Kristus Adalah Keselamatan
[by: Fr.Dn.Damaskinos Arya]
Date: 27 Juli 2011
Gereja adalah Persekutuan umat percaya dengan Allah itu sendiri, beberapa hal sebagai dasar Perjanjian Baru yaitu realitas persekutuan (koinonia). Ini berarti kesamaan, berbagi dan berpartisipasi dalam hal yang sama. Ini adalah kesamaan kita atau bisa dikatakan berbagi dalam Jantung Keselamatan kita yang sama. Persekutuan ini dijelaskan dalam "doa Imam Besar" kita Yesus Kristus:
Yohanes 17 : 20 - 23
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
Kesatuan dalam doa Kristus adalah sepenuhnya kehidupan kita di dalam Kristus. Bahwa kesatuan ini (persekutuan) adalah kehidupan dan keselamatan bagi kita, hal ini tertulis jelas dalam suratnya yang pertama St. Yohanes:
1 Yohanes 1 : 5 - 7
Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.
Dalam pernyataan di atas persekutuan kita dengan Allah digambarkan sebagai persekutuan cahaya - dan kita memahami dengan pasti sifat dari cahaya yaitu Allah sendiri adalah Terang/Cahaya. St Yohanes menggunakan cahaya untuk mengatakan bahwa, persekutuan kita adalah partisipasi yang sejati di dalam Allah, dalam Allah yang hidup.
Pernyataan yang sama dalam Persatuan Kehidupan dengan Allah yang hidup disajikan dalam wacana Kristus tentang Ekaristi:
Yohanes 6 : 53 - 57
Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.
Di zaman sekarang ini kita menghadapi masalah dari banyak terjemahan bahasa modern di mana “koinonia” diartikan dengan kata "persekutuan," sebuah terjemahan yang sangat lemah. Hidup kita di dalam Kristus diremehkan tanpa disadari, penerjemah menjadikan pemahaman “Koinonia” hanya sebagai kata benda yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan sosial gereja, dimana persekutuan hanyalah sebuah persatuan dalam Kristus dalam perbedaan ajaran masing-masing Gereja. Ini menjadi kesaksian bagaimana penjagaan iman dari dunia modern ini menyelamatkan hubungan kita dengan Kristus, Penjagaan Iman dalam Gereja Orthodox telah menjadi pengobatan dari Tradisi Ajaran yang lurus dan benar yang bersumber dari Para Rasul Kristus.
Doa adalah jantung ajaran iman yang dinyatakan dengan sebuah istilah : “Lex orandi, lex credendi” - "hukum doa adalah hukum iman." Pengertian ini jauh lebih dalam sebagaimana liturgi adalah pelindung yang paling awali dan murni dari pernyataan Injil. Hal ini juga mengatakan bahwa doa itu sendiri merupakan ekspresi murni dari Injil.
Hal ini menjadi sangat jelas ketika doa dipahami sebagai persekutuan [koinonia] dengan Allah. Dan tidak dengan doa saja, seluruh kehidupan Kristen - setiap sakramen Gereja - telah sebagai landasan untuk partisipasi kita dalam persekutuan dalam Allah yang hidup.
Sekarang marilah kita mulai berpikir tentang persekutuan dengan Allah dengan mengajukan pertanyaan: "Apa yang salah dengan umat manusia?"
Jawaban untuk pertanyaan itu adalah hal yang mungkin paling penting dari theologia Ajaran Kristiani. Di antara yang paling sentral dari doktrin Kristen Ortodoks adalah bahwa manusia telah jatuh keluar dari persekutuan dengan Allah - kita telah memutuskan ikatan persekutuan saat kita diciptakan dan dengan demikian kita tidak lagi dalam persekutuan dengan Tuhan sebagai Pemberi Hidup, kita tidak lagi memiliki bagian dalam Hidup Ilahi-Nya, melainkan telah menjadi bagian dalam kematian / Maut.
Roma 6 : 23a
Sebab upah dosa ialah maut.
St Athanasius menjelaskan dalam bukunya “Inkarnasi Firman”:
"Karena Allah telah menjadikan manusia, dan menghendaki bahwa manusia harus tetap dalam keabadian. Tapi manusia, setelah berpaling dari persekutuan dengan Allah untuk kejahatan buatan mereka sendiri, sehingga tak terelakkan di bawah hukum kematian/maut. Sehingga tak lagi tersisa perwujudan Allah dalam diri manusia setelah menciptakan mereka, mereka berada dalam proses menjadi rusak seluruhnya, dan kematian/maut telah sepenuhnya menguasai mereka. Manusia sekarang dalam perjalanan untuk kembali, meninggalkan pelanggaran-pelanggarannya, menuju pada kehidupan. Kehadiran dan Kasih dari Firman memanggil mereka untuk mendapatkan kepastian.
"Kasih kepada-Nya ialah memenuhi hukum-hukum-Nya. Dan memperhatikan hukum-hukum-Nya menjamin kehidupan kekal." (Kebijaksanaan Salomo 6 : 18.)
Kurangnya persekutuan dengan Allah membuat suatu proses kematian yang bekerja di dalam manusia, Kematian memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara, membentang dari kegagalan moral yang menyebabkan kematian itu sendiri. Ini merusak segala sesuatu di sekitar kita - hubungan kita dengan orang lain dan keluarga kita, dan niat terbaik kita.
Sebuah proses yang mengakibatkan kematian dalam bentuk yang paling akhir dari kematian - keterasingan lengkap dan permusuhan dengan Allah. Kita membenci semua hal benar dan baik. Kita membenci Terang dan lebih suka kegelapan, inilah keadaan manusia yang telah memotong diri dari persekutuan dengan Allah, kita mengganti banyak hal dan menciptakan "kepalsuan" kehidupan, kekayaan yang kotor, ketenaran, perbudakkan seks, emosi, dll.
Melihat semua kenyataan kemanusiaan ini, iman Gereja Orthodox tidak menggeneralisasikan manusia memiliki masalah dalam menaati hukum. Ini tidak berarti bahwa kita melakukan sesuatu yang salah dan sekarang berhutang dan tidak bisa membayar, atau sedang dihukum dengan kematian - meskipun pernyataan ini dapat digunakan sebagai perumpamaan. Jadilah kita membutuhkan lebih dari perubahan status hukum kita - kita perlu perubahan yang masuk akal – yaitu perubahan dari kehampaan menuju pada kehidupan di dalam Allah yang hidup, dalam pertobatan, memohon pengampunan dan menjadi manusia baru. Yesus tidak datang untuk membuat orang-orang jahat menjadi baik, ini adalah kehendak bebas manusia, namun Dia datang untuk membuat orang yang mati mendapat hidup.
Jadi Allah datang ke dunia kita, menjadi salah satu dari kita, sehingga dengan Dia yang berbagi dalam hidup kita, kita dimungkinkan memiliki kesatuan hidup dengan-Nya. Dalam Baptisan Kudus kita dipersatukan dengan Dia, dan segala sesuatu yang Dia berikan kepada kita dalam Kehidupan Gereja-Nya adalah untuk tujuan memperkuat, memelihara, dan memperbarui hidup itu dalam diri kita. Semua sakramen memiliki semua hal ini sebagai focus dan tujuan utama dari doa.
Jadi dengan pernyataan yang sederhana, kita memiliki persekutuan dengan Allah berarti memiliki bagian dalam Kehidupan Ilahi-Nya. Dan kita dapat menyatakan: “Dia tinggal di dalam aku dan aku di dalam Dia, aku datang untuk mengenal Tuhan, bahkan yang kutahu, aku datang untuk mengasihi karena Allah mengasihi dengan kasih-Nya yang berdiam di dalam aku. Aku datang untuk mengampuni karena Tuhan mengampuni dengan rahmat-Nya yang tinggal dalam diriku.”
Tanpa pemahaman tentang persekutuan, yang adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan Kristen, maka mengurangi makna Kristen itu hanyalah menjadi aturan moralisme belaka. Kita diperintahkan untuk mengasihi musuh kita seolah-olah itu adalah kewajiban moral yang sederhana. Namun sebaliknya dengan iman Kristen yang sejati, kita paham bahwa kita mengasihi musuh kita karena Allah mengasihi musuh-musuh kita, dan kita ingin hidup dalam Kehidupan Allah itu sendiri. Perbuatan kita ini bukanlah didasarkan pada mencoba untuk menjadi baik, atau untuk membuktikan amalan apa pun kepada Allah dengan mengasihi musuh-musuh kita, namun inilah Kasih Allah yang diam di dalam kita, maka kita akan mengasihi seperti Allah mengasihi, karena kita telah dipersatukan dengan-Nya.
Tentu saja semua ini adalah karunia Allah, meskipun dalam hidup sehari-hari dalam persekutuan dengan Allah adalah sulit. Penyakitnya, persekutuan yang rusak yang begitu lama ada di dalam kita sulit untuk disembuhkan. Dibutuhkan waktu dan kita harus sabar dengan diri kita dan kemanusiaan kita yang rusak - meskipun hal ini tidak boleh kita gunakan sebagai alasan untuk tidak mencari penyembuhan yang Allah berikan.
Kita diciptakan untuk persekutuan dengan Allah - itu adalah hidup kita. Pemahaman tentang persekutuan dengan Allah tidak cukup, karena yang penting adalah mewujudkan persekutuan dengan Allah. Teologi yang abstraks tidak memiliki kehidupan di dalamnya. Theologi yang hidup adalah tinggal di dalam Kristus. Jadi ada pendapat umum yang mengatakan dalam Gereja Orthodox: "Theolog adalah orang-orang yang berdoa, dan menjadi orang yang berdoa adalah menjadi theolog itu sendiri."
Jika kita berjalan di dalam terang sebagaimana Dia ada dalam terang, maka kita dalam kepenuhan terang kebenaran bersekutu satu sama lain, dan Darah Yesus Kristus menyucikan kita dari segala dosa. Ini adalah keselamatan kita.
Gereja adalah Persekutuan umat percaya dengan Allah itu sendiri, beberapa hal sebagai dasar Perjanjian Baru yaitu realitas persekutuan (koinonia). Ini berarti kesamaan, berbagi dan berpartisipasi dalam hal yang sama. Ini adalah kesamaan kita atau bisa dikatakan berbagi dalam Jantung Keselamatan kita yang sama. Persekutuan ini dijelaskan dalam "doa Imam Besar" kita Yesus Kristus:
Yohanes 17 : 20 - 23
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
Kesatuan dalam doa Kristus adalah sepenuhnya kehidupan kita di dalam Kristus. Bahwa kesatuan ini (persekutuan) adalah kehidupan dan keselamatan bagi kita, hal ini tertulis jelas dalam suratnya yang pertama St. Yohanes:
1 Yohanes 1 : 5 - 7
Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.
Dalam pernyataan di atas persekutuan kita dengan Allah digambarkan sebagai persekutuan cahaya - dan kita memahami dengan pasti sifat dari cahaya yaitu Allah sendiri adalah Terang/Cahaya. St Yohanes menggunakan cahaya untuk mengatakan bahwa, persekutuan kita adalah partisipasi yang sejati di dalam Allah, dalam Allah yang hidup.
Pernyataan yang sama dalam Persatuan Kehidupan dengan Allah yang hidup disajikan dalam wacana Kristus tentang Ekaristi:
Yohanes 6 : 53 - 57
Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.
Di zaman sekarang ini kita menghadapi masalah dari banyak terjemahan bahasa modern di mana “koinonia” diartikan dengan kata "persekutuan," sebuah terjemahan yang sangat lemah. Hidup kita di dalam Kristus diremehkan tanpa disadari, penerjemah menjadikan pemahaman “Koinonia” hanya sebagai kata benda yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan sosial gereja, dimana persekutuan hanyalah sebuah persatuan dalam Kristus dalam perbedaan ajaran masing-masing Gereja. Ini menjadi kesaksian bagaimana penjagaan iman dari dunia modern ini menyelamatkan hubungan kita dengan Kristus, Penjagaan Iman dalam Gereja Orthodox telah menjadi pengobatan dari Tradisi Ajaran yang lurus dan benar yang bersumber dari Para Rasul Kristus.
Doa adalah jantung ajaran iman yang dinyatakan dengan sebuah istilah : “Lex orandi, lex credendi” - "hukum doa adalah hukum iman." Pengertian ini jauh lebih dalam sebagaimana liturgi adalah pelindung yang paling awali dan murni dari pernyataan Injil. Hal ini juga mengatakan bahwa doa itu sendiri merupakan ekspresi murni dari Injil.
Hal ini menjadi sangat jelas ketika doa dipahami sebagai persekutuan [koinonia] dengan Allah. Dan tidak dengan doa saja, seluruh kehidupan Kristen - setiap sakramen Gereja - telah sebagai landasan untuk partisipasi kita dalam persekutuan dalam Allah yang hidup.
Sekarang marilah kita mulai berpikir tentang persekutuan dengan Allah dengan mengajukan pertanyaan: "Apa yang salah dengan umat manusia?"
Jawaban untuk pertanyaan itu adalah hal yang mungkin paling penting dari theologia Ajaran Kristiani. Di antara yang paling sentral dari doktrin Kristen Ortodoks adalah bahwa manusia telah jatuh keluar dari persekutuan dengan Allah - kita telah memutuskan ikatan persekutuan saat kita diciptakan dan dengan demikian kita tidak lagi dalam persekutuan dengan Tuhan sebagai Pemberi Hidup, kita tidak lagi memiliki bagian dalam Hidup Ilahi-Nya, melainkan telah menjadi bagian dalam kematian / Maut.
Roma 6 : 23a
Sebab upah dosa ialah maut.
St Athanasius menjelaskan dalam bukunya “Inkarnasi Firman”:
"Karena Allah telah menjadikan manusia, dan menghendaki bahwa manusia harus tetap dalam keabadian. Tapi manusia, setelah berpaling dari persekutuan dengan Allah untuk kejahatan buatan mereka sendiri, sehingga tak terelakkan di bawah hukum kematian/maut. Sehingga tak lagi tersisa perwujudan Allah dalam diri manusia setelah menciptakan mereka, mereka berada dalam proses menjadi rusak seluruhnya, dan kematian/maut telah sepenuhnya menguasai mereka. Manusia sekarang dalam perjalanan untuk kembali, meninggalkan pelanggaran-pelanggarannya, menuju pada kehidupan. Kehadiran dan Kasih dari Firman memanggil mereka untuk mendapatkan kepastian.
"Kasih kepada-Nya ialah memenuhi hukum-hukum-Nya. Dan memperhatikan hukum-hukum-Nya menjamin kehidupan kekal." (Kebijaksanaan Salomo 6 : 18.)
Kurangnya persekutuan dengan Allah membuat suatu proses kematian yang bekerja di dalam manusia, Kematian memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara, membentang dari kegagalan moral yang menyebabkan kematian itu sendiri. Ini merusak segala sesuatu di sekitar kita - hubungan kita dengan orang lain dan keluarga kita, dan niat terbaik kita.
Sebuah proses yang mengakibatkan kematian dalam bentuk yang paling akhir dari kematian - keterasingan lengkap dan permusuhan dengan Allah. Kita membenci semua hal benar dan baik. Kita membenci Terang dan lebih suka kegelapan, inilah keadaan manusia yang telah memotong diri dari persekutuan dengan Allah, kita mengganti banyak hal dan menciptakan "kepalsuan" kehidupan, kekayaan yang kotor, ketenaran, perbudakkan seks, emosi, dll.
Melihat semua kenyataan kemanusiaan ini, iman Gereja Orthodox tidak menggeneralisasikan manusia memiliki masalah dalam menaati hukum. Ini tidak berarti bahwa kita melakukan sesuatu yang salah dan sekarang berhutang dan tidak bisa membayar, atau sedang dihukum dengan kematian - meskipun pernyataan ini dapat digunakan sebagai perumpamaan. Jadilah kita membutuhkan lebih dari perubahan status hukum kita - kita perlu perubahan yang masuk akal – yaitu perubahan dari kehampaan menuju pada kehidupan di dalam Allah yang hidup, dalam pertobatan, memohon pengampunan dan menjadi manusia baru. Yesus tidak datang untuk membuat orang-orang jahat menjadi baik, ini adalah kehendak bebas manusia, namun Dia datang untuk membuat orang yang mati mendapat hidup.
Jadi Allah datang ke dunia kita, menjadi salah satu dari kita, sehingga dengan Dia yang berbagi dalam hidup kita, kita dimungkinkan memiliki kesatuan hidup dengan-Nya. Dalam Baptisan Kudus kita dipersatukan dengan Dia, dan segala sesuatu yang Dia berikan kepada kita dalam Kehidupan Gereja-Nya adalah untuk tujuan memperkuat, memelihara, dan memperbarui hidup itu dalam diri kita. Semua sakramen memiliki semua hal ini sebagai focus dan tujuan utama dari doa.
Jadi dengan pernyataan yang sederhana, kita memiliki persekutuan dengan Allah berarti memiliki bagian dalam Kehidupan Ilahi-Nya. Dan kita dapat menyatakan: “Dia tinggal di dalam aku dan aku di dalam Dia, aku datang untuk mengenal Tuhan, bahkan yang kutahu, aku datang untuk mengasihi karena Allah mengasihi dengan kasih-Nya yang berdiam di dalam aku. Aku datang untuk mengampuni karena Tuhan mengampuni dengan rahmat-Nya yang tinggal dalam diriku.”
Tanpa pemahaman tentang persekutuan, yang adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan Kristen, maka mengurangi makna Kristen itu hanyalah menjadi aturan moralisme belaka. Kita diperintahkan untuk mengasihi musuh kita seolah-olah itu adalah kewajiban moral yang sederhana. Namun sebaliknya dengan iman Kristen yang sejati, kita paham bahwa kita mengasihi musuh kita karena Allah mengasihi musuh-musuh kita, dan kita ingin hidup dalam Kehidupan Allah itu sendiri. Perbuatan kita ini bukanlah didasarkan pada mencoba untuk menjadi baik, atau untuk membuktikan amalan apa pun kepada Allah dengan mengasihi musuh-musuh kita, namun inilah Kasih Allah yang diam di dalam kita, maka kita akan mengasihi seperti Allah mengasihi, karena kita telah dipersatukan dengan-Nya.
Tentu saja semua ini adalah karunia Allah, meskipun dalam hidup sehari-hari dalam persekutuan dengan Allah adalah sulit. Penyakitnya, persekutuan yang rusak yang begitu lama ada di dalam kita sulit untuk disembuhkan. Dibutuhkan waktu dan kita harus sabar dengan diri kita dan kemanusiaan kita yang rusak - meskipun hal ini tidak boleh kita gunakan sebagai alasan untuk tidak mencari penyembuhan yang Allah berikan.
Kita diciptakan untuk persekutuan dengan Allah - itu adalah hidup kita. Pemahaman tentang persekutuan dengan Allah tidak cukup, karena yang penting adalah mewujudkan persekutuan dengan Allah. Teologi yang abstraks tidak memiliki kehidupan di dalamnya. Theologi yang hidup adalah tinggal di dalam Kristus. Jadi ada pendapat umum yang mengatakan dalam Gereja Orthodox: "Theolog adalah orang-orang yang berdoa, dan menjadi orang yang berdoa adalah menjadi theolog itu sendiri."
Jika kita berjalan di dalam terang sebagaimana Dia ada dalam terang, maka kita dalam kepenuhan terang kebenaran bersekutu satu sama lain, dan Darah Yesus Kristus menyucikan kita dari segala dosa. Ini adalah keselamatan kita.