 2010 11:12:09 PM. Rabu, 03 November 2010
8. Telling The Stories That Matter. Sergius and Bacchus, Martyrs, Soldiers, Brothers:
http://www.ttstm.com/2010/10/october-3-sergius-and-bacchus-martyrs.html. Sunday, October 3, 2010.
9. The Lives of Sts. Sergius and Bacchus from the official Website of the Orthodox Church in America (OCA). Martyrs Sergius And Bacchus: http://www.iconograms.org/sig.php?eid=231.
10. Православный Календарь. Православие.ru: http://days.pravoslavie.ru
11. Dan lain-lain.
Santo Sergius dan Bacchus (juga dikenal sebagai Serge dan Bacchus atau Sergios kai Bakchos atau Sarkis wa Bakhos; bhs. Rusia: Святых мучеников Сергия и Вакха Сирийский (290-303), adalah tentara Romawi abad ketiga yang diperingati sebagai syuhada (martir) oleh Gereja-gereja Orthodox Timur, Orthodox Oriental dan Roma Katolik. Menurut hagiografi (kisah tentang kisah kehidupan orang suci) mereka, yang diceritakan dalam teks Yunani yang dikenal sebagai The Passion of Sergius and Bacchus (Penderitaan Sergius dan Bacchus), mereka adalah warganegara Romawi dan perwira tinggi bala tentara Romawi dari Kaisar Galerius Maximianus, dan disayangi sang kaisar dalam kemurahannya sampai mereka diketahui sebagai orang Kristen secara sembunyi-sembunyi dan rahasia mereka terbuka ketika mereka mencoba untuk menghindari menemani seorang pejabat Romawi masuk ke dalam kuil pagan dengan seluruh pengawalnya.
Sergius dan Bacchus menolak untuk menyembah patung dewa-dewa Romawi di kuil berhala semasa kekuasaan Kaisar Maximianus setelah mereka menjadi penganut ajaran Yesus Kristus. Akibat ketidakpatuhan itu, mereka dibuang ke garis depan peperangan, untuk kemudian dianiaya dan dibunuh. Mereka dihukum berat, hingga Bacchus sekarat selama penyiksaan, dan Sergius akhirnya dipenggal. Gereja-gereja dan monasteri-monasteri (biara) untuk menghormati mereka telah dibangun di beberapa kota, termasuk Konstantinopel, Kairo dan Roma.
Penderitaan Sergius dan Bacchus (The passion of Sergius and Bacchus) dimaksudkan untuk menggambarkan kematian dua anggota pengawal kekaisaran di bawah kaisar Romawi Timur Gaius Galerius Valerius Maximianus (305-311), Bacchus di Barbalissos, dan Sergius di Resafa. Walaupun arkeologi telah membuktikan bahwa Resafa menjadi fokus untuk kultus penting Sergius paling akhir sekitar tahun 425. Para arkeololog yang lain berpendapat bahwa para martir dieksekusi di bawah kolega yunior Maximianus, yaitu Maximinus. Namun, klaim bahwa Maximianus menghukum para martir dengan mengenakan mereka pakaian wanita menunjuk ke pemerintahan Julian yang Murtad (361-363) sebagai gantinya, kaisar satu-satunya yang pernah menjatuhkan siksaan yang menghinakan tersebut atas para tentaranya. Unsur-unsur lainnya dalam the passion memperkuat kesan ini, yang berkaitan dengan penderitaan dua Pengaku Iman (konfesor) di bawah Julian. Sarjana Italia Pio Franchi de Cavalieri berpendapat bahwa The Passion of Sergius dan Bacchus didasarkan pada semangat awal kehilangan St. Juventinus dan St. Maximinus, dua orang kudus martir di bawah Kaisar Julian yang murtad di tahun 363. Dia mencatat terutama bahwa hukuman diarak keliling dalam pakaian perempuan mencerminkan perlakuan tentara Kristen oleh Julian. David Woods lebih lanjut mencatat bahwa Historia Nova Zosimus mencakup uraian dari Julian menghukum desertir kavaleri hanya dalam sedemikian rupa.
Sergius dan Bacchus adalah saudara - bukan dari darah tetapi dari kemauan. Mereka telah membentuk persahabatan dan hubungan yang kuat sementara melayani satu sama lain di dalam tentara Romawi di bawah pemerintahan Kaisar Maximianus. Keduanya perwira dan komandan dalam angkatan bersenjata dan tidak diketahui untuk sebagian besar tentara, mereka berdua adalah orang Kristen. Hidup mereka menjadi terjalin erat karena mereka lebih mengabdikan diri kepada Tuhan dan Juruselamat mereka sendiri. Mereka telah diangkat sebagai pemimpin dan dipanggil untuk memimpin dalam pasukan Kekaisaran Romawi, namun mereka juga telah dipanggil untuk melayani sebagai para saksi dan Pengaku Iman (konfesor) Kekristenan yang mereka peluk dan menjadi pengharapannya. Dengan pertobatan mereka, mereka telah menjauhi dari hal-hal cara hidup lama dan sebagai ciptaan baru di tempat kerjanya di kerajaan Romawi memerlukan hal-hal tertentu dari mereka bahwa mereka memberi diri dengan rela dan sepenuh hati bagi Allah Tritunggal Maha Kudus. Ujian terbesar menjulang di depan mereka karena sebagai abdi negara dan pemimpin militer mereka menarik perhatian lebih dari banyak orang.
Beberapa orang telah mengamati Sergius dan Bacchus dan mencurigai bahwa mereka mungkin menjadi anggota dari kelompok yang dibenci pada masa itu – yaitu orang-orang Kristen. Mereka melihat bahwa Sergius dan Bacchus sepertinya tak pernah mempersembahkan korban kepada dewa-dewa Romawi dan menilai bahwa tingkah-laku mereka mencurigakan. Orang yang dengki hati memberi informasi pada Maximianus bahwa dua orang penasehat dan pengawal terpercayanya tidak menghormati para dewa pagan. Hal ini dianggap sebagai kejahatan terhadap negara. Mungkin menyadari bahwa mereka berdiri untuk membuat kejatuhan atasan mereka, mereka berbalik dari Sergius dan Bacchus sebagai orang Kristen yang dicurigai. Hal ini tidak bisa diterima Maximianus yang memerintahkan kedua orang Kristen ini untuk muncul di hadapannya. Jantung mereka berpacu saat mereka berjalan melalui pintu dan mengetahui apa yang akan diminta dan apa yang diharapkan. Mungkin mereka takut bahwa Iman yang telah membawa mereka sejauh ini mungkin dipeluk dalam ketakutan.
Kaisar, ingin meyakinkan diri dari kebenaran tuduhan itu, Sergius dan Bacchus diperintahkan untuk mempersembahkan korban kepada dewa-dewa berhala. Namun, ketika mereka diminta untuk membuat pengorbanan untuk membuktikan kesetiaan mereka, mereka menolak untuk mempersembahkan kurban kepada Jupiter di bangunan-bangunan kuil pagan dari kaisar Galerius dan juga menolak untuk menyembah patung dewa-dewa Romawi lainnya di kuil berhala semasa kekuasaan Kaisar Maximianus. Ini terjadi setelah mereka menjadi penganut ajaran Yesus Kristus. Mereka bersikeras bahwa mereka adalah tentara yang baik tetapi mereka menyembah dan melayani Allah Yang Esa, Allah yang benar. Mereka mengaku Iman mereka akan satu Allah dan hanya menyembah Dia. Maximianus sangat kecewa dan marah. Ia memerintahkan Sergius dan Bacchus dilucuti dari simbol-simbol pangkat kemiliteran dan kebesaran mereka. Cincin, ikat pinggang, dan liontin emas mereka diambil dari mereka, tetapi mereka tetap mempertahankan iman mereka. Melihat bahwa ini tidak memiliki efek melemahkan pengharapan iman mereka, mereka telah melucuti pakaian mereka juga. Mereka terus mengakui dan berbagi Iman yang mengilhami dan menuntun mereka. Maximianus, dalam serangan dari kemarahan, memerintahkan agar mereka dikenakan pakaian wanita dan diarak melalui jalan-jalan. Dengan rantai di leher mereka, mereka diseret di depan massa untuk ditelanjangi dari martabat dan kehormatan diri mereka sendiri, dan orang-orang mengejek mereka. Lalu ia memanggil Sergius dan Bacchus padanya lagi dan dengan cara yang ramah menyarankan mereka untuk tidak terpengaruh oleh dongeng-dongeng Kristen, tetapi untuk kembali ke para dewa Romawi. Namun, mereka tidak berpaling ke kultus kaisar. Orang-orang kudus ini membantah kata-kata kaisar, dan menunjukkan kebodohan dari menyembah para dewa pagan. Penghinaan dan fitnah itu menyakitkan tapi tidak berhasil membujuk mereka untuk murtad dari imannya. Bahkan permohonan Kaisar dan janji-janji dikembalikannya kekuasaan mereka tidak membuahkan hasil.
Kaisar memerintahkan bahwa mereka akan dikirim ke gubernur bagian timur Syria, Antiokhus, yang sangat membenci orang Kristen. Galerius kemudian mengirim mereka ke Barbalissos di Mesopotamia untuk diadili oleh Antiokhus, komandan militer di sana dan seorang teman lama Sergius. Mereka dicap pengkhianat dan pemberontak dan dikirim ke Syria untuk menjalani hukuman mereka. Di sana, mereka diserahkan kepada gubernur: Antiokhus - orang yang terkenal karena kebrutalannya (baca: kekejamannya) terhadap kaum Kristiani. Antiokhus tak lupa, bagaimanapun, bahwa Sergius dan Bacchus telah menjadi orang-orang yang telah membantu dia menerima penempatan sebagai Gubernur Syria. Antiokhus telah menerima posisinya dengan bantuan Sergius dan Bacchus. "Bapakku dan pendukungku!" katanya. "Kasihanilah dirimu, dan juga aku, aku tidak ingin mengutuk pendukungku untuk penyiksaan kejam". Para martir kudus menjawab, "Bagi kami hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan." Ia meminta mereka untuk menyerahkan Iman mereka sehingga ia tidak akan membunuh mereka, tetapi mereka menolak dan malah menyatakan Iman yang membuat Antiokhus jengkel. Dia menjanjikan pada mereka kekuasaan dan mengembalikan gemerlap pengaruh kekaisaran tetapi mereka tetap tidak berpaling terhadap Injil Kerajaan. Dengan cara apapun, Antiokhus tidak bisa meyakinkan mereka untuk melepaskan iman mereka. Marah dengan upaya mereka yang berkhotbah kepadanya dan kegagalan untuk meyakinkan mereka, ia memukuli Bacchus berulang kali sampai dia meninggal akibat luka-lukanya. Sang Gubernur bertanya pada Bacchus sementara ia tergeletak sekarat, ia bertanya "Di mana Allahmu, sekarang?". Bacchus tersenyum penuh kasih dan menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan Tuhan yang Antiokhus tidak bisa melihat. Ini terjadi sekitar tahun 296. Setelah itu Sergius dipaksa untuk melihat saudaranya yang terkasih mati.
Hari berikutnya Bacchus menampakkan diri pada Sergius dan mendorong dia untuk tetap kuat. Selama hari-hari berikutnya, Sergius juga secara brutal disiksa. Ia kemudian dipaku pelat logam pada bagian bawah kaki Sergius dan memaksanya untuk berlari sembilan mil ke kota lain. Ketika Sergius tiba - dalam keadaan sangat menderita kesakitan - ia dipenggal di Resafa, di mana kematiannya ditandai dengan kejadian ajaib. Makamnya di Resafa menjadi tempat suci yang sangat terkenal, yang mana para peziarah datang dari jauh seperti dari Eropa Barat; Resafa kemudian dinamakan menjadi Sergiopolis untuk menghormatinya. Cerita berlanjut bahwa Antiokhus dan Maximianus marah bahwa mereka dapat melakukan penyiksaan yang mengerikan dan menyakitkan tersebut pada keduanya, namun hanya menerima balasan cinta-kasih dan pengampunan dari mereka. Dalam menghadapi pertobatan sejati dan penebusan, Kerajaan Allah tidak bisa berlalu - dan tidak bisa bahkan sampai saat ini – untuk memahami apa yang sedang terjadi. Bahkan masih, kasih Allah adalah lebih dalam daripada kebencian atau kutukan.
Penghormatan dari dua orang kudus itu dimulai pada abad ke-5. Sebuah tempat suci untuk Sergius dibangun di Resafa sekitar tahun 425, tetapi tidak ada bukti yang pasti untuk penghormatan Bacchus yang jauh lebih tua dari itu. Tempat suci ini dibangun dari mudbrick, ternyata atas perintah uskup Alexander dari Hierapolis. Passion itu yang bertanggal pertengahan abad ke-5 adalah karya yang menggambarkan pembangunan seperti sebuah tempat suci seolah-olah itu adalah kejadian yang relatif baru. Struktur ini diganti dengan batu yang lebih kokoh pada tahun 518;. situs baru ini dilindungi oleh tokoh politik penting termasuk Kaisar Romawi Justinian I, Raja Khosrau II dari Sassanid Persia, dan Al-Mundzir, penguasa Ghassanids.
Popularitas penghormatan Sergius dan Bacchus tumbuh pesat selama awal abad ke-5, sesuai dengan pertumbuhan kultus para martir, terutama para martir militer, selama periode itu. Penganiayaan terhadap orang-orang Kristen telah dimulai pada angkatan bersenjata jauh sebelum penganiayaan keseluruhan dari abad ke-4 awal, sangat mungkin bahwa bahkan kaum Kristen yang secara sembunyi-sembunyi bisa meningkat jumlahnya melalui jajaran pengawal kekaisaran. Pada zaman kekaisaran Byzantium, kedua orang kudus ini dihormati dan dimuliakan sebagai "pelindung prajurit perang atau angkatan bersenjata". Sebuah gereja biara besar, Hagia Sophia Kecil, didedikasikan untuk St. Sergius dan St. Bacchus di Konstantinopel oleh Justinian I, mungkin pada tahun 527. Sergius adalah orang suci sangat populer di Syria dan Kekristenan Arab.
Di bagian kota Kairo lama, Mesir ada gereja tertua yaitu Gereja Abu Serga (The Church of Saint Sergius and Bacchus), yang dibangun sekitar abad ke 4. Gereja ini didedikasikan kepada 2 orang martir abad awal bernama St. Sergius dan Bacchus yang juga secara tradisi gereja ini didirikan di tempat kediaman dari Keluarga Kudus (Yusuf, Maria dan bayi Yesus Kristus) selama mereka mengungsi di Mesir dikarenakan pengejaran dari Raja Herodes (Mat 2:13). Kemungkinan besar bangunan gereja didirikan pada sekitar abad ke 5 dan sempat rusak akibat kebakaran yang terjadi pada tahun 750. Setelah itu bangunan direstorasi kembali pada abad ke 8. Dan juga direnovasi secara berkelanjutan selama abad pertengahan. Dari bentuk dan gaya bangunannya, sangatlah mudah menentukan bahwa bangunan gereja ini merupakan gaya gereja Koptik awal, dengan bentuk atapnya menyerupai Bahtera Nuh serta ada 12 tiang kolum yang menyangga gereja (melambangkan 12 rasul Kristus). Di bawah gereja terdapat Gua yang secara tradisi dipercaya sebagai tempat tinggal Keluarga Kudus pada saat mereka berada di Mesir. Gereja ini terus dikunjungi oleh para peziarah dan turis dari seluruh dunia mengingat peristiwa pengungsian Yesus, Maria dan Yusuf ke Mesir. Setiap tahunnya pada kalendar Gereja Koptik (hari ke 24, bulan Bachons) di gereja ini diadakan liturgi suci untuk memperingati peristiwa tersebut, yang terus diadakan sampai hari ini.
Kota Resafa, yang menjadi takhta uskup, mengambil nama Sergiopolis dan melindungi relikwinya di sebuah benteng basilika. Resafa diperbaiki oleh Kaisar Justinianus, dan menjadi salah satu pusat ziarah terbesar di Timur. Banyak gereja dibangun didedikasikan dalam nama Sergius, kadang-kadang dengan Bacchus. Sebuah gereja yang didedikasikan untuk Santi Sergio e Bacco dibangun di Roma pada abad ke-9. Seni Kristen mewakili dua orang kudus sebagai prajurit dalam pakaian militer dengan cabang-cabang palem di tangan mereka. Pesta mereka diadakan pada 7/20 Oktober (Kalender baru Gregorian)/Kalender Lama Yulianus), dan misa agung dipersembahkan untuk mereka dalam "Sacramentarium" Paus Gelasius. Kaum nomaden padang pasir memandang Sergius sebagai santo pelindung khusus mereka.
Beberapa monasteri (biara) di Syria, Lebanon dan Turki yang didedikasikan untuk Mar Sarkis dan Bakhos (St. Sergius dan St. Bacchus, bhs. Arab: مار سركيس و باخوس). Monasteri-monasteri (biara-biara) ini termasuk:
* Biara Mar Sarkis dan Bakhos - Nahr Al Ras di Ehden, Libanon. Biara ini termasuk dalam Ordo Maronit Antouniyah Lebanon dikenal juga sebagai (Antonins atau Rahib-rahib Mar Chaya) sejak 1736.
* Biara Mar Sarkis - Bsharri. Biara ini sejak abad ke-16 di bawah imam-imam Karmelit. Pada tahun 1931, biara ini diakuisisi oleh keluarga Khalil Gibran, penulis, penyair, dan pelukis terkenal Lebanon sebagai tempat pemakaman. Pada tahun 1975, Komite Nasional Gibran merubah biara itu menjadi Museum Gibran untuk karya-karya Gibran.
* Biara Mar Sarkis, Maaloula, Syria.
* Biara Hagia Sophia Kecil, Istanbul, Turki.
Sergius dan Bacchus dicatat sebagai contoh klasik dari orang-orang kudus yang berpasangan. Persahabatan yang erat antara Sergius dan Bacchus sangat ditekankan dalam hagiografi dan tradisi tentang mereka, membuat mereka salah satu contoh yang paling terkenal dari pasangan orang-orang kudus. John Boswell (20 Maret 1947– 24 Desember 1994) - ahli sejarah dari Yale University, menganggap mereka untuk menjadi contoh yang paling berpengaruh seperti pasangan, bahkan contoh lebih baik seperti pola dasar dari Santo Petrus dan Paulus. Kedekatan ini telah memimpin John Boswell, yang dalam studi-studinya berfokus pada persoalan homosexual, untuk mengajukan usulan kontroversial bahwa hubungan mereka adalah romantis, namun pendapat ini telah ditentang oleh banyak sarjana lain. Dalam. bukunya Same-Sex Unions in Premodern Europe (Penyatuan Jenis-Kelamin Sama di Pra-Modern Eropa), Boswell lebih lanjut mengatakan bahwa hubungan Sergius dan Bacchus bisa dipahami sebagai memiliki dimensi romantis. Di dalam teks Martyrologi kuno, seperti yang diterjemahkan oleh John Bosswell dari teks berbahasa Yunani "Passio antiquior SS.Sergii et Bacchi Graece nunc primum edita" AB 14 (Brussels, 1859), tercatat bahwa hubungan antara Sergius dan Bacchus sangat dekat, bahkan dipercayai adalah sepasang kekasih. Dalam teks tertua Martirologinya menggambarkan mereka sebagai erastai, yang dapat diterjemahkan sebagai "kekasih". Dia menyarankan secara kontroversial bahwa keduanya bahkan bersatu dalam ritus yang dikenal sebagai adelphopoiesis atau (membuat saudara), yang ia berpendapat adalah jenis dari penyatuan jenis kelamin sama pada masa Kekristenan mula-mula atau pemberkatan, memperkuat pandangannya tentang sikap toleran terhadap homoseksualitas pada Kekristenan awal. Namun, metodologi dan kesimpulan Boswell telah dengan kritis ditantang oleh para sejarawan termasuk David Woods, Robin Darling Young, dan Brent Shaw.
'Menjadi satu dalam kasih mereka bagi Kristus, mereka juga tak terbagi dari satu sama lain dalam angkatan bersenjata dunia, bersatu bukan dengan cara alam, tapi dengan cara iman, selalu bernyanyi dan berkata, "Lihatlah, bagaimana baik dan bagaimana menyenangkannya itu untuk saudara-saudara untuk tinggal bersama dalam kesatuan!" (Passio antiquior SS.Sergii et Bacchi Graece nunc primum edita)
Janganlah berkecil hati, hai jiwaku...
Biarlah dunia menistamu dengan standar moral dan etika,
Asalkan aku masih mempunyai-Mu, ya Allahku...
Itu sudah lebih dari semua yang kupinta
Karena kutahu Engkau menyelidik sampai ke dalam hati,
Walaupun banyak perkara yang tak kupahami di dunia ini,
Ku tahu Engkau adalah Bapa yang mengiringi...
Apolytikion Irama 4
MartirMu, ya Tuhan, dalam perjuangan berani mereka untuk Engkau menerima sebagai hadiah mahkota yang tidak dapat binasa dan kehidupan dariMu, Allah kita yang kekal. Karena mereka memiliki kekuatanMu, mereka merobohkan para tiran dan sepenuhnya menghancurkan kepongahan kekuatan hampa setan-setan. Ya Kristus Allah, oleh doa-doa mereka, selamatkan jiwa kami, karena Engkau penuh belas kasihan.
Kontakion Irama 3
Saat kita berkumpul, mari kita bermahkotakan dengan kidung-kidung suci dari puji-pujian dua saudara dalam Iman, para martir besar dan gagah: Sergius adalah prajurit-pejuang Allah Tritunggal Maha Kudus yang paling setia dan dengan dia, Bacchus dengan berani menderita siksaan, dan mereka berdua mengakui Kristus Juruselamat sebagai Allah, Pencipta dan Penggembleng suci dari semua.
“St. Sergius dan St. Bacchus doakanlah kami yang berjalan dengan iman bersamamu. Amin! “
REFERENSI
1. __________ . The Liturgikon. The Book of Divine Services For The Priest and Deacon. By The Antiochian Orthodox Christian Archdiocese of North America. 358 Mountain Road. Englewood, New Jersey 07631. U.S.A. 1989. Antakya Press. Second Edition 1994.
2. Catholic Doors Ministry. Novena to Saint Sergius and Saint Bacchus. http://www.catholicdoors.com/prayers/novenas/p00086.htm.
3. From Wikipedia, the free encyclopedia: Saints Sergius and Bacchus: "http://en.wikipedia.org/wiki/Saints_Sergius_and_Bacchus"
4. Greek Orthodox Archdiocese of Amerika, Sergius & Bacchus the Great Martyrs of Syria. Reading courtesy of Holy Transfiguration Monastery. Apolytikion courtesy of Narthex Press. Kontakion courtesy of Holy Transfiguration Monastery. Icon courtesy of St. Isaac's Skete: http://www.goarch.org/chapel/saints/231
5. Jadilah Kekal Cintaku. Story of Sergius and Bacchus: http://dennymonintja.blogspot.com/2006/10/story-of-sergius-and-bacchus.html. Sunday, October 22, 2006.
6. Orthodox Church in America. Martyr Sergius in Syria: http://ocafs.oca.org/FeastSaintsViewer.asp?FSM=10&FSD=7
7. PT. Stella Kwarta Wisata. Gereja Abu Sirga. http://www.stellatours.com/abu_sirga.html. Rabu, 03 November 2010 11:12:09 PM. Rabu, 03 November 2010
8. Telling The Stories That Matter. Sergius and Bacchus, Martyrs, Soldiers, Brothers:
http://www.ttstm.com/2010/10/october-3-sergius-and-bacchus-martyrs.html. Sunday, October 3, 2010.
9. The Lives of Sts. Sergius and Bacchus from the official Website of the Orthodox Church in America (OCA). Martyrs Sergius And Bacchus: http://www.iconograms.org/sig.php?eid=231.
10. Православный Календарь. Православие.ru: http://days.pravoslavie.ru
11. Dan lain-lain.