Pada Luk 18:35-43 [by: Daniel Fs, S.Psi]
Date: 03 February 2013
Dalam Luk 18:35-43 ini kita dapat mempelajari banyak sekali makna yang sangat berarti bagi perkembangan rohani kita, yang pertama adalah bagaimana kita dapat meneladani Kristus?, dalam kisah tersebut, Kristus berhenti dan mempedulikan penderitaan seorang yang buta, mengesampingkan hiruk pikuk dunia ini, mengesampingkan elu-elu dan mungkin pujian dari orang-orang sekitarNya, dengan demikian kita diajarkan untuk berhenti sejenak dari kesibukan kita dan mulai mendengarkan-mempedulikan penderitaan orang-orang disekeliling kita, untuk memberikan harapan dan terang kepada mereka yang menderita disekeliling kita, meskipun hal itu dilakukan secara sederhana dan kecil,
Mat 10:42
42. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.
Jadi, yang pertama dapat kita lakukan melalui kisah ini adalah mulai lebih memperhatikan mereka yang mengalami penderitaan, sebab untuk melakukan suatu kebajikan tidaklah diperlukan suatu alasan apapun, apakah alasan Kristus menyembuhkan orang buta tersebut? Semuanya hanyalah atas dasar rahmat kasih atau kebajikan itu sendiri. Sebab dengan kebajikan yang kita lakukan, hal ini akan menuntun banyak orang kepada Allah (ayat 43).
Mat 5:16
16. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang disorga.
Selanjutnya pada ayat 41, Yesus bertanya kepada orang buta itu “Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”, apakah Yesus tidak Maha Tahu sehingga Ia harus menanyakan apakah yang dikehendaki orang buta tersebut? Tentu Ia mengetahui segala sesuatu (Mat 6:8), Sesungguhnya hal ini dilakukanNya demi memberikan teladan kepada kita bahwa iman dalam batin kita sudah sepantas dan selayaknya untuk diwujudkan (Yak 2:17), dan dalam hal ini yang paling sederhana adalah melalui perkataan, inilah sebabnya sekalipun Allah mengetahui apa yang ada dalam hati dan batin kita namun kita tetap perlu untuk memohon dan berdoa kepadaNya.
Selanjutnya, hal yang lain yang dapat kita pelajari dalam kisah ini berada pada karakter orang buta (yang mana dalam Mrk 10:46-52 disebut namanya sebagai Bartimeus). Bartimeus yang buta memiliki keberanian iman yang kokoh, hal ini dapat dilihat ketika ia berteriak “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” (ayat 38), dalam budaya Yahudi, frase “Anak Daud” disitu merupakan salah satu indikator gelar yang dimiliki oleh Mesias, dengan demikian pada hakekatnya Bartimeus mengakui bahwa Yesus adalah Sang Mesias atau Sang Kristus itu sendiri, padahal pada masa itu pengakuan atas Mesias sangatlah berbahaya jika ditinjau dalam segi politik negara dan juga agama.
Bartimeus juga memiliki perjuangan iman dalam teriakan-teriakannya, atau boleh juga diidentikkan dengan “doa-doanya”, ketika ia tidak menyerah walaupun seakan-akan doanya tidak didengarkan atau ketika ada penghambat dalam doa-doanya, bahkan ia semakin berjuang untuk berdoa dengan lebih sungguh-sungguh, semakin keras untuk berteriak. Demikianlah, kata-kata Bartimeus meminta belas kasihan Kristus itu sampai sekarang terus digemakan dalam kehidupan rohani Gereja Orthodox, yaitu melalui doa Yesus, yang adalah suatu bentuk doa dalam perjuangan iman yang tidak ada hentinya. Disini kita belajar untuk tanpa putus berdoa kepada Allah, ketika kita berdiri, duduk, berbaring, tidur, bermain, belajar, bekerja, dan apapun yang kita lakukan, bahkan ketika ada masalah yang melanda kita ataupun ketika doa-doa kita seakan belum terjawab, kita harus tetap berjuang didalam doa kepada Allah, sebab doa bukanlah sekedar petisi permohonan kita kepada Allah, melainkan doa adalah nafas kehidupan umat Kristen itu sendiri, sebagai salah satu sarana pemurnian bagi roh dan batin kita yang terdalam, nous kita, sehingga bukan saja doa menjadi nafas rohani kita melainkan juga nafas jasmani kita menjadi doa bagi diri kita, inilah doa yang tak ada hentinya dan iman yang tak ada hentinya, unstoppable prayer and unstoppable faith.
Secara alegoris, kisah ini juga berbicara mengenai kehidupan Gereja di masa sekarang dan yang akan datang, Bartimeus adalah simbolis dari Gereja, yang berada diluar Yerikho artinya adalah simbolis dari Gereja yang telah dipanggil keluar dari kehidupan dosa yang penuh dengan kegelapan kejahatan (ayat 35, Kol 1:12-13), selama berabad-abad Gereja telah menyerukan Injil Keselamatan secara benar sebagaimana Bartimeus menyerukan ke-Mesias-an dari Yesus (ayat 38) meskipun Gereja pada masa kini tidak melihat Kristus secara fisik sebagaimana Bartimeus dalam kebutaannya tidak melihat Kristus dan dalam perjuangan selalu menyerukan doa-doa tanpa putus kepada Allah, meskipun seringkali hal tersebut dihambat oleh berbagai faktor yang jahat (ayat 39), penindasan, pengkhianatan dan tipu daya, hal ini salah satunya dapat kita lihat pada kisah St. Maximos Sang Pengaku Iman yang peringatannya kita rayakan hari ini.
Dipanggilnya Bartimeus untuk mendekat pada Kristus (ayat 40) adalah simbolis ketika kita dipanggil untuk menghadap Tuhan, pada Mrk 10:50 dikatakan Bartimeus menanggalkan jubahnya ketika menghadap Tuhan maka demikian juga kita juga menanggalkan tubuh jasmani kita ketika kita dipanggil untuk menghadap Tuhan, yaitu melalui peristiwa kematian tubuh jasmani kita. Namun yang sangat indah adalah bahwa kisah itu tidak selesai sampai disana saja, melainkan ada waktunya ketika Bartimeus mengalami kesembuhan dalam penglihatan (ayat 42), disana tidak dikatakan bahwa “imanmu telah membuatmu melihat!” namun Kristus menyatakan “imanmu telah menyelamatkan engkau!” dengan demikian Kristus hendak menekankan pada dimensi Soteriologi, yaitu keselamatan jiwa, yang dinyatakan melalui kebangkitan tubuh bagi umat percaya demi mencapai Theosis, memandang Allah melalui energiNya (bukan EsensiNya), sebagaimana Bartimeus melalui energi Allah menjadi sembuh-pulih-mampu untuk melihat Kristus yang berada dihadapannya, oleh karena itu Kitab Suci juga menyatakan bahwa kita akan melihat muka dengan muka terhadap Allah (1Kor 13:12).
1Kor 13:12
12. Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
Dengan demikian, melalui renungan singkat ini, maka kita diingatkan agar kita:
1) Memperhatikan mereka yang berada dalam penderitaan,
2) Mewujudkan iman kita,
3) Mengokohkan iman kita secara berani,
4) Berdoa tanpa henti dalam kondisi apapun,
5) Berjuang sampai pada tujuan akhir umat Kristen, yaitu Theosis.
Dalam Luk 18:35-43 ini kita dapat mempelajari banyak sekali makna yang sangat berarti bagi perkembangan rohani kita, yang pertama adalah bagaimana kita dapat meneladani Kristus?, dalam kisah tersebut, Kristus berhenti dan mempedulikan penderitaan seorang yang buta, mengesampingkan hiruk pikuk dunia ini, mengesampingkan elu-elu dan mungkin pujian dari orang-orang sekitarNya, dengan demikian kita diajarkan untuk berhenti sejenak dari kesibukan kita dan mulai mendengarkan-mempedulikan penderitaan orang-orang disekeliling kita, untuk memberikan harapan dan terang kepada mereka yang menderita disekeliling kita, meskipun hal itu dilakukan secara sederhana dan kecil,
Mat 10:42
42. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.
Jadi, yang pertama dapat kita lakukan melalui kisah ini adalah mulai lebih memperhatikan mereka yang mengalami penderitaan, sebab untuk melakukan suatu kebajikan tidaklah diperlukan suatu alasan apapun, apakah alasan Kristus menyembuhkan orang buta tersebut? Semuanya hanyalah atas dasar rahmat kasih atau kebajikan itu sendiri. Sebab dengan kebajikan yang kita lakukan, hal ini akan menuntun banyak orang kepada Allah (ayat 43).
Mat 5:16
16. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang disorga.
Selanjutnya pada ayat 41, Yesus bertanya kepada orang buta itu “Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?”, apakah Yesus tidak Maha Tahu sehingga Ia harus menanyakan apakah yang dikehendaki orang buta tersebut? Tentu Ia mengetahui segala sesuatu (Mat 6:8), Sesungguhnya hal ini dilakukanNya demi memberikan teladan kepada kita bahwa iman dalam batin kita sudah sepantas dan selayaknya untuk diwujudkan (Yak 2:17), dan dalam hal ini yang paling sederhana adalah melalui perkataan, inilah sebabnya sekalipun Allah mengetahui apa yang ada dalam hati dan batin kita namun kita tetap perlu untuk memohon dan berdoa kepadaNya.
Selanjutnya, hal yang lain yang dapat kita pelajari dalam kisah ini berada pada karakter orang buta (yang mana dalam Mrk 10:46-52 disebut namanya sebagai Bartimeus). Bartimeus yang buta memiliki keberanian iman yang kokoh, hal ini dapat dilihat ketika ia berteriak “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” (ayat 38), dalam budaya Yahudi, frase “Anak Daud” disitu merupakan salah satu indikator gelar yang dimiliki oleh Mesias, dengan demikian pada hakekatnya Bartimeus mengakui bahwa Yesus adalah Sang Mesias atau Sang Kristus itu sendiri, padahal pada masa itu pengakuan atas Mesias sangatlah berbahaya jika ditinjau dalam segi politik negara dan juga agama.
Bartimeus juga memiliki perjuangan iman dalam teriakan-teriakannya, atau boleh juga diidentikkan dengan “doa-doanya”, ketika ia tidak menyerah walaupun seakan-akan doanya tidak didengarkan atau ketika ada penghambat dalam doa-doanya, bahkan ia semakin berjuang untuk berdoa dengan lebih sungguh-sungguh, semakin keras untuk berteriak. Demikianlah, kata-kata Bartimeus meminta belas kasihan Kristus itu sampai sekarang terus digemakan dalam kehidupan rohani Gereja Orthodox, yaitu melalui doa Yesus, yang adalah suatu bentuk doa dalam perjuangan iman yang tidak ada hentinya. Disini kita belajar untuk tanpa putus berdoa kepada Allah, ketika kita berdiri, duduk, berbaring, tidur, bermain, belajar, bekerja, dan apapun yang kita lakukan, bahkan ketika ada masalah yang melanda kita ataupun ketika doa-doa kita seakan belum terjawab, kita harus tetap berjuang didalam doa kepada Allah, sebab doa bukanlah sekedar petisi permohonan kita kepada Allah, melainkan doa adalah nafas kehidupan umat Kristen itu sendiri, sebagai salah satu sarana pemurnian bagi roh dan batin kita yang terdalam, nous kita, sehingga bukan saja doa menjadi nafas rohani kita melainkan juga nafas jasmani kita menjadi doa bagi diri kita, inilah doa yang tak ada hentinya dan iman yang tak ada hentinya, unstoppable prayer and unstoppable faith.
Secara alegoris, kisah ini juga berbicara mengenai kehidupan Gereja di masa sekarang dan yang akan datang, Bartimeus adalah simbolis dari Gereja, yang berada diluar Yerikho artinya adalah simbolis dari Gereja yang telah dipanggil keluar dari kehidupan dosa yang penuh dengan kegelapan kejahatan (ayat 35, Kol 1:12-13), selama berabad-abad Gereja telah menyerukan Injil Keselamatan secara benar sebagaimana Bartimeus menyerukan ke-Mesias-an dari Yesus (ayat 38) meskipun Gereja pada masa kini tidak melihat Kristus secara fisik sebagaimana Bartimeus dalam kebutaannya tidak melihat Kristus dan dalam perjuangan selalu menyerukan doa-doa tanpa putus kepada Allah, meskipun seringkali hal tersebut dihambat oleh berbagai faktor yang jahat (ayat 39), penindasan, pengkhianatan dan tipu daya, hal ini salah satunya dapat kita lihat pada kisah St. Maximos Sang Pengaku Iman yang peringatannya kita rayakan hari ini.
Dipanggilnya Bartimeus untuk mendekat pada Kristus (ayat 40) adalah simbolis ketika kita dipanggil untuk menghadap Tuhan, pada Mrk 10:50 dikatakan Bartimeus menanggalkan jubahnya ketika menghadap Tuhan maka demikian juga kita juga menanggalkan tubuh jasmani kita ketika kita dipanggil untuk menghadap Tuhan, yaitu melalui peristiwa kematian tubuh jasmani kita. Namun yang sangat indah adalah bahwa kisah itu tidak selesai sampai disana saja, melainkan ada waktunya ketika Bartimeus mengalami kesembuhan dalam penglihatan (ayat 42), disana tidak dikatakan bahwa “imanmu telah membuatmu melihat!” namun Kristus menyatakan “imanmu telah menyelamatkan engkau!” dengan demikian Kristus hendak menekankan pada dimensi Soteriologi, yaitu keselamatan jiwa, yang dinyatakan melalui kebangkitan tubuh bagi umat percaya demi mencapai Theosis, memandang Allah melalui energiNya (bukan EsensiNya), sebagaimana Bartimeus melalui energi Allah menjadi sembuh-pulih-mampu untuk melihat Kristus yang berada dihadapannya, oleh karena itu Kitab Suci juga menyatakan bahwa kita akan melihat muka dengan muka terhadap Allah (1Kor 13:12).
1Kor 13:12
12. Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
Dengan demikian, melalui renungan singkat ini, maka kita diingatkan agar kita:
1) Memperhatikan mereka yang berada dalam penderitaan,
2) Mewujudkan iman kita,
3) Mengokohkan iman kita secara berani,
4) Berdoa tanpa henti dalam kondisi apapun,
5) Berjuang sampai pada tujuan akhir umat Kristen, yaitu Theosis.