10 Februari
01) Js. Efraim dari Syria
By: Synaxarion GOI (FB Page: Parokia Js.Iona Manchuria Surabaya)
Jsnk. Efraim (Jsnk: Janasinukarta, Venerable) dilahirkan di Syria pada tahun 306 M. Meskipun ayahnya ialah seorang pendeta agama berhala, namun tidak menghalangi istrinya ketika menjadi Kristen. Sehingga sejak kecil Efraim dididik oleh ibunya secara Kristen. Beliau begitu tekun dalam mendalami iman Kristen. Kecerdasannya baru kelihatan ketika menjadi siswa dari Episkop Agung Yakobus dari Nisibis, Syria. Setelah belajar filsafat, Theologi, dan hymnologi, ia memfokuskan dirinya dalam bidang sastra dan seni. Ini yang membuatnya ternama sebagai penyumbang dalam ekspresi suci dari iman Kristen dalam sejarah Gereja. Karena begitu tenggelam dalam usahanya untuk mengekspresikan dalam kidung-kidung, Js. Efraim tak hendak menyita waktunya dalam mempelajari bahasa lain, sehingga semua karyanya dituliskan dalam bahasa Syria, yang serumpun dengan bahasa Arab, dan harus diterjemahkan ke bahasa Yunani.
Setelah ditetapkan sebagai rahib oleh Episkop Yakobus, akhirnya Jsnk. Efraim ditahbiskan sebagai seorang Diakon. Meskipun beliau mempunyai banyak kesempatan untuk mencapai tingkat lebih tinggi dalam hirarki Gereja, namun Jsnk. Efraim memilih untuk tetap menjadi rahib saja agar dapat memfokuskan diri dalam penulisan kidung. Pada saat Konsili Ekumenis Pertama di Nikea (325 M), Jsnk. Efraim turut hadir bersama Episkop Yakobus, dan kemudian diangkat sebagai rektor Sekolah Theologia di Nisibis, dimana kejeniusannya sebagai guru, penulis, penggubah kidung menjadi terkenal di seluruh dunia Kekristenan saat itu.
Ketika masa penganiayaan yang kejam terhadap orang Kristen oleh pihak pemeluk agama Zoroaster pada tahun 363 M, Js. Efraim harus mengungsi ke Eddesa, ditepi sungai Efrat (Irak). Disana ia melanjutkan karya sastra dan hymnografinya, sehingga Janasinukarta Efraim dikenal sebagai "Dawai Roh Kudus" atau "Kecapi Roh Kudus". Disamping menulis kidung-kidung, Jsnk. Efraim juga banyak diminta menempati kedudukan dan jabatan tinggi dalam hirarki Gereja, namun Js. Efraim lebih senang hidup dalam keheningan sebagai rahib, karena ia tidak memiliki kerinduan lain selain kerinduan kepada Kristus dan mengidungkan bagi Nama-Nya saja. Janasinukarta Efraim dari Syria meninggal pada 28 Januari 373.
Troparion - Irama 8
Air matamu yang melimpah telah membuat padang belantara menjadi gembur dan bersemi, dan penderitaanmu telah membuat usahamu menjadi berbuah seratus kali lipat, engkau menjadi obor bagi dunia, ya bapa suci Efraim berdoalah kepada Kristus agar Ia menyelamatkan jiwa kami.
Kontakion - Irama 2
Ya Efraim yang suci, permenunganmu yang tanpa putus mengenai penghakiman akhir telah membuatmu mencurahkan dengan limpah air matamu dalam kesedihan, dan membuat karya-karyamu sebagai teladan serta dapat kami ikuti dan membangunkan kami dari kemalasan kepada pertobatan. Engkaulah seorang bapa yang ternama dengan tingginya.
Jsnk. Efraim (Jsnk: Janasinukarta, Venerable) dilahirkan di Syria pada tahun 306 M. Meskipun ayahnya ialah seorang pendeta agama berhala, namun tidak menghalangi istrinya ketika menjadi Kristen. Sehingga sejak kecil Efraim dididik oleh ibunya secara Kristen. Beliau begitu tekun dalam mendalami iman Kristen. Kecerdasannya baru kelihatan ketika menjadi siswa dari Episkop Agung Yakobus dari Nisibis, Syria. Setelah belajar filsafat, Theologi, dan hymnologi, ia memfokuskan dirinya dalam bidang sastra dan seni. Ini yang membuatnya ternama sebagai penyumbang dalam ekspresi suci dari iman Kristen dalam sejarah Gereja. Karena begitu tenggelam dalam usahanya untuk mengekspresikan dalam kidung-kidung, Js. Efraim tak hendak menyita waktunya dalam mempelajari bahasa lain, sehingga semua karyanya dituliskan dalam bahasa Syria, yang serumpun dengan bahasa Arab, dan harus diterjemahkan ke bahasa Yunani.
Setelah ditetapkan sebagai rahib oleh Episkop Yakobus, akhirnya Jsnk. Efraim ditahbiskan sebagai seorang Diakon. Meskipun beliau mempunyai banyak kesempatan untuk mencapai tingkat lebih tinggi dalam hirarki Gereja, namun Jsnk. Efraim memilih untuk tetap menjadi rahib saja agar dapat memfokuskan diri dalam penulisan kidung. Pada saat Konsili Ekumenis Pertama di Nikea (325 M), Jsnk. Efraim turut hadir bersama Episkop Yakobus, dan kemudian diangkat sebagai rektor Sekolah Theologia di Nisibis, dimana kejeniusannya sebagai guru, penulis, penggubah kidung menjadi terkenal di seluruh dunia Kekristenan saat itu.
Ketika masa penganiayaan yang kejam terhadap orang Kristen oleh pihak pemeluk agama Zoroaster pada tahun 363 M, Js. Efraim harus mengungsi ke Eddesa, ditepi sungai Efrat (Irak). Disana ia melanjutkan karya sastra dan hymnografinya, sehingga Janasinukarta Efraim dikenal sebagai "Dawai Roh Kudus" atau "Kecapi Roh Kudus". Disamping menulis kidung-kidung, Jsnk. Efraim juga banyak diminta menempati kedudukan dan jabatan tinggi dalam hirarki Gereja, namun Js. Efraim lebih senang hidup dalam keheningan sebagai rahib, karena ia tidak memiliki kerinduan lain selain kerinduan kepada Kristus dan mengidungkan bagi Nama-Nya saja. Janasinukarta Efraim dari Syria meninggal pada 28 Januari 373.
Troparion - Irama 8
Air matamu yang melimpah telah membuat padang belantara menjadi gembur dan bersemi, dan penderitaanmu telah membuat usahamu menjadi berbuah seratus kali lipat, engkau menjadi obor bagi dunia, ya bapa suci Efraim berdoalah kepada Kristus agar Ia menyelamatkan jiwa kami.
Kontakion - Irama 2
Ya Efraim yang suci, permenunganmu yang tanpa putus mengenai penghakiman akhir telah membuatmu mencurahkan dengan limpah air matamu dalam kesedihan, dan membuat karya-karyamu sebagai teladan serta dapat kami ikuti dan membangunkan kami dari kemalasan kepada pertobatan. Engkaulah seorang bapa yang ternama dengan tingginya.