Seperti Air & Api [by: Fr.Yohanes Bambang]
Date: 25 Mei 2010
Dalam alam fisik jasmani, tidak ada benda yang paling dibutuhkan manusia seperti halnya “Air” dan “Api” ini. Air digunakan untuk memberikan kehidupan bagi tanah yang kekeringan atau mahluk yang hidup, sedangkan Api digunakan untuk menerangi serta memasak makanan. Demikianlah dalam tubuhpun air diperlukan bagi tubuh namun sekaligus unsur api yaitu panas digunakan bagi metabolisme tubuh tadi.
Namun air dan api dalam alam jasmani mempunyai sifat yang saling bertentangan. Api dapat menghilangkan sifat kesejukan air, saat api itu berhasil memanaskan air tadi sampai mendidih, dan airpun dapat menghilangkan sifat daya bakar api, jika api tersebut disiram dengan air. Air dapat menghilangkan dahaga, sedangkan api menyebabkan dahaga. Api selalu melambung keatas, sedangkan air selalu mengalir kebawah. Namun dalam alam adi-kodrati, ternyata air dan api itu melambangkan serta menyimbolkan suatu realita yang sama, yaitu realita karya Sang Roh Kudus. Karena di dalam Allah itu tidak ada sesuatu yang bersifat dikhotomi, semua realita kebaikan itu terangkum hadi satu dalam rangkuman ke-EsaanNya serta ke Maha-KedaulatanNya.
Minggu ini adalah Minggu Pentakosta, Paskah telah kita tinggalkan. Kemenangan Kristus atas maut dan penampakan Hidup Kekal telah kita rayakan. Kita masuk dalam penggenapan Paskah itu, yaitu pencurahan Roh Allah yang kudus keatas segenap manusia, melalui diri para rasul sebagai cikal bakal Gereja. TurunNya Roh Allah ini memang terkait dengan kebangkitan Kristus, karena jika Kristus belum dimuliakan dalam kebangkitan dan pengangkatanNya ke Sorga, maka Roh Allah itu tak akan dicurahkan, sebagaimana ditandaskan oleh Js. Yohanes dalam Injilnya: ”…Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan” (Yoh 7:37). Roh Kudus itu dicurahkan setelah Yesus dimuliakan (Kis 2:32-33), dengan tujuan untuk mengaruniakan dan menyalurkan hidup kebangkitan yaitu Hidup kekal yang telah dimenangkan oleh Kristus melalui kebangkitanNya. Sehingga dalam Roh Kudus itu, kehidupan Kristus menjadi kehidupan manusia yang beriman kepada Kristus dan menyatu dengan GerejaNya yaitu tubuhNya sendiri. Demikianlah karya Roh Kudus dan karya Kristus itu merupakan suatu kesatuan yang tak boleh dan tak dapat dipisahkan. Paskah itu terkait dengan Pentakosta. Karena Roh Kudus itu datang untuk menyalurkan tubuh Kristus. Karena itu Roh kudus dilambangkan sebagai air dan api sekaligus. Karena dalam kehidupan sifat air yang sejuk dan sifat api yang panas itu saling terkait, seperti halnya unsur air dan unsur panas itu, berada satu dalam kehidupan tubuh kita. Karena Roh Kudus itu adalah Roh Kehidupan dan Yang memberi hidup, maka Dia memiliki dua sifat itu sekaligus dalam DiriNya.
Mengenai hal itu Kristus mengatakan: ”Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum! Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan Kitab Suci: dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidu! Yang dimaksudkan adalah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya….” (Yoh 7:37-39).
Jadi Kristus adalah sumber Roh Kudus, karena Dia adalah sang Pemberi minuman Air Hidup yaitu Roh Kudus, karena Roh Kudus yang “keluar dari Bapa ( Allah)” itu setelah pemuliaan Kristus, disampaikan kepada manusia melalui dan oleh Kristus sendiri. Disini Roh Kudus disebut sebagai “Air Hidup” yaitu air yang mengalir dan bukan air yang berhenti. Dia disebut air karena Dia itu Sang Pemberi hidup. Karena air itu sifatnya memberi hidup tanah yang kering dan mati, sebagaimana Roh Kudus itu juga menghidupkan roh dan jiwa kita yang mati dan terpisah dari hidup Illahi. Roh Kudus disebut air mengalir, artinya air yang tak henti-hentinya memberikan penyegaran kepada jiwa manusia yang haus dan dahaga. Artinya, kehidupan yang diberikan oleh Roh Allah itu tak akan pernah berhenti sampai kekekalan. Melalui apa yang dikatakanNya itulah orang banyak itu melalui melihat bahwa di dalam Diri Yesus itu telah hadir “nabi yang akan datang” (Yoh 7:40) seperti yang dijanjikan oleh Nabi Agung Musa (Ul 18:15-18), dan sekaligus “Mesias” (Yoh 7:41) yaitu raja Agung keturunan Baginda Daud yang akan melepaskan umatNya, meskipun ada sebagian yang meragukan hal itu. Karena sebagai Nabi Agung itulah Yesus Kristus memberikan kebenaran Illahi pada manusia serta sebagai Mesias itulah, Yesus Kristus memberikan kelepasan kepada manusia dari dosa.
Itulah sebabnya Dia mengatakan: ”Akulah Terang Dunia” (Yoh 8:12), karena oleh kebenaran Illahi yang bersinar dari diriNya itulah terang telah terbit kesegenap dunia. Namun lebih dalam dari semuanya itu, Terang tadi nampak dalam wujud “Kemuliaan Illahi” yaitu “Energi Illahi” yang disalurkan kepada manusia oleh Roh Kudus yang diutus oleh Sang Kristus. Itulah sebabnya ketika Roh Kudus itu dicurahkan yang nampak adalah “lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing” (Kis 2:3). Inilah “Api” kemuliaan Illahi, atau “Api Energi” Illahi, yang juga nampak kepada Nabi Musa didalam semak belukar , atau juga nampak di gunung Sinai pada waktu Bangsa Israel dibimbing oleh Nabi Musa itu. Api ini sifatnya membakar, yaitu membakar dosa-dosa manusia yang ada dalam batinnya, sehingga manusia mendapat pengampunan dosa-dosa dan pemulihan dari dosa oleh Sang Roh Kudus. Disinilah peranan Sang Kristus sebagai Mesias yang melepaskan manusia dari dosa itu secara eksistensial dialama manusia melalui karya sang Roh Kudus dan melalui api Illahi yang disalurkan oleh Roh Kudus itu pula manusia makin mengenal Allah sebagai Terang yang menerangi seluruh keberadaan hakikinya sebagai yang diciptakan “Menurut Gambar dan Rupa Allah” (Kej 1:26-27), sehingga manusia dapat manunggal dengan kemuliaan Illahi yaitu “Mengambil bagian dalam kodrat Illahi”. Demikianlah melalui terang Api Roh Allah yang kudus ini, manusia menyatu dengan hidup Illahi, yaitu Hidup kekal. Itulah sebabnya Roh Kudus yang menyatakan Diri dalam bentuk lidah-lidah seperti nyala api itu disebut sebagai “Air Hidup”, karena Dia sebagai api inilah, yang menyatukan kita dengan kehidupan kekal. Mulai Minggu Pentakosta ini, kita diperkenankan untuk sembahyang dengan sujud lagi. Karena pada hari Pentakosta ini kita mulai Sembahyang dengan berlutut sebanyak tiga kali, masing-masing dengan memohon doa agar hadirat Roh Allah makin diperkuat dalam diri kita. Kita memohon agar kuasa Roh Allah diperbaharui di dalam kita, dan dengan demikian kita mempunyai kekuatan untuk menjalani hidup kita ini dengan makin penuh kekudusan untuk mencapai tujuan akhir yaitu menyatu dalam kehidupan Illahi itu sendiri. Karena Air Roh Kudus itu menyiram hati kita yang penuh dengan gejolaknya panas hawa nafsu dan persoalan, serta api Roh kudus itu memberikan kita semangat yang menyala dan membakar agar kita boleh makin bersungguh-sungguh untuk hidup bagi Kristus dalam GerejaNya.
Kemuliaan bagi Sang Bapa, dan Sang Putera serta Sang Roh Kudus, sekarang dan selalu serta sepanjang segala abad, Amen.
Dalam alam fisik jasmani, tidak ada benda yang paling dibutuhkan manusia seperti halnya “Air” dan “Api” ini. Air digunakan untuk memberikan kehidupan bagi tanah yang kekeringan atau mahluk yang hidup, sedangkan Api digunakan untuk menerangi serta memasak makanan. Demikianlah dalam tubuhpun air diperlukan bagi tubuh namun sekaligus unsur api yaitu panas digunakan bagi metabolisme tubuh tadi.
Namun air dan api dalam alam jasmani mempunyai sifat yang saling bertentangan. Api dapat menghilangkan sifat kesejukan air, saat api itu berhasil memanaskan air tadi sampai mendidih, dan airpun dapat menghilangkan sifat daya bakar api, jika api tersebut disiram dengan air. Air dapat menghilangkan dahaga, sedangkan api menyebabkan dahaga. Api selalu melambung keatas, sedangkan air selalu mengalir kebawah. Namun dalam alam adi-kodrati, ternyata air dan api itu melambangkan serta menyimbolkan suatu realita yang sama, yaitu realita karya Sang Roh Kudus. Karena di dalam Allah itu tidak ada sesuatu yang bersifat dikhotomi, semua realita kebaikan itu terangkum hadi satu dalam rangkuman ke-EsaanNya serta ke Maha-KedaulatanNya.
Minggu ini adalah Minggu Pentakosta, Paskah telah kita tinggalkan. Kemenangan Kristus atas maut dan penampakan Hidup Kekal telah kita rayakan. Kita masuk dalam penggenapan Paskah itu, yaitu pencurahan Roh Allah yang kudus keatas segenap manusia, melalui diri para rasul sebagai cikal bakal Gereja. TurunNya Roh Allah ini memang terkait dengan kebangkitan Kristus, karena jika Kristus belum dimuliakan dalam kebangkitan dan pengangkatanNya ke Sorga, maka Roh Allah itu tak akan dicurahkan, sebagaimana ditandaskan oleh Js. Yohanes dalam Injilnya: ”…Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan” (Yoh 7:37). Roh Kudus itu dicurahkan setelah Yesus dimuliakan (Kis 2:32-33), dengan tujuan untuk mengaruniakan dan menyalurkan hidup kebangkitan yaitu Hidup kekal yang telah dimenangkan oleh Kristus melalui kebangkitanNya. Sehingga dalam Roh Kudus itu, kehidupan Kristus menjadi kehidupan manusia yang beriman kepada Kristus dan menyatu dengan GerejaNya yaitu tubuhNya sendiri. Demikianlah karya Roh Kudus dan karya Kristus itu merupakan suatu kesatuan yang tak boleh dan tak dapat dipisahkan. Paskah itu terkait dengan Pentakosta. Karena Roh Kudus itu datang untuk menyalurkan tubuh Kristus. Karena itu Roh kudus dilambangkan sebagai air dan api sekaligus. Karena dalam kehidupan sifat air yang sejuk dan sifat api yang panas itu saling terkait, seperti halnya unsur air dan unsur panas itu, berada satu dalam kehidupan tubuh kita. Karena Roh Kudus itu adalah Roh Kehidupan dan Yang memberi hidup, maka Dia memiliki dua sifat itu sekaligus dalam DiriNya.
Mengenai hal itu Kristus mengatakan: ”Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum! Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan Kitab Suci: dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidu! Yang dimaksudkan adalah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya….” (Yoh 7:37-39).
Jadi Kristus adalah sumber Roh Kudus, karena Dia adalah sang Pemberi minuman Air Hidup yaitu Roh Kudus, karena Roh Kudus yang “keluar dari Bapa ( Allah)” itu setelah pemuliaan Kristus, disampaikan kepada manusia melalui dan oleh Kristus sendiri. Disini Roh Kudus disebut sebagai “Air Hidup” yaitu air yang mengalir dan bukan air yang berhenti. Dia disebut air karena Dia itu Sang Pemberi hidup. Karena air itu sifatnya memberi hidup tanah yang kering dan mati, sebagaimana Roh Kudus itu juga menghidupkan roh dan jiwa kita yang mati dan terpisah dari hidup Illahi. Roh Kudus disebut air mengalir, artinya air yang tak henti-hentinya memberikan penyegaran kepada jiwa manusia yang haus dan dahaga. Artinya, kehidupan yang diberikan oleh Roh Allah itu tak akan pernah berhenti sampai kekekalan. Melalui apa yang dikatakanNya itulah orang banyak itu melalui melihat bahwa di dalam Diri Yesus itu telah hadir “nabi yang akan datang” (Yoh 7:40) seperti yang dijanjikan oleh Nabi Agung Musa (Ul 18:15-18), dan sekaligus “Mesias” (Yoh 7:41) yaitu raja Agung keturunan Baginda Daud yang akan melepaskan umatNya, meskipun ada sebagian yang meragukan hal itu. Karena sebagai Nabi Agung itulah Yesus Kristus memberikan kebenaran Illahi pada manusia serta sebagai Mesias itulah, Yesus Kristus memberikan kelepasan kepada manusia dari dosa.
Itulah sebabnya Dia mengatakan: ”Akulah Terang Dunia” (Yoh 8:12), karena oleh kebenaran Illahi yang bersinar dari diriNya itulah terang telah terbit kesegenap dunia. Namun lebih dalam dari semuanya itu, Terang tadi nampak dalam wujud “Kemuliaan Illahi” yaitu “Energi Illahi” yang disalurkan kepada manusia oleh Roh Kudus yang diutus oleh Sang Kristus. Itulah sebabnya ketika Roh Kudus itu dicurahkan yang nampak adalah “lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing” (Kis 2:3). Inilah “Api” kemuliaan Illahi, atau “Api Energi” Illahi, yang juga nampak kepada Nabi Musa didalam semak belukar , atau juga nampak di gunung Sinai pada waktu Bangsa Israel dibimbing oleh Nabi Musa itu. Api ini sifatnya membakar, yaitu membakar dosa-dosa manusia yang ada dalam batinnya, sehingga manusia mendapat pengampunan dosa-dosa dan pemulihan dari dosa oleh Sang Roh Kudus. Disinilah peranan Sang Kristus sebagai Mesias yang melepaskan manusia dari dosa itu secara eksistensial dialama manusia melalui karya sang Roh Kudus dan melalui api Illahi yang disalurkan oleh Roh Kudus itu pula manusia makin mengenal Allah sebagai Terang yang menerangi seluruh keberadaan hakikinya sebagai yang diciptakan “Menurut Gambar dan Rupa Allah” (Kej 1:26-27), sehingga manusia dapat manunggal dengan kemuliaan Illahi yaitu “Mengambil bagian dalam kodrat Illahi”. Demikianlah melalui terang Api Roh Allah yang kudus ini, manusia menyatu dengan hidup Illahi, yaitu Hidup kekal. Itulah sebabnya Roh Kudus yang menyatakan Diri dalam bentuk lidah-lidah seperti nyala api itu disebut sebagai “Air Hidup”, karena Dia sebagai api inilah, yang menyatukan kita dengan kehidupan kekal. Mulai Minggu Pentakosta ini, kita diperkenankan untuk sembahyang dengan sujud lagi. Karena pada hari Pentakosta ini kita mulai Sembahyang dengan berlutut sebanyak tiga kali, masing-masing dengan memohon doa agar hadirat Roh Allah makin diperkuat dalam diri kita. Kita memohon agar kuasa Roh Allah diperbaharui di dalam kita, dan dengan demikian kita mempunyai kekuatan untuk menjalani hidup kita ini dengan makin penuh kekudusan untuk mencapai tujuan akhir yaitu menyatu dalam kehidupan Illahi itu sendiri. Karena Air Roh Kudus itu menyiram hati kita yang penuh dengan gejolaknya panas hawa nafsu dan persoalan, serta api Roh kudus itu memberikan kita semangat yang menyala dan membakar agar kita boleh makin bersungguh-sungguh untuk hidup bagi Kristus dalam GerejaNya.
Kemuliaan bagi Sang Bapa, dan Sang Putera serta Sang Roh Kudus, sekarang dan selalu serta sepanjang segala abad, Amen.