Hari Akhir: Kehidupan Zaman Yang Akan Datang
[by: Fr. Daniel Byantoro]
Date: 18 September 2013
Berbicara mengenai “kehidupan zaman yang akan datang” artinya kita berbicara mengenai alam yang belum pernah kita kenal dan alami. Inilah yang dikatakan oleh Alkitab sebagai “"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1Kor 2:9). Oleh karena itu kita tidak boleh menyamakan keberadaan dalam kehidupan zaman yang akan datang itu sama seperti keberadaan dunia jasmani sekarang ini.
Di dalam pembukaan Doa Bapa Kami dikatakan “Bapa kami yang di Sorga” (Mat 6:9), yang bermakna “Sorga” itu adalah tempatNya Allah Bapa. Namun jika kita mengerti hal ini secara hurufiah akan terjadi masalah, sebab jika Allah berada di dalam Sorga, maka Sorga itu harus lebih besar dari Allah supaya Allah bisa berada didalamnya. Jika demikian halnya maka Allah bukan Maha Besar lagi, berarti Allah dapat dilokasikan dalam suatu ruang. Itulah sebabnya kita harus mengerti Sorga itu bukan dalam pengertian dimensi ruang dan waktu seperti kita mengerti alam jasmani ini. Demikian juga ketika Tuhan Yesus Kristus mengatakan mengenai tujuanNya naik ke Sorga Beliau mengatakan: ”di rumah Bapa-Kubanyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. SebabAku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” (Yoh 14:23).
Jika “Rumah Bapa” dan “tempat “ dimana Sang Kristus berada, dan “tempat” yang disediakan Yesus bagi kita itu jika kita mengerti secara jasmani maka akan bertabrakan dengan ajaran Kitab Suci lainnya. Jadi apa yang dimaksud dengan “Rumah Bapa” itu adalah dimana Allah bersemayam. Menurut Kitab Suci dikatakan demikian: ” Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri.” (1Tim 6:16). Alkitab dalam ayat ini tidak berbicara mengenai Allah “BERSEMAYAM” dalam “TEMPAT” terang, namun “DALAM TERANG” dan terang itu adalah terang yang tak dapat dihampiri.
Jadi bersemayamNya Allah itu bukan pada tempat, namun dalam TERANG yaitu Terang kemuliaanNya sendiri, artinya Allah dikelilingi oleh “Cahaya KemuliaanNya“ sendiri, sebagaimana dikatakan Alkitab dimana Allah digambarkan seperti “berselimutkan terang seperti kain” (Mzm 104:2), Dan dalam penglihatan Nabi Yehezkiel mengenai bagaimana Allah dikelilingi oleh “Cahaya KemuliaanNya” itu dikatakan demikian “….ada menyerupai takhta yang kelihatannya seperti permata lazurit; dan di atas yang menyerupai takhta ituada yang kelihatan seperti rupa manusia. Dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke atas aku lihat seperti suasa mengkilat dan seperti api yang ditudungi sekelilingnya; dan dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke bawah aku lihat seperti api yang dikelilingi sinar. Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.” (Yeh 1:26-28). Dari penglihatan Nabi Yehezkiel ini terlihatlah bahwa Allah itu bertakhta atau bersemayam dan dikelilingi Cahaya Mengkilat seperti api yang dikelilingi sinar. Jadi memang dalam Terang itulah Allah bersemayam. Karena Terang dimana Allah bersemayam itu tak lain adalah Cahaya KemuliaanNya sendiri, dan Allah dan Cahaya KemuliaanNya itu tak dapat dipisahkan, maka dapat dikatakan Allah bersemayam dalam diriNya sendiri.
Itulah sebabnya jikalau tempat Allah itu dapat dikatakan sebagai Sorga, maka Sorga itu tak lain adalah Allah itu sendiri. Itulah sebabnya ketika “Anak yang hilang” dalam perumpamaan Kristus itu bertekad untuk bertobat , dia mengatakan: ”Bapa, aku telah berdosa terhadap Sorga” (Luk 15: 18b). Sebagai ganti “aku telah berdosa terhadap Allah” anak hilang ini mengatakan “aku berdosa terhadap Sorga”, dengan demikian ia menyamakan Allah itu dengan Sorga. Ini sesuai dengan Theologia Yahudi yang menyebut Allah itu dengan sebutan “Ha Makom” (Sang Tempat) yang artinya bahwa segala sesuatu itu berada di dalam Allah (“Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada” –Kisah Rasul 17:28), namun Allah itu tak dapat termuat di dalam apapun (“Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun (yaitu: Sorga) tidak dapat memuat Engkau” – 1Raj 8:27). Allah itu tidak punya tempat, namun Dia adalah Tempat bagi segenap ciptaanNya.
Jika demikian halnya maka waktu Kristus mengatakan bahwa “di Rumah BapaKu banyak tempat tinggal”, maka yang dimaksud adalah bahwa dalam panunggalan dengan Allah di dalam Cahaya IlahiNya itu ada bermacam-macam derajat kemuliaan yang dapat diterima orang percaya. Kristus pergi ke rumah Bapa yaitu masuk dalam kemuliaan Allah -- disebelah kanan Bapa -- sesudah kebangkitanNya, sehingga Iapun berada dalam Sorga yaitu berada dalam Terang Tak Tercipta, Cahaya Kemuliaan Bapa itu sendiri dengan “TubuhNya yang Mulia” (Flp 3:21b). Dengan demikian Ia mempersiapkan bagi kita supaya Ia juga “mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia” (Flp 3:21), artinya Ia mempersiapkan “tempat” yaitu derajat kemuliaan di dalam panunggalan dalam Cahaya Kemuliaan Allah, yang tak lain adalah manifestasi dari Energi Ilahi yang tak tercipta itu sendiri. Jadi Sorga adalah dimana Allah itu bersemayam, dan dimana Sang Kristus itu berada, sehingga Sang Kristus mengatakan “Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” (Yoh 14:3), juga “Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku” (Yoh 17:24), Manunggal bersama Yesus Kristus dan memandang kemuliaan-Nya itulah akan merupakan kebahagiaan yang tertinggi yang dapat dicapai oleh orang percaya.
Karena manunggal dengan Allah dan menjadi seperti Allah di dalam kemuliaanNya atau “Theosis” itulah tujuan akhir keselamatan di dalam Kristus itu, maka Allah telah memberikan kepada orang-orang beriman itu kemuliaanNya itu sebagai benih. Hal ini dikatakan demikian: ”Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku” (Yoh 17:22), Dan “kemuliaan “ yang diberikan oleh Kristus kepada orang-orang milikNya itu tak lain adalah “benih ilahi” sendiri(1Yoh 3:9). Benih ilahi telah dimasukkan kedalam hati manusia oleh Roh Kudus, sehingga dikatakan bahwa kerajaan Allah itu berada di dalam diri manusia. Alkitab mengatakan demikian: ”…Yesus menjawab, kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara (bhs asli “entos” = di dalam) kamu." ( Luk 17:20-21). Karena kemuliaan Allah, yaitu benih ilahi, yang adalah Kerajaan Allah itu sudah diberikan oleh Kristus di dalam manusia melalui Roh Kudus, maka “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan” (Kol 3:4). Kita akan menyatakan diri bersama Kristus dalam kemuliaan, pada saat kedatanganNya , karena kedalam hati dan batin kita kemuliaan ilahi atau benih ilahi, yaitu Kerajaan Allah itu telah diberikan.
Sedangkan pada saat kedatangan Kristus itu terlebih dahulu akan di dahului dengan gemuruh yang dahsyat di segenap jagad-semesta karena penghancuran alam semesta sebagai awal perubahan dalam alam semesta itu terjadi, untuk diubah menjadi langit baru dan bumi baru, sebagaimana dinyatakan: ”..hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap….. segala sesuatu ini akan hancur secara demikian… Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.” (2Ptr 3: 10-13).
Setelah hancurnya alam semesta itu selesai dan langit baru dan bumi baru telah terjadi, maka “…..aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi….. "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Kita tidak bisa menggambarkan bagaimana keadaan langit baru dan bumi baru yang keadaannya sangat berbeda dengan apa yang kita lihat sekarang ini dimana bahkan lautpun tak ada lagi itu. Kita juga tak dapat membayangkan akan suatu bumi dan langit baru yang dipenuhi dengan hadirat Allah dimana “kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Artinya Allah berada dimana manusia berada dan manusia berada dimana Allah ada, dan inilah Sorga yang sebenarnya itu. Dan kita juga tak dapat membayangkan bagaimana keadaan suatu dunia yang tanpa penderitaan, dukacita dan kesedihan itu, karena dalam langit baru dan bumi yang baru itu Allah “akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, namun itulah yang terjadi.
Bersamaan dengan diubahkannya segenap semesta menjadi manifestasi hadirat Allah secara total, dimana sorga dan bumi menjadi satu itu, manusia juga akan diubahkan. Sebagaimana dikatakan “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.” (1Tes 4: 16-17).
Namun sebelum kita diangkat sehingga dapat menyongsong Tuhan di angkasa itu, tubuh kita yang telah mati dan dikuburkan itu akan dibangkitkan atau kita yang belum sempat mati namun Sang Kristus sudah datang itu, dikatakan “tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati” (1Kor 15:51-53). Dengan “kita semua diubah” itulah kita akan menyatakan diri bersama-sama dengan Kristus dalam kemuliaan itu. Dalam keadaan tak dapat binasa lagi sesudah kebangkitan itu, orang percaya telah memiliki tubuh mulia juga sehingga “mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.” (Luk 20: 35-36). Demikian juga makanan dan minuman jasmaniah tak diperlukan oleh tubuh yang mulia itu, karena “Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.” (Rm 14:17).
Dalam keberadaan yang mulia ini manusia tak memerlukan lagi pemuasan nafsu badani, makan dan sex, karena ia telah dikuduskan dan tak memiliki hawa nafsu rendah lagi. Apalagi pada saat itu manusia beriman akan berkeadaan “di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” dan “di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, ……, agar mereka memandang kemuliaan-Ku” artinya manunggal dan bersekutu terus-menerus dengan Kristus, dan “memandang kemuliaan Kristus” dan dengan demikian “kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.” (1Yoh 3:2). Mereka berada bersama Sang Hidup Kekal, maka tak perlu makanan jasmani untuk dapat hidup, karena mereka juga telah memiliki hidup kekal itu. Juga mereka memandang kemuliaan Ilahi dalam wajah Kristus yang tak dapat dibandingkan dengan apapun keindahannya, maka mereka tak perlu dipuaskan dengan hubungan sex di sorga, bagi memuaskan batin mereka, malahan mereka diubah dari kemuliaan kepada kemulian (2Kor 3:18), sehingga “menjadi sama seperti Dia” (1Yoh 3:2).
Namun tidak semua orang akan menerima derajat kemuliaan yang sama dalam kerajaan Allah, dunia dan langit yang baru itu, sebagaimana dikatakan: ”Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi. Kemuliaan matahari lain dari pada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada kemuliaan bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain. Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati.” (1Kor 15: 40-42). Ini disebabkan bukan setiap orang memiliki derajat kesucian hidup yang sama, dan sesuai dengan mutu hidupnya seseorang akan menerima derajat kemuliaannya. Hal ini dikatakan demikian: ”Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.” (1Kor 3:11-15).
Berdasarkan ayat-ayat ini kita temukan pemahaman bahwa dasar keselamatan itu tak lain hanya Yesus Kristus saja, namun di atas dasar ini orang harus membangun suatu kebajikan dan kehidupan kudus, dengan mutu-mutu masing-masing yaitu mutu yang seperti: emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami. Masing-masing mutu pekerjaan seseorang akan “diuji oleh api” pada hari Tuhan, sehingga itu menjadi nyata. Jika pekerjaan seseorang tahan uji dia akan mendapat upah, jika terbakar dia menderita kerugian. Dan bahwa kedatangan Tuhan Yesus Kristus akan disertai dengan api itu, dinyatakan demikian dalam bagian Kitab Suci yang lain: ”…. pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya, apabila Ia datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudus-Nya dan untuk dikagumi oleh semua orang yang percaya….” (2Tes 1: 7-10).
Menurut ayat-ayat ini dijelaskan pada waktu Tuhan Yesus Kristus datang kedua kali dari dalam sorga, akan disertai dengan para malaikat, “dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala”, dan “api yang menyala-nyala” mempunyai dua dampak, yaitu :
1) terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita, maka dampak api ini adalah “mengadakan pembalasan”, sehingga “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya”.
2) bagi orang beriman dan orang-orang kudusNya, Ia dimuliakan dan dikagumi, dengan kata lain api ini membawa kemuliaan bagi mereka.
Demikianlah api ilahi yang sama ini bagi mereka yang tak beriman dan tidak taat kepada Injil akan menjadi “Api yang menghanguskan” (Ibr 12:29) dengan dampaknya mereka menerima pembalasan yaitu menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya, artinya mereka terpisah dari Allah, dan itulah Neraka. Api Ilahi yang sama itu mendatangkan kemuliaan bagi yang layak di hadapan Allah, namun sebaliknya menjadi siksa bagi mereka yang memberontak dan tiada beriman. Mereka yang layak adalah mereka yang memiliki mutu kehidupan seperti “emas, perak, batu permata” yang memang tak bisa terbakar, namun makin dibakar makin murni. Dan inilah mereka yang dimuliakan oleh Api Ilahi itu, ambil bagian dalam kodrat Ilahi dan mengalami “Theosis”. Pada saat itu kita “akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.” (1Kor 15:52), karena “apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia” (1Yoh 3:2), dan Dia “akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia” (Flp 3:21), yaitu menjadi “orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka” (Mat 13:43). Sehingga kita “dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab … tidak dapat mati lagi;… sama seperti malaikat-malaikat dan … adalah anak-anak Allah, karena … telah dibangkitkan.” (Luk 20:35-36). Juga kita “menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.” (II Petrus 3: 13) dimana terdapat “langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi….kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka….Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Why 21:1-3). Disanalah “…hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya, dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka. Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.” (Why 22:3-5).
Sedangkan mereka yang tidak layak bagi kemuliaan itu adalah mereka yang memang tidak punya iman dan tidak taat pada Injil sehingga ketika diperhadapkan pada Api Ilahi itu, dampaknya bagi orang-orang ini adalah mereka menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya, karena mereka ini mutu hidupnya seperti “kayu, rumput kering atau jerami” yang memang mudah terbakar, sehingga mereka menerima kerugian. Sehingga “Api Ilahi” yang memuliakan mereka yang layak dan yang membuat mereka bersinar-sinar itu, bagi orang-orang ini menjadi “api yang menghanguskan” (Ibr 12:29) sehingga sementara mereka yang beriman itu menerima kebahagian, kemulian, hidup kekal, kasih kekal dan sukacita kekal bersama Kristus, mereka yang menolak Kristus itu akan menerima kengerian kekal “menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya” serta masuk “ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Mat 25:41). Disanalah roh-roh mereka yang telah menyatu dengan tubuhnya yang dibangkitkan itu, akan menderita karena “tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka” (Mat 5:29, 30) sebab “…semua orang yang di dalam kuburan….. yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.” (Yoh 5:29) sebab Allah “membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka” (Mat 10:28) akibat dari “Api IlahiNya” itu. Dengan demikian roh-roh yang menyatu dengan tubuhnya yang bangkit dari kuburan itu “akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap” dimana “akan terdapat ratap dan kertak gigi." (Mat 8:12), karena para malaikat akan “mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.” (Mat 13: 50), “kertakan gigi” ini timbul karena mereka yang dalam neraka ini menahan sakit yang amat sangat dan begitu tak tertahankannya. Selanjutnya meskipun mereka itu merasa tersiksa oleh panasnya api kekal dan merasa sakit luar biasa akibat terbakar oleh nyala yang tak pernah padam tersebut, namun mereka sama sekali tak melihat nyala terang ataupun sinar karena mereka tercampak “ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."” (Mat 25:30). Dan tentulah dalam kegelapan yang paling gelap dan berhawa amat panas membakar itu mereka akan hanya dapat mendengar auman dan lengkingan suara yang amat mengerikan dari Iblis dan roh-roh jahatnya, serta teriakan dan “ratap” mereka yang menderita terbakar terus-menerus oleh api neraka yang amat pekat itu, karena neraka itu memang disediakan bagi “Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Mat 25:41), dan sungguh “Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang (Anti-Kristus) dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.” (Why 20:10) . Bagi mereka api neraka itu tak mengeluarkan sinar hanya mengeluarkan kegelapan yang pekat dengan panas yang menyiksa.
Disamping api yang membakar itu, pastilah juga “belerang” yang ada dalam lautan api itu akan memberikan aroma bau yang busuk dan menyesakkan. Namun bukan dari belerang itu saja bau menyengat dan busuk dalam neraka itu berasal bahkan dari kulit-kulit mereka yang terbakar dalam siksa itu akan muncul luka-luka yang tak tesembuhkan, sehingga mengeluarkan ulat-ulat bangkai neraka yang menimbulkan bau amat busuk dan memuakkan, sebagaimana dikatakan: ”…. dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam……dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam……dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.” (Mrk 9:43-48). Dijauhkan Tuhan kiranya kita dari nasib mengerikan yang demikian itu. Demikianlah akhir dari semua yang hidup di dunia ini. Kiranya Allah memberikan saudara hati yang bijaksana dan mencerahi serta membuka hati saudara oleh RohNya yang Kudus, agar saudara dapat membuat pilihan yang benar dalam hidup ini dengan beriman kepada Yesus Kristus dan taat kepada InjilNya serta menjadi bagian dari GerejaNya yang Rasuliah dan Orthodox itu agar saudara luput dari nasib mengerikan dari mereka yang menolak tawaran kasih dan penebusanNya itu.
Berbicara mengenai “kehidupan zaman yang akan datang” artinya kita berbicara mengenai alam yang belum pernah kita kenal dan alami. Inilah yang dikatakan oleh Alkitab sebagai “"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1Kor 2:9). Oleh karena itu kita tidak boleh menyamakan keberadaan dalam kehidupan zaman yang akan datang itu sama seperti keberadaan dunia jasmani sekarang ini.
Di dalam pembukaan Doa Bapa Kami dikatakan “Bapa kami yang di Sorga” (Mat 6:9), yang bermakna “Sorga” itu adalah tempatNya Allah Bapa. Namun jika kita mengerti hal ini secara hurufiah akan terjadi masalah, sebab jika Allah berada di dalam Sorga, maka Sorga itu harus lebih besar dari Allah supaya Allah bisa berada didalamnya. Jika demikian halnya maka Allah bukan Maha Besar lagi, berarti Allah dapat dilokasikan dalam suatu ruang. Itulah sebabnya kita harus mengerti Sorga itu bukan dalam pengertian dimensi ruang dan waktu seperti kita mengerti alam jasmani ini. Demikian juga ketika Tuhan Yesus Kristus mengatakan mengenai tujuanNya naik ke Sorga Beliau mengatakan: ”di rumah Bapa-Kubanyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. SebabAku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” (Yoh 14:23).
Jika “Rumah Bapa” dan “tempat “ dimana Sang Kristus berada, dan “tempat” yang disediakan Yesus bagi kita itu jika kita mengerti secara jasmani maka akan bertabrakan dengan ajaran Kitab Suci lainnya. Jadi apa yang dimaksud dengan “Rumah Bapa” itu adalah dimana Allah bersemayam. Menurut Kitab Suci dikatakan demikian: ” Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri.” (1Tim 6:16). Alkitab dalam ayat ini tidak berbicara mengenai Allah “BERSEMAYAM” dalam “TEMPAT” terang, namun “DALAM TERANG” dan terang itu adalah terang yang tak dapat dihampiri.
Jadi bersemayamNya Allah itu bukan pada tempat, namun dalam TERANG yaitu Terang kemuliaanNya sendiri, artinya Allah dikelilingi oleh “Cahaya KemuliaanNya“ sendiri, sebagaimana dikatakan Alkitab dimana Allah digambarkan seperti “berselimutkan terang seperti kain” (Mzm 104:2), Dan dalam penglihatan Nabi Yehezkiel mengenai bagaimana Allah dikelilingi oleh “Cahaya KemuliaanNya” itu dikatakan demikian “….ada menyerupai takhta yang kelihatannya seperti permata lazurit; dan di atas yang menyerupai takhta ituada yang kelihatan seperti rupa manusia. Dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke atas aku lihat seperti suasa mengkilat dan seperti api yang ditudungi sekelilingnya; dan dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke bawah aku lihat seperti api yang dikelilingi sinar. Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.” (Yeh 1:26-28). Dari penglihatan Nabi Yehezkiel ini terlihatlah bahwa Allah itu bertakhta atau bersemayam dan dikelilingi Cahaya Mengkilat seperti api yang dikelilingi sinar. Jadi memang dalam Terang itulah Allah bersemayam. Karena Terang dimana Allah bersemayam itu tak lain adalah Cahaya KemuliaanNya sendiri, dan Allah dan Cahaya KemuliaanNya itu tak dapat dipisahkan, maka dapat dikatakan Allah bersemayam dalam diriNya sendiri.
Itulah sebabnya jikalau tempat Allah itu dapat dikatakan sebagai Sorga, maka Sorga itu tak lain adalah Allah itu sendiri. Itulah sebabnya ketika “Anak yang hilang” dalam perumpamaan Kristus itu bertekad untuk bertobat , dia mengatakan: ”Bapa, aku telah berdosa terhadap Sorga” (Luk 15: 18b). Sebagai ganti “aku telah berdosa terhadap Allah” anak hilang ini mengatakan “aku berdosa terhadap Sorga”, dengan demikian ia menyamakan Allah itu dengan Sorga. Ini sesuai dengan Theologia Yahudi yang menyebut Allah itu dengan sebutan “Ha Makom” (Sang Tempat) yang artinya bahwa segala sesuatu itu berada di dalam Allah (“Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada” –Kisah Rasul 17:28), namun Allah itu tak dapat termuat di dalam apapun (“Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun (yaitu: Sorga) tidak dapat memuat Engkau” – 1Raj 8:27). Allah itu tidak punya tempat, namun Dia adalah Tempat bagi segenap ciptaanNya.
Jika demikian halnya maka waktu Kristus mengatakan bahwa “di Rumah BapaKu banyak tempat tinggal”, maka yang dimaksud adalah bahwa dalam panunggalan dengan Allah di dalam Cahaya IlahiNya itu ada bermacam-macam derajat kemuliaan yang dapat diterima orang percaya. Kristus pergi ke rumah Bapa yaitu masuk dalam kemuliaan Allah -- disebelah kanan Bapa -- sesudah kebangkitanNya, sehingga Iapun berada dalam Sorga yaitu berada dalam Terang Tak Tercipta, Cahaya Kemuliaan Bapa itu sendiri dengan “TubuhNya yang Mulia” (Flp 3:21b). Dengan demikian Ia mempersiapkan bagi kita supaya Ia juga “mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia” (Flp 3:21), artinya Ia mempersiapkan “tempat” yaitu derajat kemuliaan di dalam panunggalan dalam Cahaya Kemuliaan Allah, yang tak lain adalah manifestasi dari Energi Ilahi yang tak tercipta itu sendiri. Jadi Sorga adalah dimana Allah itu bersemayam, dan dimana Sang Kristus itu berada, sehingga Sang Kristus mengatakan “Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” (Yoh 14:3), juga “Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku” (Yoh 17:24), Manunggal bersama Yesus Kristus dan memandang kemuliaan-Nya itulah akan merupakan kebahagiaan yang tertinggi yang dapat dicapai oleh orang percaya.
Karena manunggal dengan Allah dan menjadi seperti Allah di dalam kemuliaanNya atau “Theosis” itulah tujuan akhir keselamatan di dalam Kristus itu, maka Allah telah memberikan kepada orang-orang beriman itu kemuliaanNya itu sebagai benih. Hal ini dikatakan demikian: ”Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku” (Yoh 17:22), Dan “kemuliaan “ yang diberikan oleh Kristus kepada orang-orang milikNya itu tak lain adalah “benih ilahi” sendiri(1Yoh 3:9). Benih ilahi telah dimasukkan kedalam hati manusia oleh Roh Kudus, sehingga dikatakan bahwa kerajaan Allah itu berada di dalam diri manusia. Alkitab mengatakan demikian: ”…Yesus menjawab, kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara (bhs asli “entos” = di dalam) kamu." ( Luk 17:20-21). Karena kemuliaan Allah, yaitu benih ilahi, yang adalah Kerajaan Allah itu sudah diberikan oleh Kristus di dalam manusia melalui Roh Kudus, maka “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan” (Kol 3:4). Kita akan menyatakan diri bersama Kristus dalam kemuliaan, pada saat kedatanganNya , karena kedalam hati dan batin kita kemuliaan ilahi atau benih ilahi, yaitu Kerajaan Allah itu telah diberikan.
Sedangkan pada saat kedatangan Kristus itu terlebih dahulu akan di dahului dengan gemuruh yang dahsyat di segenap jagad-semesta karena penghancuran alam semesta sebagai awal perubahan dalam alam semesta itu terjadi, untuk diubah menjadi langit baru dan bumi baru, sebagaimana dinyatakan: ”..hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap….. segala sesuatu ini akan hancur secara demikian… Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.” (2Ptr 3: 10-13).
Setelah hancurnya alam semesta itu selesai dan langit baru dan bumi baru telah terjadi, maka “…..aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi….. "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Kita tidak bisa menggambarkan bagaimana keadaan langit baru dan bumi baru yang keadaannya sangat berbeda dengan apa yang kita lihat sekarang ini dimana bahkan lautpun tak ada lagi itu. Kita juga tak dapat membayangkan akan suatu bumi dan langit baru yang dipenuhi dengan hadirat Allah dimana “kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Artinya Allah berada dimana manusia berada dan manusia berada dimana Allah ada, dan inilah Sorga yang sebenarnya itu. Dan kita juga tak dapat membayangkan bagaimana keadaan suatu dunia yang tanpa penderitaan, dukacita dan kesedihan itu, karena dalam langit baru dan bumi yang baru itu Allah “akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, namun itulah yang terjadi.
Bersamaan dengan diubahkannya segenap semesta menjadi manifestasi hadirat Allah secara total, dimana sorga dan bumi menjadi satu itu, manusia juga akan diubahkan. Sebagaimana dikatakan “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.” (1Tes 4: 16-17).
Namun sebelum kita diangkat sehingga dapat menyongsong Tuhan di angkasa itu, tubuh kita yang telah mati dan dikuburkan itu akan dibangkitkan atau kita yang belum sempat mati namun Sang Kristus sudah datang itu, dikatakan “tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati” (1Kor 15:51-53). Dengan “kita semua diubah” itulah kita akan menyatakan diri bersama-sama dengan Kristus dalam kemuliaan itu. Dalam keadaan tak dapat binasa lagi sesudah kebangkitan itu, orang percaya telah memiliki tubuh mulia juga sehingga “mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.” (Luk 20: 35-36). Demikian juga makanan dan minuman jasmaniah tak diperlukan oleh tubuh yang mulia itu, karena “Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.” (Rm 14:17).
Dalam keberadaan yang mulia ini manusia tak memerlukan lagi pemuasan nafsu badani, makan dan sex, karena ia telah dikuduskan dan tak memiliki hawa nafsu rendah lagi. Apalagi pada saat itu manusia beriman akan berkeadaan “di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” dan “di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, ……, agar mereka memandang kemuliaan-Ku” artinya manunggal dan bersekutu terus-menerus dengan Kristus, dan “memandang kemuliaan Kristus” dan dengan demikian “kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.” (1Yoh 3:2). Mereka berada bersama Sang Hidup Kekal, maka tak perlu makanan jasmani untuk dapat hidup, karena mereka juga telah memiliki hidup kekal itu. Juga mereka memandang kemuliaan Ilahi dalam wajah Kristus yang tak dapat dibandingkan dengan apapun keindahannya, maka mereka tak perlu dipuaskan dengan hubungan sex di sorga, bagi memuaskan batin mereka, malahan mereka diubah dari kemuliaan kepada kemulian (2Kor 3:18), sehingga “menjadi sama seperti Dia” (1Yoh 3:2).
Namun tidak semua orang akan menerima derajat kemuliaan yang sama dalam kerajaan Allah, dunia dan langit yang baru itu, sebagaimana dikatakan: ”Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi. Kemuliaan matahari lain dari pada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada kemuliaan bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain. Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati.” (1Kor 15: 40-42). Ini disebabkan bukan setiap orang memiliki derajat kesucian hidup yang sama, dan sesuai dengan mutu hidupnya seseorang akan menerima derajat kemuliaannya. Hal ini dikatakan demikian: ”Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.” (1Kor 3:11-15).
Berdasarkan ayat-ayat ini kita temukan pemahaman bahwa dasar keselamatan itu tak lain hanya Yesus Kristus saja, namun di atas dasar ini orang harus membangun suatu kebajikan dan kehidupan kudus, dengan mutu-mutu masing-masing yaitu mutu yang seperti: emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami. Masing-masing mutu pekerjaan seseorang akan “diuji oleh api” pada hari Tuhan, sehingga itu menjadi nyata. Jika pekerjaan seseorang tahan uji dia akan mendapat upah, jika terbakar dia menderita kerugian. Dan bahwa kedatangan Tuhan Yesus Kristus akan disertai dengan api itu, dinyatakan demikian dalam bagian Kitab Suci yang lain: ”…. pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya, apabila Ia datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudus-Nya dan untuk dikagumi oleh semua orang yang percaya….” (2Tes 1: 7-10).
Menurut ayat-ayat ini dijelaskan pada waktu Tuhan Yesus Kristus datang kedua kali dari dalam sorga, akan disertai dengan para malaikat, “dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala”, dan “api yang menyala-nyala” mempunyai dua dampak, yaitu :
1) terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita, maka dampak api ini adalah “mengadakan pembalasan”, sehingga “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya”.
2) bagi orang beriman dan orang-orang kudusNya, Ia dimuliakan dan dikagumi, dengan kata lain api ini membawa kemuliaan bagi mereka.
Demikianlah api ilahi yang sama ini bagi mereka yang tak beriman dan tidak taat kepada Injil akan menjadi “Api yang menghanguskan” (Ibr 12:29) dengan dampaknya mereka menerima pembalasan yaitu menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya, artinya mereka terpisah dari Allah, dan itulah Neraka. Api Ilahi yang sama itu mendatangkan kemuliaan bagi yang layak di hadapan Allah, namun sebaliknya menjadi siksa bagi mereka yang memberontak dan tiada beriman. Mereka yang layak adalah mereka yang memiliki mutu kehidupan seperti “emas, perak, batu permata” yang memang tak bisa terbakar, namun makin dibakar makin murni. Dan inilah mereka yang dimuliakan oleh Api Ilahi itu, ambil bagian dalam kodrat Ilahi dan mengalami “Theosis”. Pada saat itu kita “akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.” (1Kor 15:52), karena “apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia” (1Yoh 3:2), dan Dia “akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia” (Flp 3:21), yaitu menjadi “orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka” (Mat 13:43). Sehingga kita “dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab … tidak dapat mati lagi;… sama seperti malaikat-malaikat dan … adalah anak-anak Allah, karena … telah dibangkitkan.” (Luk 20:35-36). Juga kita “menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.” (II Petrus 3: 13) dimana terdapat “langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi….kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka….Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Why 21:1-3). Disanalah “…hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya, dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka. Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.” (Why 22:3-5).
Sedangkan mereka yang tidak layak bagi kemuliaan itu adalah mereka yang memang tidak punya iman dan tidak taat pada Injil sehingga ketika diperhadapkan pada Api Ilahi itu, dampaknya bagi orang-orang ini adalah mereka menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya, karena mereka ini mutu hidupnya seperti “kayu, rumput kering atau jerami” yang memang mudah terbakar, sehingga mereka menerima kerugian. Sehingga “Api Ilahi” yang memuliakan mereka yang layak dan yang membuat mereka bersinar-sinar itu, bagi orang-orang ini menjadi “api yang menghanguskan” (Ibr 12:29) sehingga sementara mereka yang beriman itu menerima kebahagian, kemulian, hidup kekal, kasih kekal dan sukacita kekal bersama Kristus, mereka yang menolak Kristus itu akan menerima kengerian kekal “menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya” serta masuk “ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Mat 25:41). Disanalah roh-roh mereka yang telah menyatu dengan tubuhnya yang dibangkitkan itu, akan menderita karena “tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka” (Mat 5:29, 30) sebab “…semua orang yang di dalam kuburan….. yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.” (Yoh 5:29) sebab Allah “membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka” (Mat 10:28) akibat dari “Api IlahiNya” itu. Dengan demikian roh-roh yang menyatu dengan tubuhnya yang bangkit dari kuburan itu “akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap” dimana “akan terdapat ratap dan kertak gigi." (Mat 8:12), karena para malaikat akan “mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.” (Mat 13: 50), “kertakan gigi” ini timbul karena mereka yang dalam neraka ini menahan sakit yang amat sangat dan begitu tak tertahankannya. Selanjutnya meskipun mereka itu merasa tersiksa oleh panasnya api kekal dan merasa sakit luar biasa akibat terbakar oleh nyala yang tak pernah padam tersebut, namun mereka sama sekali tak melihat nyala terang ataupun sinar karena mereka tercampak “ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."” (Mat 25:30). Dan tentulah dalam kegelapan yang paling gelap dan berhawa amat panas membakar itu mereka akan hanya dapat mendengar auman dan lengkingan suara yang amat mengerikan dari Iblis dan roh-roh jahatnya, serta teriakan dan “ratap” mereka yang menderita terbakar terus-menerus oleh api neraka yang amat pekat itu, karena neraka itu memang disediakan bagi “Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Mat 25:41), dan sungguh “Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang (Anti-Kristus) dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.” (Why 20:10) . Bagi mereka api neraka itu tak mengeluarkan sinar hanya mengeluarkan kegelapan yang pekat dengan panas yang menyiksa.
Disamping api yang membakar itu, pastilah juga “belerang” yang ada dalam lautan api itu akan memberikan aroma bau yang busuk dan menyesakkan. Namun bukan dari belerang itu saja bau menyengat dan busuk dalam neraka itu berasal bahkan dari kulit-kulit mereka yang terbakar dalam siksa itu akan muncul luka-luka yang tak tesembuhkan, sehingga mengeluarkan ulat-ulat bangkai neraka yang menimbulkan bau amat busuk dan memuakkan, sebagaimana dikatakan: ”…. dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam……dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam……dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.” (Mrk 9:43-48). Dijauhkan Tuhan kiranya kita dari nasib mengerikan yang demikian itu. Demikianlah akhir dari semua yang hidup di dunia ini. Kiranya Allah memberikan saudara hati yang bijaksana dan mencerahi serta membuka hati saudara oleh RohNya yang Kudus, agar saudara dapat membuat pilihan yang benar dalam hidup ini dengan beriman kepada Yesus Kristus dan taat kepada InjilNya serta menjadi bagian dari GerejaNya yang Rasuliah dan Orthodox itu agar saudara luput dari nasib mengerikan dari mereka yang menolak tawaran kasih dan penebusanNya itu.