Perihal Bahasa Lidah (Glossolalia) [by: Daniel Fs, S.Psi]
Date: 22 April 2014
Rumusan masalah yang akan dibahas pada artikel Glossolalia ini antara lain,
1) Bagaimana keberadaan istilah “bahasa roh” menurut Kitab Suci?
2) Apakah yang dimaksud dengan bentuk Xenoglossia dan Glossolalia menurut Kitab Suci?
3) Apakah kepenuhan Roh Kudus itu selalu identik dengan munculnya bahasa lidah? Apakah baptisan Roh itu adalah manifestasi bahasa lidah?
4) Apakah maksud dari menyembah Allah dalam roh dan kebenaran?
5) Bagaimana pandangan Gereja Orthodox Timur tentang karunia bahasa lidah?
1) Bagaimana keberadaan istilah “bahasa roh” menurut Kitab Suci?
Pada era modern ini, baik dari golongan Protestan Pantekosta, Protestan Kharismatik dan Katolik Roma Kharismatik seringkali mendasarkan ajaran tentang “bahasa roh” yang mana istilah “bahasa roh” itu diambil dari Kis 10:46, Kis 19:6, dan paling banyak pada bagian-bagian surat 1Korintus (dalam artikel ini kita ambil sample 1Kor 12:30, kata teks asli pada 1Kor 12:30 itu berlaku sama untuk seluruh kata “bahasa roh” dalam 1Korintus), demikianlah pembahasan ayat-ayat tersebut,
Kis 10:46; 19:6
LAI
10:46. sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus:
19:6. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.
Interlinear
10:46. ἤκουον γὰρ (mereka telah mendengar bahwa) αὐτῶν (mereka) λαλούντων (berbahasa) γλώσσαις (dengan lidah) καὶ (dan) μεγαλυνόντων (memuliakan) τὸν θεόν (Allah). Τότε (lalu) ἀπεκρίθη (jawab) Πέτρος (Petrus).
19:6. καὶ (dan) ἐπιθέντος (sementara menumpangkan) αὐτοῖς (mereka) τοῦ Παύλου χεῖρας (dengan tangan Paulus) ἦλθε τὸ (datanglah) πνεῦμα τὸ ἅγιον (Roh Kudus) ἐπ' (atas) αὐτούς (mereka), ἐλάλουν (berbahasa) τε γλώσσαις (dengan lidah) καὶ (dan) ἐπροφήτευον (bernubuat).
1Kor 12:30
LAI
30. atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?
Interlinear
30. μὴ (bukan) πάντες (semua) χαρίσματα (karunia) ἔχουσιν (untuk) ἰαμάτων; (menyembuhkan?) μὴ (bukan) πάντες (semua) γλώσσαις (dengan lidah) λαλοῦσιν; (berbahasa?) μὴ (tidak) πάντες (semua) διερμηνεύουσιν; (menafsirkan?)
Jadi jika kita cermati dalam bahasa aslinya maka terjemahan “bahasa roh” itu sendiri sebenarnya telah menyalahi terjemahan asli teks Kitab Suci, Kitab Suci tidak pernah sekalipun mencantumkan istilah “bahasa roh” (πνεῦμαλαλία, Pneumalalia) melainkan “bahasa lidah” (γλωσσολαλία, Glossolalia); karena penggunaan istilah “bahasa roh” ini kadangkala menyimpangkan bentuk karunia Roh Kudus ini maka untuk selanjutnya berpadanan dengan teks asli Kitab Suci itu maka untuk pembahasan artikel ini akan digunakan sebutan “bahasa lidah” (kecuali pada kutipan-kutipan LAI yang harus kita pahami sebagai bahasa lidah).
2) Apakah yang dimaksud dengan bentuk Xenoglossia dan Glossolalia menurut Kitab Suci?
Xenoglossia adalah suatu kemampuan ajaib untuk mengucapkan bahasa-bahasa dari daerah asing yang secara benar dan lancar tanpa mempelajarinya terlebih dahulu.
Pada umumnya, golongan Protestan Pantekosta, Protestan Kharismatik dan Katolik Roma Kharismatik melakukan dua penggolongan “bahasa lidah”, yakni “Glossolalia” dan “Xenoglossia”, Glossolalia dipandang sebagai ucapan-ucapan tanpa makna yang tak dapat ditafsirkan sedangkan Xenoglossia dipandang sebagai ucapan-ucapan bahasa asing yang dapat ditafsirkan (misalnya pada Peristiwa Pentakosta di Kis 2:4). Namun demikian, kenyataan Kitab Suci menyatakan secara berbeda, demikianlah tertulis dalam Kitab Suci,
Kis 2:4
LAI
4. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Interlinear
4. καὶ (dan) ἐπλήσθησαν πάντες (mereka semua dipenuhi) πνεύματος ἁγίου (Roh Kudus), καὶ (dan) ἤρξαντο (mulai) λαλεῖν (berbahasa) ἑτέραις (berbeda) γλώσσαις (dengan lidah) καθὼς (sebagaimana) τὸ πνεῦμα (Roh) ἐδίδου (memberikan) ἀποφθέγγεσθαι (untuk dikatakan kepada) αὐτοῖς (mereka).
Ternyata Kis 2:4 yang diklaim sebagai bentuk Xenoglossia itu juga memiliki akar kata yang sama dengan Glossolalia (yakni dengan munculnya frase λαλεῖν, lalein-bahasa, dan γλώσσαις, glossais-dengan lidah), dengan demikian pembedaan antara Xenoglossia dan Glossolalia itu sendiri kuranglah tepat menurut Kitab Suci melainkan Glossolalia itulah Xenoglossia, tidak ada bentuk Glossolalia yang bergumam tanpa arti melainkan selalu merupakan bentuk bahasa asing yang dapat diterjemahkan oleh orang asing yang menguasai bahasa tersebut ataupun pada seseorang yang memiliki karunia menafsirkan bahasa lidah; dengan demikian pada pembahasan selanjutnya, hanya akan disebutkan “bahasa lidah” dengan mengacu pada teks asli Kitab Suci yakni dari kata Glossolalia.
Landasan lainnya yang menyatakan bahwa ada Glossolalia yang tak dapat ditafsirkan adalah mengacu pada ayat sebagai berikut,
1Kor 14:2
LAI
2. Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.
Interlinear
2. ὁ γὰρ (seseorang) λαλῶν (yang berbahasa) γλώσσῃ (dengan lidah) οὐκ (bukan) ἀνθρώποις (pada manusia) λαλεῖ (berbicara) ἀλλὰ (namun) θεῷ (pada Allah), οὐδεὶς γὰρ (tidak seorangpun) ἀκούει (mendengar), πνεύματι (dalam roh) δὲ λαλεῖ (berkata-kata) μυστήρια (misteri)·
Pada teks asli 1Kor 14:2 yang dituliskan adalah ἀκούει (akouei-mendengar) dan bukan συνίετε (suniete-mengerti/memahami, bandingkan dengan Ef 5:17 menggunakan kata συνίετε ini), sehingga makna presisi sesungguhnya tentang bahasa lidah disitu bukanlah suatu bentuk lain bahasa lidah yang mana tak dapat ditafsirkan melainkan adalah bentuk bahasa lidah yang tidak ditafsirkan (tidak ada yang memiliki karunia menafsirkan bahasa lidah) sehingga bukan ditujukan pada manusia lain (sebab jika ditafsirkan maka bahasa lidah itu menjadi memiliki dampak yang ditujukan pada orang lain) melainkan diucapkan bagi diri sendiri kepada Allah, dengan demikian berpadanan dan sesuai dengan penjabaran Rasul Paulus selanjutnya dalam 1Kor 14:28,
1Kor 14:28
28. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.
Mekanisme berbahasa lidah ini dengan jelas dapat dikendalikan, berbeda dengan klaim beberapa orang pada era modern ini yang menyatakan tak dapat mengendalikan bahasa lidah, sebab dengan adanya perintah untuk berdiam diri dalam 1Kor 14:2 yang mana diperjelas dalam 1Kor 14:28 itu maka mengindikasikan bahwa berbahasa lidah itu dapat dikendalikan (sebab jika tak dapat dikendalikan maka sia-sialah perintah Rasul Paulus itu), roh itu penurut namun hanya luapan emosi manusialah yang sulit dikendalikan. Dengan demikian, 1Kor 14:2 itu jelas merupakan bentuk bahasa lidah yang dapat ditafsirkan sebab Rasul Paulus masih dalam perikop yang sama menuliskan,
1Kor 14:10-13
10. Ada banyak--entah berapa banyak--macam bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti.
11. Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku.
12. Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat.
13. Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya.
Jadi konsep bahasa lidah pada 1Kor 14:2 masihlah bahasa lidah yang sama dengan 1Kor 14:13 yakni yang terdiri dari macam-macam bahasa di dunia (1Kor 14:10) sebagaimana juga terjadi dalam Kis 2:4-11.
Konsep lain yang disalahpahami oleh golongan Protestan Pantekosta, Protestan Kharismatik dan Katolik Roma Kharismatik adalah bahwa karunia bahasa lidah itu adalah wujud manifestasi Roh Kudus yang sedang berbicara, hal ini sebenarnya kurang sesuai dengan ajaran Kitab Suci yang menyatakan,
1Kor 14:14
14. Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.
Rasul Paulus dalam 1Kor 14:14 menyatakan bahwa dalam bahasa lidah itu rohnya Rasul Pauluslah yang berdoa (bukan Roh Kudus yang berdoa), jadi disini yang benar adalah Roh Kudus itu berkarya memampukan roh seseorang yang memiliki karunia bahasa lidah untuk berbahasa asing (arti dari “seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” dalam Kis 2:4 bukan berari Roh Kudus sendiri yang berbicara melainkan Roh Kudus itu memberikan bahasa-bahasa asing sesuai kehendakNya kepada roh manusia untuk disampaikan kepada khalayak umum yang berisi orang-orang asing).
Selanjutnya, Rasul Paulus mengikat aturan berbahasa lidah dalam pertemuan Jemaat, yakni,
1Kor 14:27-28
27. Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.
28. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.
Berbahasa lidah secara beramai-ramai dan tanpa ada yang menafsirkan bahasa asingnya jelas bertentangan dengan aturan dalam 1Kor 14:27-28 yang diilhamkan oleh Sang Roh Kudus sendiri.
3) Apakah kepenuhan Roh Kudus itu selalu identik dengan munculnya bahasa lidah? Apakah baptisan Roh itu adalah bahasa lidah?
Karena sudah dijelaskan di atas bahwa bahasa lidah bukanlah Roh Kudus yang berbicara melainkan salah satu karunia Roh Kudus dimana roh manusia dimampukan untuk berbicara bahasa asing maka mereka yang mengalami kepenuhan Roh Kudus itu tidak selalu identik dengan munculnya bahasa lidah, berikut ini adalah contoh beberapa orang dalam Kitab Suci yang mengalami kepenuhan Roh Kudus tanpa menunjukkan manifestasi bahasa lidah,
Kis 4:8
8. Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: “Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua,
Kis 7:55
55. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
Kis 4:8 menyatakan bahwa kendati Rasul Petrus kepenuhan dengan Roh Kudus namun tidak menunjukkan manifestasi bahasa lidah melainkan berkata-kata biasa kepada orang lain. Juga Js.Stefanus ketika penuh dengan Roh Kudus (Kis 7:55) tidak menunjukkan manifestasi bahasa lidah melainkan melihat suatu penglihatan dari Allah.
Luk 3:16
16. Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
Kis 1:5
5. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.
Jika kepenuhan Roh Kudus berbicara mengenai manifestasi karya Roh Kudus, tidak harus selalu bahasa lidah (meskipun bahasa lidah juga tergolong salah satu wujud kepenuhan Roh Kudus), namun juga dapat melalui karunia-karunia Roh Kudus lainnya, misalnya karunia mengajar (seperti contoh yang dialami Rasul Petrus) dan mendapatkan penglihatan (seperti contoh yang dialami Stefanus), sementara Baptisan Roh Kudus bukan berbicara mengenai manifestasi bahasa lidah dan bukan berbicara mengenai kepenuhan Roh Kudus melainkan berbicara mengenai awal pencurahan Api Roh Kudus yang memurnikan rohani manusia, yang mulanya terjadi pada para Rasul pada hari Pentakosta (dan kebetulan baptisan Roh Kudus saat itu diikuti dengan kepenuhan Roh Kudus berupa karunia bahasa lidah),
Kis 2:3
3. dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
Setelah Roh Kudus itu diberikan kepada para Rasul pada hari Pentakosta maka mekanisme pencurahannya adalah melalui penumpangan tangan para Rasul itu secara turun temurun (Kis 8:17-18),
Kis 8:17-18
17. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus.
18. Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka.
Peristiwa Kis 8:17-18 menceritakan bahwa pemberian Roh Kudus, pada era setelahnya karena Kristen berkembang dengan pesat maka masih meneladani pemberian Roh Kudus melalui penumpangan tangan Episkop (penerus para Rasul) itu dilakukan atas minyak Khrisma yang didistribusikan ke seluruh penjuru bumi sebagai perpanjangan tangan para Episkop, inilah yang akhirnya disebut sebagai Sakramen Khrisma yang tak terpisahkan dengan Sakramen Baptisan Air (karena itu Gereja Orthodox Timur langsung seketika itu juga melakukan Sakramen Khrisma setelah Sakramen Baptisan Air) dengan demikian juga meneladani pencurahan minyak urapan pada Perjanjian Lama yang merupakan tanda turunNya Roh Kudus atas seseorang,
1Sam 16:13
13. Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama.
Lalu bagaimana dengan kisah Kornelius yang menerima baptisan Roh Kudus pada Kis 10-11 tanpa penumpangan tangan para Rasul? Jika kita pahami konteks baptisan Roh Kudus pada Kornelius adalah yang pertama terjadi diantara bangsa Non-Israel, dengan demikian Roh Kudus mendorong Rasul Petrus yang pada waktu itu diliputi keraguan apakah Allah juga akan mencurahkan Roh KudusNya pada Non-Israel untuk mempercayai bahwa memang benar Allah juga mencurahkan Roh KudusNya pada Non-Israel, karena itu setelah dorongan peneguhan itu dilakukan maka mekanisme pemberian Roh Kudus kembali pada mekanisme penumpangan tangan secara turun temurun dimulai oleh para Rasul sendiri dan dilanjutkan oleh para Episkop melalui Sakramen Khrisma.Sesudah peristiwa itu, semenjak surat Efesus ditulis oleh Rasul Paulus pada tahun 61 Masehi (kurang lebih 28 tahun setelah peristiwa hari Pentakosta dimana Gereja dilahirkan) yang padanya dituliskan hanya ada “satu baptisan”, yakni bahwa Sakramen Baptisan dan Sakramen Khrisma dipandang melekat pada satu kesatuan yang utuh di dalam kata “satu baptisan” itu, demikianlah sehingga ayat-ayat dalam Kitab Suci dapat berjalan secara harmonis.
Ef 4:5
5. satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
Hal ini diperteguh bahwa Baptisan Roh Kudus ini berlaku bagi semua umat Kristen (melalui Sakramen Khrisma), namun karunia bahasa lidah tidak diperuntukkan bagi semua umat Kristen, demikian tertulis dalam Kitab Suci,
1Kor 12:10
LAI
10. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.
Interlinear
10. ἄλλῳ δὲ (pada yang lain) ἐνεργήματα (mengerjakan) δυνάμεων (mujizat), ἄλλῳ δὲ (pada yang lain) προφητεία (nubuat), ἄλλῳ δὲ (pada yang lain) διακρίσεις (membedakan) πνευμάτων (roh), ἑτέρῳ (pada yang berbeda) γένη (macam-macam) γλωσσῶν (lidah), ἄλλῳ δὲ (pada yang lain) ἑρμηνία (menafsirkan) γλωσσῶν (lidah)·
1Kor 12:10 menyatakan bahwa karunia-karunia yang berlainan diberikan pada orang-orang yang berlainan pula, dengan demikian bahasa lidah mustahil disebut sebagai Baptisan Roh Kudus sebab Baptisan Roh Kudus ini seharusnya diterima oleh semua umat Kristen sedangkan bahasa lidah tidak harus diterima oleh semua umat Kristen. Hal menarik lainnya yang perlu diperhatikan dalam 1Kor 12:10 adalah digunakannya kata ἄλλῳ (allo-lain namun sejenis, misalnya jeruk satu dengan jeruk lainnya adalah allo) pada jenis-jenis karunia Roh Kudus lainnya dan kata ἑτέρῳ (hetero-lain namun tak sejenis/berbeda, misalnya jeruk dan apel adalah hetero) hanya dikenakan pada karunia bahasa lidah, hal ini karena bahasa lidah meskipun terdiri dari γένη (macam-macam) bahasa namun memiliki sifat yang begitu berbeda dengan karunia Roh Kudus lainnya, yakni tidak bersifat membangun jemaat jika tidak ditafsirkan (padahal tujuan utama karunia Roh Kudus pada hakekatnya adalah untuk membangun jemaat, 1Kor 14:12) sehingga oleh kondisinya yang inferior itu maka dinilai berbeda jenis dengan karunia Roh Kudus lainnya, bahkan Rasul Paulus sempat membandingkan nilai ribuan kata bahasa lidah tanpa ditafsirkan ternyata memiliki nilai lebih rendah daripada khotbah yang terdiri dari 5 kata yang dapat dimengerti (1Kor 14:19).
1Kor 14:12,19
12. Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh , tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun jemaat.
19. Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.
4) Apakah maksud dari menyembah Allah dalam roh dan kebenaran?
Yoh 4:23-24
23. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
24. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Yoh 4:23-24 tidak dapat dijadikan sebagai patokan bahwa menyembah dalam roh adalah dengan berbahasa lidah sebab pada ayat 23 dikatakan oleh Sang Kristus bahwa waktunya sudah tiba sekarang (sedangkan saat itu karunia bahasa lidah belum dicurahkan), pada hakekatnya menyembah dalam roh dan kebenaran itu tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, maksud dari Sang Kristus mengenai menyembah dalam roh dan kebenaran sesuai konteks Yoh 4:1-42 antara lain adalah sebagai berikut,
a) Bahwa penyembahan pada Allah itu tidak dibatasi oleh tempat, bukan harus di Yerusalem maupun harus di Samaria.
b) Menyatakan hubungan tak terpisahkan dan sifat Hipostasis dari karya Allah Triados, yakni menyembah Sang Bapa (ayat 23, pada ayat 24 adalah Allah) itu harus didalam Roh Kudus (Flp 3:3, 1Kor 2:10) dan Sang Kristus (kebenaran, sebab Sang Kristus adalah kebenaran itu sendiri, Yoh 1:17, 14:6), jadi untuk datang menyembah pada Sang Bapa seseorang harus melalui jalan kebenaran itu (yakni Sang Kristus) dan memahami melalui Roh Kudus yang menyelidiki segala sesuatu dalam diri Allah.
Flp 3:3
3. karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.
1Kor 2:10
10. Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.
Yoh 1:17, 14:6
1:17. sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
14:6. Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
c) Bahwa ada dua unsur yang harus dilakukan dalam proses menyembah Allah, yang pertama adalah dalam roh mengacu hal ini dilakukan sebab adalah kebiasaan umat Yahudi pada waktu itu yang hanya menyembah Allah melalui tata cara sedangkan hatinya jauh dari Allah (Yes 29:13, Mat 15:8), ajaran Orthodox Timur menyebutkan bahwa didalam ψυχή (psukhe, jiwa) terdapat tiga aktivitas energi jiwa (bukan Hipostasis) yang tak terpisahkan dan selalu saling terkait, yakni νοῦς (nous, disebut juga kedalaman batin, inti jiwa, mata dari jiwa, dan akal budi dari hati), λόγος-διάνοια (logos-dianoia, rasio, logika, pemikiran, dan perasaan) dan πνεῦμα (pneuma, roh), roh (pneuma) manusia ini menyampaikan wahyu Ilahi yang diterima oleh kedalaman batin (nous) kepada pemikiran rasio dan perasaan manusia (logos-dianoia) dengan demikian ketika kita diingatkan tentang roh manusia maka hal itu terikat erat dengan aktivitas jiwa lainnya, oleh karena itu juga melalui ini kita diingatkan akan perintah yang pertama dan terutama, yakni kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap apa yang ada dalam diri kita (Mrk 12:30),
Yes 29:13
13. Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan,
Mat 15:8
8. Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Mrk 12:30
LAI
30. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Interlinear
30. καὶ (dan) ἀγαπήσεις (kasihilah secara agape) Κύριον τὸν θεόν σου (Tuhan Allahmu) ἐξ (dengan) ὅλης (seluruh) καρδίας σου (hatimu) καὶ (dan) ἐξ (dengan) ὅλης (seluruh) τῆς ψυχῆς σου (jiwamu) καὶ (dan) ἐξ (dengan) ὅλης (seluruh) τῆς διανοίας σου (pemikiranmu) καὶ (dan) ἐξ (dengan) ὅλης (seluruh) τῆς ἰσχύος σου (kekuatanmu).
Juga Js.Yohanes Khrysostomos berbicara hal yang sama mengenai makna Yoh 4:23-24 sebagai berikut,
God is a Spirit
But when He says this, He declares nothing else than His incorporeal Nature. Now the service of that which is incorporeal must needs be of the same character, and must be offered by that in us which is incorporeal, to wit, the soul, and purity of mind. Wherefore He says, they that worship Him, must worship Him in spirit and in truth. For because both Samaritans and Jews were careless about the soul, but took great pains about the body, cleansing it in various ways, it is not, He says, by purity of body, but by that which is incorporeal in us, namely the mind, that the incorporeal One is served. Sacrifice then not sheep and calves, but dedicate yourself to the Lord;...
Translate:
Allah adalah suatu Roh
Namun ketika Ia berbicara hal ini, Ia tidak lain daripada menyatakan kodratNya yang tak berjasad. Sekarang ibadah yang mana tak berjasad haruslah dibutuhkan dari sifat yang sama, dan haruslah mempersembahkan oleh hal itu di dalam diri kita yang adalah tak berjasad, yakni jiwa, dan kemurnian batin. Oleh karena itu Ia berkata, mereka yang menyembah Dia, harus menyembah Dia dalam roh dan dalam kebenaran. Sebab keduanya, baik orang Samaria dan Yahudi tidak terlalu peduli mengenai jiwa, namun berusaha keras tentang hal-hal jasmani, membersihkan itu dalam berbagai cara, yang dikatakanNya bukanlah pemurnian jasmani namun oleh yang tak berjasad di dalam kita, yang disebut batin, itulah pelayanan yang tak berjasad. Janganlah mengorbankan anak-anak lembu dan domba-domba, namun persembahkanlah dirimu sendiri kepada Tuhan;...
[Js.Yohanes Khrysostomos. Homili Pada Injil Yohanes]
Rm 12:1-2
1. Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
2. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
sedangkan menyembah dalam kebenaran berbicara mengenai tata cara yang benar, dengan rasa hormat dan takut, serta secara sopan dan teratur (Ibr 12:28, 1Kor 14:40), suatu tata cara ibadah yang diatur oleh para Rasul dan diteruskan secara turun temurun dalam Tradisi Rasuli,
Ibr 12:28
28. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.
1Kor 14:40
40. Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.
dengan demikian Sang Kristus hendak menekankan bahwa keduanya haruslah dilakukan secara serentak (bukan salah satunya), dengan demikian Allah menghendaki penyembahan yang dilakukan dalam tata cara yang benar (dalam kebenaran) dan dalam kesungguhan hati (dalam roh), yang satu dilakukan namun janganlah yang lain diabaikan.
5) Bagaimana pandangan Gereja Orthodox Timur tentang karunia bahasa lidah?
a) Gereja Orthodox Timur tidak menyangkal bahwa dalam Kitab Suci mencantumkan salah satu karunia Roh Kudus adalah berbahasa lidah.
b) Dalam era modern ini patut diuji kembali secara ketat, apakah klaim "bahasa roh" tersebut adalah bahasa lidah yang asli sama dengan zaman para rasul ataukah hanya merupakan Gejala Psikologis semata-mata?
c) Adakah jika bahasa lidah (karunia Roh Kudus) itu asli maka bertentangan dengan aturan Kitab Suci dalam 1Kor 14:27-28 yang diinspirasikan oleh Roh Kudus sendiri?
d) Secara Theologis, karunia bahasa lidah yang dicurahkan semasa lahirnya Gereja pada hari Pentakosta adalah wujud penyatuan bahasa yang merupakan lawan dari perpecahan bahasa pada peristiwa Menara Babel pada Perjanjian Lama, dengan demikian simbolik bahwa Gereja memiliki peran yang mempersatukan seluruh umat manusia dalam 1 iman yang sama.
e) Karunia lidah terutama digunakan untuk memberitakan Injil kepada bangsa asing jika dalam keterdesakan waktu tidak mumpuni untuk mempelajari bahasa asing.
Dalam perjalanan abad demi abad, meskipun jarang tercatat ternyata Gereja Orthodox Timur sempat merekam adanya karunia bahasa lidah yang asli pada St.Basilius Agung dan St.Efraim dari Syria (abad keempat) serta pada Elder Porphyrios (1906 s/d 1991) dari Gunung Athos, demikianlah kisah tersebut,
...In the Orthodox Church, it is recorded that St Ephraim the Syrian visited St Basil the Great (4th Century) and the two communicated by this means: each spoke his own language and the other understood...
...In the actual life of Elder Porphyrios, it is recorded that an atheist French woman visited him in Greece and the two communicated in this way: Elder Porphyrios spoke Greek; the woman spoke French; and the two understood each other...
Translate:
...Dalam Gereja Orthodox, hal ini telah tercatat bahwa St. Efraim dari Syria ketika mengunjungi St.Basilius Agung (abad keempat) dan mereka berdua berkomunikasi dengan cara: masing-masing ia berbicara dengan bahasa masing-masing dan mereka saling memahami...
...Pada hidup Elder Porphyrios yang sesungguhnya, telah tercatat bahwa seorang wanita Perancis Atheis berkunjung kepadanya di Yunani dan mereka berkomunikasi dengan cara ini: Elder Porphyrios berbicara bahasa Yunani; wanita itu berbicara bahasa Perancis; dan keduanya saling memahami satu dengan lainnya...
[http://orthodoxmonk.blogspot.com/2010/10/gift-of-tongues.html]
Melalui kisah-kisah di atas maka memang bahasa lidah yang asli masih ada namun kemungkinan besar amat sangat jarang, bahkan karena kegunaannya yang sedikit (tidak membangun jemaat dan diletakkan sebagai jenis karunia yang paling rendah fungsinya) terutama pada era modern dimana bahasa sudah lebih mudah untuk dipelajari. Dengan demikian, bahasa lidah adalah bentuk doa yang sifatnya prematur dan lebih rendah jika dibandingkan dengan doa lisan yang disertai dengan kesungguhan hati, hal ini sesuai dengan pernyataan Kitab Suci bahwa bahasa lidah adalah bagi mereka yang kurang beriman,
1Kor 14:22a
22. Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman.
Jika ada bahasa lidah yang asli tentu ada pula bahasa lidah yang palsu, umat Kristen seharusnya ekstra hati-hati dalam menyingkapi karunia bahasa lidah ini, sebab ternyata fenomena yang demikian tidak hanya terjadi pada lingkup Kristen saja melainkan juga terjadi pada lingkup Paganisme, Shamanisme, dan para Medium Arwah. Para pelaku kutukan Voodoo dan para Fakir (Guru Hindu) juga melakukan hal yang serupa dengan pelafalan klaim “bahasa lidah palsu”. Konsep ini juga terjadi pada beberapa bidat Kristen kuno dengan berbagai penyimpangan ajaran, misalnya pada beberapa bidat Gnostik dan bidat Montanisme; dimana kebanyakan dari mereka bergumam suatu kata-kata yang tidak ada artinya (beberapa adalah hasil dari emosi yang tidak terkendali, beberapa lainnya merupakan pengaruh kuasa Satanik dan mantera-mantera sihir rahasia) yang mana berbeda dengan konsep bahasa lidah yang asli (yakni merupakan bahasa asing yang dapat ditafsirkan jika ada yang menafsirkan atau jika ada pendengar dari bangsa asing yang kebetulan menguasai bahasa yang digunakan) bahkan meskipun kadangkala bahasa lidah palsu kaum Montanisme itu ditafsirkan seringkali keliru (misalnya nubuatan yang meleset) dan menentang ajaran Rasuli yang diterima Gereja, mengenai mereka semua ini yang hanya mengejar tanda-tanda mujizat itu tanpa menguji kebenarannya maka yang terjadi adalah:
Mat 7:22-23
22. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23. Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Kesimpulan dari artikel Glossolalia ini adalah:
1) Istilah bahasa roh tidak ditemukan sama sekali dalam teks asli Kitab Suci, yang ada adalah bahasa lidah (Glossolalia).
2) Xenoglossia dan Glossolalia mengacu pada jenis karunia bahasa lidah yang sama (bukan 2 jenis bahasa lidah yang berbeda), yakni pada bahasa asing yang pasti dapat ditafsirkan.
3) Bahasa lidah dapat dikendalikan dengan sadar dan terikat oleh peraturan-peraturan tertentu jika tidak ditafsirkan.
4) Bahasa lidah bukanlah Roh Kudus yang berbicara melainkan roh manusia yang dimampukan Roh Kudus untuk berbicara dalam bahasa asing.
5) Kepenuhan Roh Kudus adalah bentuk manifestasi karunia Roh Kudus dan tidak selalu berwujud bahasa lidah.
6) Baptisan Roh Kudus adalah bentuk mula-mula dari Sakramen Khrisma yang tak terpisahkan dari Sakramen Baptisan Air.
7) Menyembah dalam roh dan kebenaran merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, makna yang pertama adalah berbicara mengenai dinamika Allah Triados (menyembah Sang Bapa dalam Sang Roh Kudus dan Sang Putera) dan kemudian selanjutnya berbicara mengenai mekanisme cara menyembah Allah, yakni dengan segenap apa yang ada dalam diri kita (dalam roh) dan dalam aturan-tata cara yang benar (dalam kebenaran) yang telah ditetapkan para Rasul dan diteruskan secara turun temurun oleh para Episkop.
8) Gereja Orthodox Timur tidak menyangkal bahwa bahasa lidah merupakan salah satu karunia dari Roh Kudus namun pada era modern ini amat sangat jarang bahasa lidah itu dikaruniakan kepada seseorang.
9) Pada era modern ini, umat perlu ekstra berhati-hati dan menilik berbagai ajaran mengenai bahasa lidah, segala sesuatu harus diuji melalui Kitab Suci dan Tradisi Rasuli yang tersimpan dalam kepenuhan kebenaran ajaran Gereja Orthodox Timur.
Rumusan masalah yang akan dibahas pada artikel Glossolalia ini antara lain,
1) Bagaimana keberadaan istilah “bahasa roh” menurut Kitab Suci?
2) Apakah yang dimaksud dengan bentuk Xenoglossia dan Glossolalia menurut Kitab Suci?
3) Apakah kepenuhan Roh Kudus itu selalu identik dengan munculnya bahasa lidah? Apakah baptisan Roh itu adalah manifestasi bahasa lidah?
4) Apakah maksud dari menyembah Allah dalam roh dan kebenaran?
5) Bagaimana pandangan Gereja Orthodox Timur tentang karunia bahasa lidah?
1) Bagaimana keberadaan istilah “bahasa roh” menurut Kitab Suci?
Pada era modern ini, baik dari golongan Protestan Pantekosta, Protestan Kharismatik dan Katolik Roma Kharismatik seringkali mendasarkan ajaran tentang “bahasa roh” yang mana istilah “bahasa roh” itu diambil dari Kis 10:46, Kis 19:6, dan paling banyak pada bagian-bagian surat 1Korintus (dalam artikel ini kita ambil sample 1Kor 12:30, kata teks asli pada 1Kor 12:30 itu berlaku sama untuk seluruh kata “bahasa roh” dalam 1Korintus), demikianlah pembahasan ayat-ayat tersebut,
Kis 10:46; 19:6
LAI
10:46. sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus:
19:6. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.
Interlinear
10:46. ἤκουον γὰρ (mereka telah mendengar bahwa) αὐτῶν (mereka) λαλούντων (berbahasa) γλώσσαις (dengan lidah) καὶ (dan) μεγαλυνόντων (memuliakan) τὸν θεόν (Allah). Τότε (lalu) ἀπεκρίθη (jawab) Πέτρος (Petrus).
19:6. καὶ (dan) ἐπιθέντος (sementara menumpangkan) αὐτοῖς (mereka) τοῦ Παύλου χεῖρας (dengan tangan Paulus) ἦλθε τὸ (datanglah) πνεῦμα τὸ ἅγιον (Roh Kudus) ἐπ' (atas) αὐτούς (mereka), ἐλάλουν (berbahasa) τε γλώσσαις (dengan lidah) καὶ (dan) ἐπροφήτευον (bernubuat).
1Kor 12:30
LAI
30. atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?
Interlinear
30. μὴ (bukan) πάντες (semua) χαρίσματα (karunia) ἔχουσιν (untuk) ἰαμάτων; (menyembuhkan?) μὴ (bukan) πάντες (semua) γλώσσαις (dengan lidah) λαλοῦσιν; (berbahasa?) μὴ (tidak) πάντες (semua) διερμηνεύουσιν; (menafsirkan?)
Jadi jika kita cermati dalam bahasa aslinya maka terjemahan “bahasa roh” itu sendiri sebenarnya telah menyalahi terjemahan asli teks Kitab Suci, Kitab Suci tidak pernah sekalipun mencantumkan istilah “bahasa roh” (πνεῦμαλαλία, Pneumalalia) melainkan “bahasa lidah” (γλωσσολαλία, Glossolalia); karena penggunaan istilah “bahasa roh” ini kadangkala menyimpangkan bentuk karunia Roh Kudus ini maka untuk selanjutnya berpadanan dengan teks asli Kitab Suci itu maka untuk pembahasan artikel ini akan digunakan sebutan “bahasa lidah” (kecuali pada kutipan-kutipan LAI yang harus kita pahami sebagai bahasa lidah).
2) Apakah yang dimaksud dengan bentuk Xenoglossia dan Glossolalia menurut Kitab Suci?
Xenoglossia adalah suatu kemampuan ajaib untuk mengucapkan bahasa-bahasa dari daerah asing yang secara benar dan lancar tanpa mempelajarinya terlebih dahulu.
Pada umumnya, golongan Protestan Pantekosta, Protestan Kharismatik dan Katolik Roma Kharismatik melakukan dua penggolongan “bahasa lidah”, yakni “Glossolalia” dan “Xenoglossia”, Glossolalia dipandang sebagai ucapan-ucapan tanpa makna yang tak dapat ditafsirkan sedangkan Xenoglossia dipandang sebagai ucapan-ucapan bahasa asing yang dapat ditafsirkan (misalnya pada Peristiwa Pentakosta di Kis 2:4). Namun demikian, kenyataan Kitab Suci menyatakan secara berbeda, demikianlah tertulis dalam Kitab Suci,
Kis 2:4
LAI
4. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Interlinear
4. καὶ (dan) ἐπλήσθησαν πάντες (mereka semua dipenuhi) πνεύματος ἁγίου (Roh Kudus), καὶ (dan) ἤρξαντο (mulai) λαλεῖν (berbahasa) ἑτέραις (berbeda) γλώσσαις (dengan lidah) καθὼς (sebagaimana) τὸ πνεῦμα (Roh) ἐδίδου (memberikan) ἀποφθέγγεσθαι (untuk dikatakan kepada) αὐτοῖς (mereka).
Ternyata Kis 2:4 yang diklaim sebagai bentuk Xenoglossia itu juga memiliki akar kata yang sama dengan Glossolalia (yakni dengan munculnya frase λαλεῖν, lalein-bahasa, dan γλώσσαις, glossais-dengan lidah), dengan demikian pembedaan antara Xenoglossia dan Glossolalia itu sendiri kuranglah tepat menurut Kitab Suci melainkan Glossolalia itulah Xenoglossia, tidak ada bentuk Glossolalia yang bergumam tanpa arti melainkan selalu merupakan bentuk bahasa asing yang dapat diterjemahkan oleh orang asing yang menguasai bahasa tersebut ataupun pada seseorang yang memiliki karunia menafsirkan bahasa lidah; dengan demikian pada pembahasan selanjutnya, hanya akan disebutkan “bahasa lidah” dengan mengacu pada teks asli Kitab Suci yakni dari kata Glossolalia.
Landasan lainnya yang menyatakan bahwa ada Glossolalia yang tak dapat ditafsirkan adalah mengacu pada ayat sebagai berikut,
1Kor 14:2
LAI
2. Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.
Interlinear
2. ὁ γὰρ (seseorang) λαλῶν (yang berbahasa) γλώσσῃ (dengan lidah) οὐκ (bukan) ἀνθρώποις (pada manusia) λαλεῖ (berbicara) ἀλλὰ (namun) θεῷ (pada Allah), οὐδεὶς γὰρ (tidak seorangpun) ἀκούει (mendengar), πνεύματι (dalam roh) δὲ λαλεῖ (berkata-kata) μυστήρια (misteri)·
Pada teks asli 1Kor 14:2 yang dituliskan adalah ἀκούει (akouei-mendengar) dan bukan συνίετε (suniete-mengerti/memahami, bandingkan dengan Ef 5:17 menggunakan kata συνίετε ini), sehingga makna presisi sesungguhnya tentang bahasa lidah disitu bukanlah suatu bentuk lain bahasa lidah yang mana tak dapat ditafsirkan melainkan adalah bentuk bahasa lidah yang tidak ditafsirkan (tidak ada yang memiliki karunia menafsirkan bahasa lidah) sehingga bukan ditujukan pada manusia lain (sebab jika ditafsirkan maka bahasa lidah itu menjadi memiliki dampak yang ditujukan pada orang lain) melainkan diucapkan bagi diri sendiri kepada Allah, dengan demikian berpadanan dan sesuai dengan penjabaran Rasul Paulus selanjutnya dalam 1Kor 14:28,
1Kor 14:28
28. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.
Mekanisme berbahasa lidah ini dengan jelas dapat dikendalikan, berbeda dengan klaim beberapa orang pada era modern ini yang menyatakan tak dapat mengendalikan bahasa lidah, sebab dengan adanya perintah untuk berdiam diri dalam 1Kor 14:2 yang mana diperjelas dalam 1Kor 14:28 itu maka mengindikasikan bahwa berbahasa lidah itu dapat dikendalikan (sebab jika tak dapat dikendalikan maka sia-sialah perintah Rasul Paulus itu), roh itu penurut namun hanya luapan emosi manusialah yang sulit dikendalikan. Dengan demikian, 1Kor 14:2 itu jelas merupakan bentuk bahasa lidah yang dapat ditafsirkan sebab Rasul Paulus masih dalam perikop yang sama menuliskan,
1Kor 14:10-13
10. Ada banyak--entah berapa banyak--macam bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti.
11. Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku.
12. Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat.
13. Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya.
Jadi konsep bahasa lidah pada 1Kor 14:2 masihlah bahasa lidah yang sama dengan 1Kor 14:13 yakni yang terdiri dari macam-macam bahasa di dunia (1Kor 14:10) sebagaimana juga terjadi dalam Kis 2:4-11.
Konsep lain yang disalahpahami oleh golongan Protestan Pantekosta, Protestan Kharismatik dan Katolik Roma Kharismatik adalah bahwa karunia bahasa lidah itu adalah wujud manifestasi Roh Kudus yang sedang berbicara, hal ini sebenarnya kurang sesuai dengan ajaran Kitab Suci yang menyatakan,
1Kor 14:14
14. Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.
Rasul Paulus dalam 1Kor 14:14 menyatakan bahwa dalam bahasa lidah itu rohnya Rasul Pauluslah yang berdoa (bukan Roh Kudus yang berdoa), jadi disini yang benar adalah Roh Kudus itu berkarya memampukan roh seseorang yang memiliki karunia bahasa lidah untuk berbahasa asing (arti dari “seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” dalam Kis 2:4 bukan berari Roh Kudus sendiri yang berbicara melainkan Roh Kudus itu memberikan bahasa-bahasa asing sesuai kehendakNya kepada roh manusia untuk disampaikan kepada khalayak umum yang berisi orang-orang asing).
Selanjutnya, Rasul Paulus mengikat aturan berbahasa lidah dalam pertemuan Jemaat, yakni,
1Kor 14:27-28
27. Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.
28. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.
Berbahasa lidah secara beramai-ramai dan tanpa ada yang menafsirkan bahasa asingnya jelas bertentangan dengan aturan dalam 1Kor 14:27-28 yang diilhamkan oleh Sang Roh Kudus sendiri.
3) Apakah kepenuhan Roh Kudus itu selalu identik dengan munculnya bahasa lidah? Apakah baptisan Roh itu adalah bahasa lidah?
Karena sudah dijelaskan di atas bahwa bahasa lidah bukanlah Roh Kudus yang berbicara melainkan salah satu karunia Roh Kudus dimana roh manusia dimampukan untuk berbicara bahasa asing maka mereka yang mengalami kepenuhan Roh Kudus itu tidak selalu identik dengan munculnya bahasa lidah, berikut ini adalah contoh beberapa orang dalam Kitab Suci yang mengalami kepenuhan Roh Kudus tanpa menunjukkan manifestasi bahasa lidah,
Kis 4:8
8. Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: “Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua,
Kis 7:55
55. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
Kis 4:8 menyatakan bahwa kendati Rasul Petrus kepenuhan dengan Roh Kudus namun tidak menunjukkan manifestasi bahasa lidah melainkan berkata-kata biasa kepada orang lain. Juga Js.Stefanus ketika penuh dengan Roh Kudus (Kis 7:55) tidak menunjukkan manifestasi bahasa lidah melainkan melihat suatu penglihatan dari Allah.
Luk 3:16
16. Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
Kis 1:5
5. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.
Jika kepenuhan Roh Kudus berbicara mengenai manifestasi karya Roh Kudus, tidak harus selalu bahasa lidah (meskipun bahasa lidah juga tergolong salah satu wujud kepenuhan Roh Kudus), namun juga dapat melalui karunia-karunia Roh Kudus lainnya, misalnya karunia mengajar (seperti contoh yang dialami Rasul Petrus) dan mendapatkan penglihatan (seperti contoh yang dialami Stefanus), sementara Baptisan Roh Kudus bukan berbicara mengenai manifestasi bahasa lidah dan bukan berbicara mengenai kepenuhan Roh Kudus melainkan berbicara mengenai awal pencurahan Api Roh Kudus yang memurnikan rohani manusia, yang mulanya terjadi pada para Rasul pada hari Pentakosta (dan kebetulan baptisan Roh Kudus saat itu diikuti dengan kepenuhan Roh Kudus berupa karunia bahasa lidah),
Kis 2:3
3. dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
Setelah Roh Kudus itu diberikan kepada para Rasul pada hari Pentakosta maka mekanisme pencurahannya adalah melalui penumpangan tangan para Rasul itu secara turun temurun (Kis 8:17-18),
Kis 8:17-18
17. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus.
18. Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka.
Peristiwa Kis 8:17-18 menceritakan bahwa pemberian Roh Kudus, pada era setelahnya karena Kristen berkembang dengan pesat maka masih meneladani pemberian Roh Kudus melalui penumpangan tangan Episkop (penerus para Rasul) itu dilakukan atas minyak Khrisma yang didistribusikan ke seluruh penjuru bumi sebagai perpanjangan tangan para Episkop, inilah yang akhirnya disebut sebagai Sakramen Khrisma yang tak terpisahkan dengan Sakramen Baptisan Air (karena itu Gereja Orthodox Timur langsung seketika itu juga melakukan Sakramen Khrisma setelah Sakramen Baptisan Air) dengan demikian juga meneladani pencurahan minyak urapan pada Perjanjian Lama yang merupakan tanda turunNya Roh Kudus atas seseorang,
1Sam 16:13
13. Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama.
Lalu bagaimana dengan kisah Kornelius yang menerima baptisan Roh Kudus pada Kis 10-11 tanpa penumpangan tangan para Rasul? Jika kita pahami konteks baptisan Roh Kudus pada Kornelius adalah yang pertama terjadi diantara bangsa Non-Israel, dengan demikian Roh Kudus mendorong Rasul Petrus yang pada waktu itu diliputi keraguan apakah Allah juga akan mencurahkan Roh KudusNya pada Non-Israel untuk mempercayai bahwa memang benar Allah juga mencurahkan Roh KudusNya pada Non-Israel, karena itu setelah dorongan peneguhan itu dilakukan maka mekanisme pemberian Roh Kudus kembali pada mekanisme penumpangan tangan secara turun temurun dimulai oleh para Rasul sendiri dan dilanjutkan oleh para Episkop melalui Sakramen Khrisma.Sesudah peristiwa itu, semenjak surat Efesus ditulis oleh Rasul Paulus pada tahun 61 Masehi (kurang lebih 28 tahun setelah peristiwa hari Pentakosta dimana Gereja dilahirkan) yang padanya dituliskan hanya ada “satu baptisan”, yakni bahwa Sakramen Baptisan dan Sakramen Khrisma dipandang melekat pada satu kesatuan yang utuh di dalam kata “satu baptisan” itu, demikianlah sehingga ayat-ayat dalam Kitab Suci dapat berjalan secara harmonis.
Ef 4:5
5. satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
Hal ini diperteguh bahwa Baptisan Roh Kudus ini berlaku bagi semua umat Kristen (melalui Sakramen Khrisma), namun karunia bahasa lidah tidak diperuntukkan bagi semua umat Kristen, demikian tertulis dalam Kitab Suci,
1Kor 12:10
LAI
10. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.
Interlinear
10. ἄλλῳ δὲ (pada yang lain) ἐνεργήματα (mengerjakan) δυνάμεων (mujizat), ἄλλῳ δὲ (pada yang lain) προφητεία (nubuat), ἄλλῳ δὲ (pada yang lain) διακρίσεις (membedakan) πνευμάτων (roh), ἑτέρῳ (pada yang berbeda) γένη (macam-macam) γλωσσῶν (lidah), ἄλλῳ δὲ (pada yang lain) ἑρμηνία (menafsirkan) γλωσσῶν (lidah)·
1Kor 12:10 menyatakan bahwa karunia-karunia yang berlainan diberikan pada orang-orang yang berlainan pula, dengan demikian bahasa lidah mustahil disebut sebagai Baptisan Roh Kudus sebab Baptisan Roh Kudus ini seharusnya diterima oleh semua umat Kristen sedangkan bahasa lidah tidak harus diterima oleh semua umat Kristen. Hal menarik lainnya yang perlu diperhatikan dalam 1Kor 12:10 adalah digunakannya kata ἄλλῳ (allo-lain namun sejenis, misalnya jeruk satu dengan jeruk lainnya adalah allo) pada jenis-jenis karunia Roh Kudus lainnya dan kata ἑτέρῳ (hetero-lain namun tak sejenis/berbeda, misalnya jeruk dan apel adalah hetero) hanya dikenakan pada karunia bahasa lidah, hal ini karena bahasa lidah meskipun terdiri dari γένη (macam-macam) bahasa namun memiliki sifat yang begitu berbeda dengan karunia Roh Kudus lainnya, yakni tidak bersifat membangun jemaat jika tidak ditafsirkan (padahal tujuan utama karunia Roh Kudus pada hakekatnya adalah untuk membangun jemaat, 1Kor 14:12) sehingga oleh kondisinya yang inferior itu maka dinilai berbeda jenis dengan karunia Roh Kudus lainnya, bahkan Rasul Paulus sempat membandingkan nilai ribuan kata bahasa lidah tanpa ditafsirkan ternyata memiliki nilai lebih rendah daripada khotbah yang terdiri dari 5 kata yang dapat dimengerti (1Kor 14:19).
1Kor 14:12,19
12. Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh , tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun jemaat.
19. Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.
4) Apakah maksud dari menyembah Allah dalam roh dan kebenaran?
Yoh 4:23-24
23. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
24. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Yoh 4:23-24 tidak dapat dijadikan sebagai patokan bahwa menyembah dalam roh adalah dengan berbahasa lidah sebab pada ayat 23 dikatakan oleh Sang Kristus bahwa waktunya sudah tiba sekarang (sedangkan saat itu karunia bahasa lidah belum dicurahkan), pada hakekatnya menyembah dalam roh dan kebenaran itu tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, maksud dari Sang Kristus mengenai menyembah dalam roh dan kebenaran sesuai konteks Yoh 4:1-42 antara lain adalah sebagai berikut,
a) Bahwa penyembahan pada Allah itu tidak dibatasi oleh tempat, bukan harus di Yerusalem maupun harus di Samaria.
b) Menyatakan hubungan tak terpisahkan dan sifat Hipostasis dari karya Allah Triados, yakni menyembah Sang Bapa (ayat 23, pada ayat 24 adalah Allah) itu harus didalam Roh Kudus (Flp 3:3, 1Kor 2:10) dan Sang Kristus (kebenaran, sebab Sang Kristus adalah kebenaran itu sendiri, Yoh 1:17, 14:6), jadi untuk datang menyembah pada Sang Bapa seseorang harus melalui jalan kebenaran itu (yakni Sang Kristus) dan memahami melalui Roh Kudus yang menyelidiki segala sesuatu dalam diri Allah.
Flp 3:3
3. karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.
1Kor 2:10
10. Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.
Yoh 1:17, 14:6
1:17. sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
14:6. Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
c) Bahwa ada dua unsur yang harus dilakukan dalam proses menyembah Allah, yang pertama adalah dalam roh mengacu hal ini dilakukan sebab adalah kebiasaan umat Yahudi pada waktu itu yang hanya menyembah Allah melalui tata cara sedangkan hatinya jauh dari Allah (Yes 29:13, Mat 15:8), ajaran Orthodox Timur menyebutkan bahwa didalam ψυχή (psukhe, jiwa) terdapat tiga aktivitas energi jiwa (bukan Hipostasis) yang tak terpisahkan dan selalu saling terkait, yakni νοῦς (nous, disebut juga kedalaman batin, inti jiwa, mata dari jiwa, dan akal budi dari hati), λόγος-διάνοια (logos-dianoia, rasio, logika, pemikiran, dan perasaan) dan πνεῦμα (pneuma, roh), roh (pneuma) manusia ini menyampaikan wahyu Ilahi yang diterima oleh kedalaman batin (nous) kepada pemikiran rasio dan perasaan manusia (logos-dianoia) dengan demikian ketika kita diingatkan tentang roh manusia maka hal itu terikat erat dengan aktivitas jiwa lainnya, oleh karena itu juga melalui ini kita diingatkan akan perintah yang pertama dan terutama, yakni kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap apa yang ada dalam diri kita (Mrk 12:30),
Yes 29:13
13. Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan,
Mat 15:8
8. Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Mrk 12:30
LAI
30. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Interlinear
30. καὶ (dan) ἀγαπήσεις (kasihilah secara agape) Κύριον τὸν θεόν σου (Tuhan Allahmu) ἐξ (dengan) ὅλης (seluruh) καρδίας σου (hatimu) καὶ (dan) ἐξ (dengan) ὅλης (seluruh) τῆς ψυχῆς σου (jiwamu) καὶ (dan) ἐξ (dengan) ὅλης (seluruh) τῆς διανοίας σου (pemikiranmu) καὶ (dan) ἐξ (dengan) ὅλης (seluruh) τῆς ἰσχύος σου (kekuatanmu).
Juga Js.Yohanes Khrysostomos berbicara hal yang sama mengenai makna Yoh 4:23-24 sebagai berikut,
God is a Spirit
But when He says this, He declares nothing else than His incorporeal Nature. Now the service of that which is incorporeal must needs be of the same character, and must be offered by that in us which is incorporeal, to wit, the soul, and purity of mind. Wherefore He says, they that worship Him, must worship Him in spirit and in truth. For because both Samaritans and Jews were careless about the soul, but took great pains about the body, cleansing it in various ways, it is not, He says, by purity of body, but by that which is incorporeal in us, namely the mind, that the incorporeal One is served. Sacrifice then not sheep and calves, but dedicate yourself to the Lord;...
Translate:
Allah adalah suatu Roh
Namun ketika Ia berbicara hal ini, Ia tidak lain daripada menyatakan kodratNya yang tak berjasad. Sekarang ibadah yang mana tak berjasad haruslah dibutuhkan dari sifat yang sama, dan haruslah mempersembahkan oleh hal itu di dalam diri kita yang adalah tak berjasad, yakni jiwa, dan kemurnian batin. Oleh karena itu Ia berkata, mereka yang menyembah Dia, harus menyembah Dia dalam roh dan dalam kebenaran. Sebab keduanya, baik orang Samaria dan Yahudi tidak terlalu peduli mengenai jiwa, namun berusaha keras tentang hal-hal jasmani, membersihkan itu dalam berbagai cara, yang dikatakanNya bukanlah pemurnian jasmani namun oleh yang tak berjasad di dalam kita, yang disebut batin, itulah pelayanan yang tak berjasad. Janganlah mengorbankan anak-anak lembu dan domba-domba, namun persembahkanlah dirimu sendiri kepada Tuhan;...
[Js.Yohanes Khrysostomos. Homili Pada Injil Yohanes]
Rm 12:1-2
1. Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
2. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
sedangkan menyembah dalam kebenaran berbicara mengenai tata cara yang benar, dengan rasa hormat dan takut, serta secara sopan dan teratur (Ibr 12:28, 1Kor 14:40), suatu tata cara ibadah yang diatur oleh para Rasul dan diteruskan secara turun temurun dalam Tradisi Rasuli,
Ibr 12:28
28. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.
1Kor 14:40
40. Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.
dengan demikian Sang Kristus hendak menekankan bahwa keduanya haruslah dilakukan secara serentak (bukan salah satunya), dengan demikian Allah menghendaki penyembahan yang dilakukan dalam tata cara yang benar (dalam kebenaran) dan dalam kesungguhan hati (dalam roh), yang satu dilakukan namun janganlah yang lain diabaikan.
5) Bagaimana pandangan Gereja Orthodox Timur tentang karunia bahasa lidah?
a) Gereja Orthodox Timur tidak menyangkal bahwa dalam Kitab Suci mencantumkan salah satu karunia Roh Kudus adalah berbahasa lidah.
b) Dalam era modern ini patut diuji kembali secara ketat, apakah klaim "bahasa roh" tersebut adalah bahasa lidah yang asli sama dengan zaman para rasul ataukah hanya merupakan Gejala Psikologis semata-mata?
c) Adakah jika bahasa lidah (karunia Roh Kudus) itu asli maka bertentangan dengan aturan Kitab Suci dalam 1Kor 14:27-28 yang diinspirasikan oleh Roh Kudus sendiri?
d) Secara Theologis, karunia bahasa lidah yang dicurahkan semasa lahirnya Gereja pada hari Pentakosta adalah wujud penyatuan bahasa yang merupakan lawan dari perpecahan bahasa pada peristiwa Menara Babel pada Perjanjian Lama, dengan demikian simbolik bahwa Gereja memiliki peran yang mempersatukan seluruh umat manusia dalam 1 iman yang sama.
e) Karunia lidah terutama digunakan untuk memberitakan Injil kepada bangsa asing jika dalam keterdesakan waktu tidak mumpuni untuk mempelajari bahasa asing.
Dalam perjalanan abad demi abad, meskipun jarang tercatat ternyata Gereja Orthodox Timur sempat merekam adanya karunia bahasa lidah yang asli pada St.Basilius Agung dan St.Efraim dari Syria (abad keempat) serta pada Elder Porphyrios (1906 s/d 1991) dari Gunung Athos, demikianlah kisah tersebut,
...In the Orthodox Church, it is recorded that St Ephraim the Syrian visited St Basil the Great (4th Century) and the two communicated by this means: each spoke his own language and the other understood...
...In the actual life of Elder Porphyrios, it is recorded that an atheist French woman visited him in Greece and the two communicated in this way: Elder Porphyrios spoke Greek; the woman spoke French; and the two understood each other...
Translate:
...Dalam Gereja Orthodox, hal ini telah tercatat bahwa St. Efraim dari Syria ketika mengunjungi St.Basilius Agung (abad keempat) dan mereka berdua berkomunikasi dengan cara: masing-masing ia berbicara dengan bahasa masing-masing dan mereka saling memahami...
...Pada hidup Elder Porphyrios yang sesungguhnya, telah tercatat bahwa seorang wanita Perancis Atheis berkunjung kepadanya di Yunani dan mereka berkomunikasi dengan cara ini: Elder Porphyrios berbicara bahasa Yunani; wanita itu berbicara bahasa Perancis; dan keduanya saling memahami satu dengan lainnya...
[http://orthodoxmonk.blogspot.com/2010/10/gift-of-tongues.html]
Melalui kisah-kisah di atas maka memang bahasa lidah yang asli masih ada namun kemungkinan besar amat sangat jarang, bahkan karena kegunaannya yang sedikit (tidak membangun jemaat dan diletakkan sebagai jenis karunia yang paling rendah fungsinya) terutama pada era modern dimana bahasa sudah lebih mudah untuk dipelajari. Dengan demikian, bahasa lidah adalah bentuk doa yang sifatnya prematur dan lebih rendah jika dibandingkan dengan doa lisan yang disertai dengan kesungguhan hati, hal ini sesuai dengan pernyataan Kitab Suci bahwa bahasa lidah adalah bagi mereka yang kurang beriman,
1Kor 14:22a
22. Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman.
Jika ada bahasa lidah yang asli tentu ada pula bahasa lidah yang palsu, umat Kristen seharusnya ekstra hati-hati dalam menyingkapi karunia bahasa lidah ini, sebab ternyata fenomena yang demikian tidak hanya terjadi pada lingkup Kristen saja melainkan juga terjadi pada lingkup Paganisme, Shamanisme, dan para Medium Arwah. Para pelaku kutukan Voodoo dan para Fakir (Guru Hindu) juga melakukan hal yang serupa dengan pelafalan klaim “bahasa lidah palsu”. Konsep ini juga terjadi pada beberapa bidat Kristen kuno dengan berbagai penyimpangan ajaran, misalnya pada beberapa bidat Gnostik dan bidat Montanisme; dimana kebanyakan dari mereka bergumam suatu kata-kata yang tidak ada artinya (beberapa adalah hasil dari emosi yang tidak terkendali, beberapa lainnya merupakan pengaruh kuasa Satanik dan mantera-mantera sihir rahasia) yang mana berbeda dengan konsep bahasa lidah yang asli (yakni merupakan bahasa asing yang dapat ditafsirkan jika ada yang menafsirkan atau jika ada pendengar dari bangsa asing yang kebetulan menguasai bahasa yang digunakan) bahkan meskipun kadangkala bahasa lidah palsu kaum Montanisme itu ditafsirkan seringkali keliru (misalnya nubuatan yang meleset) dan menentang ajaran Rasuli yang diterima Gereja, mengenai mereka semua ini yang hanya mengejar tanda-tanda mujizat itu tanpa menguji kebenarannya maka yang terjadi adalah:
Mat 7:22-23
22. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23. Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Kesimpulan dari artikel Glossolalia ini adalah:
1) Istilah bahasa roh tidak ditemukan sama sekali dalam teks asli Kitab Suci, yang ada adalah bahasa lidah (Glossolalia).
2) Xenoglossia dan Glossolalia mengacu pada jenis karunia bahasa lidah yang sama (bukan 2 jenis bahasa lidah yang berbeda), yakni pada bahasa asing yang pasti dapat ditafsirkan.
3) Bahasa lidah dapat dikendalikan dengan sadar dan terikat oleh peraturan-peraturan tertentu jika tidak ditafsirkan.
4) Bahasa lidah bukanlah Roh Kudus yang berbicara melainkan roh manusia yang dimampukan Roh Kudus untuk berbicara dalam bahasa asing.
5) Kepenuhan Roh Kudus adalah bentuk manifestasi karunia Roh Kudus dan tidak selalu berwujud bahasa lidah.
6) Baptisan Roh Kudus adalah bentuk mula-mula dari Sakramen Khrisma yang tak terpisahkan dari Sakramen Baptisan Air.
7) Menyembah dalam roh dan kebenaran merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, makna yang pertama adalah berbicara mengenai dinamika Allah Triados (menyembah Sang Bapa dalam Sang Roh Kudus dan Sang Putera) dan kemudian selanjutnya berbicara mengenai mekanisme cara menyembah Allah, yakni dengan segenap apa yang ada dalam diri kita (dalam roh) dan dalam aturan-tata cara yang benar (dalam kebenaran) yang telah ditetapkan para Rasul dan diteruskan secara turun temurun oleh para Episkop.
8) Gereja Orthodox Timur tidak menyangkal bahwa bahasa lidah merupakan salah satu karunia dari Roh Kudus namun pada era modern ini amat sangat jarang bahasa lidah itu dikaruniakan kepada seseorang.
9) Pada era modern ini, umat perlu ekstra berhati-hati dan menilik berbagai ajaran mengenai bahasa lidah, segala sesuatu harus diuji melalui Kitab Suci dan Tradisi Rasuli yang tersimpan dalam kepenuhan kebenaran ajaran Gereja Orthodox Timur.