Seri Matius 1: Silsilah Yesus Kristus
[by: Fr. Daniel Byantoro]
Date: 27 November 2011
Matius 1:1 Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
Shalom Alaikhem Be Shem Ha-Massiakh,
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Mulai dari Minggu ini pelajaran dan renungan kita adalah mendalami Injil Matius ayat per ayat, sehingga kita semua dapat mengerti makna firman Allah secara mendalam. Kita mulai dengan Matius 1:1 yang merupakan judul dari Injil Matius itu, yang begini bunyinya: Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
“Inilah silsilah” Dalam Perjanjian Lama kita jumpai banyak silsilah yang menjadi bagian dari isi Kitab Suci. Beberapa yang penting diantaranya adalah Kejadian 5:1-31, 10:1-32, 11:10-26, 11:27-32, 22; 20-24, 25:1-4, 12-18, 23-29, 36:1-43, 46: 8-27, Bilangan 3:14-9, 26: 1-51, Rut 4:18-22, Ezra 7:1-5, Nehemia 11-12, dan yang paling panjang adalah I Tawarikh 1-9. Dalam daftar silsilah itu sering terdapat perbedaan detail yang kontras, namun kelihatannya penulis sejarah Alkitab itu tidak berusaha untuk mengharmonisasi bahan-bahan yang didapatnya, dan dibiarkan apa adanya, untuk menunjukkan bahwa Alkitab memang tak pernah diubah-ubah namun memang demikian keadaannya dari dahulu. Tujuan dari sisilah ini dituliskan adalah sebagai berikut:
• Menurut keketapan-ketetapan Hukum Taurat, bumi Israel itu dibagi-bagi dan diberikan kepada suku-suku dan keluarga-keluarga tertentu dari bangsa Israel itu (Yosua 10-22). Agar mereka dapat mendapatkan kembali tanah milik keluarga atau suku mereka ini, pada hari Raya Yobel (Imamat 25) jika sampai terjual , maka mereka harus dapat membuktikan silsilah keturunan mereka yang resmi secara hukum.
• Sanak keluarga terdekat diantara bangsa Ibrani memiliki hak untuk disebut sebagai “goel”. Imamat 25:25, Rut 4:1-6 menunjukkan beberapa hak istimewa yang terkandung dalam hak “goel” semacam itu.
• Juga, para Imam dan orang-orang Lewi harus membuktikan silsilah keturunannya secara resmi agar dapat menggenapi fungsi mereka yang terhormat dan dapat menerima persembahan gaji dari umat bagi jabatan mereka masing-masing itu. Sesudah kembalinya dari Pembuangan di Babylon beberapa orang dari golongan Imam ini dikeluarkan dari kelompok para imam karena mereka tak dapat membuktikan silsilah nenek moyang mereka sebagai keturunan imam (Ezra 2:62, Nehemia 7:64).
• Akhirnya nubuat tentang Mesias yang akan dilahirkan dari suku Yehuda dan dari rumah Daud membuat silsilah dari keluarga ini sangat penting sekali ( I Tawarikh 2:1-55- 4:1-23, Rut 4:18-22).
Dengan dibukanya Injil Matius dengan judul “inilah silsilah” ini, maka itu membuktikan bahwa Injil bukanlah suatu ajaran baru yang terpisah dari Wahyu Allah kepada para Nabi yang tertuang dalam Kitab Suci sebelumnya: Perjanjian Lama. Namun Injil itu kelanjutan dan penggenapan dari apa yang telah diwahyukan Allah kepada para Nabi sebelumnya. Dengan sisilah ini pula maka Yesus Kristus terbukti memiliki hak sah sebagai Mesias yang dijanjikan Allah kepada Daud dan kepada Abraham. Silsilah ini memberikan kepastian kepada kita bahwa Yesus Kristus bukanlah orang yang mengaku-aku sebagaui Mesias, dan Yesus Kristus adalah memang secara resmi dan secara sah menurut silsilahNya merupakan Mesias yang dijanjikan Allah selama masa Wahyu Perjanjian Lama itu.
“Yesus Kristus”. Kata “Yesus” (Iesous, dalam bahasa Yunani) adalah pengalih-bunyian dari kata Ibrani “Yehoshua” atau “Yoshua” yang artinya “Yehuwah” (Yeho/Yo) “Menyelamatkan” (Shua). Bahasa Syria Barat melafalkan Iesous ini sebagai “Isho” dan bahasa Syria Timur melafalkannya sebagai “Isa”, seperti orang Jawa daerah Solo –Jogya sampai ke Jawa Timur melafalkan kata “apa” sebagai “opo” dan orang Jawa disekitar Banyumas-Tegal dan sekitarnya melafalkannya sebagai “apak”. Dan pelafalan Syria Timur dari Umat Nestorian inilah yang dilestarikan di dalam Agama Islam. Dengan demikian nama “Yesus” ini bukan hanya sekedar sebutan, namun ini menjelaskan siapa Yesus itu dan apa tujuan kedatanganNya ke dunia. Yesus adalah “Yehuwah/Yahweh” yaitu Penyataan Diri Yehuwah/Yahweh sebagai manusia. Karena Yesus adalah “Firman Allah” yang adalah “Allah” ( Yohanes 1:1), yang telah menjadi manusia (Yohanes 1:14). Jadi di dalam Yesus Kristus ini Yahweh menyatakan diri dan mendatangi manusia, dan tujuan kedatanganNya adalah bagi menyelamatkan manusia itu. Dengan demikian Yesus bukan hanya sekedar Nabi biasa saja, namun Dia adalah Tuhan Raja Penyelamat itu sendiri. Kata “Kristus” (“Khristos”, bahasa Yunani) adalah terjemahan dari kata Ibrani “Ha-Massiah” (“Orang Yang Diurapi”) yang dalam bahasa Syria diucapkan sebagai “De Mesiha” dan dalam lafal Arab berbunyi sebagai “Al-Masih”. Dalam Perjanjian Lama ada tiga jabatan penting yang memerlukan seseorang diurapi, yaitu: “Imam” dalam bahasa Ibrani “Kohen” (Imamat 8:30), “Raja” (I Samuel 16:13, I Raja-Raja 1:33-34, 39), dan “Nabi” (I Raja-Raja 19:16), sehingga setiap orang yang menerima salah satu dari jabatan ini disebut sebagai “Messiah”, tetapi bukan “Ha-Massiah” dengan kata sandang tertentu “Ha —“ dalam bahasa Ibrani, atau “Al—“ dalam bahasa Arab, dan “Sang—“ dalam bahasa Indonesia.
“Yesus Kristus” adalah Imam /Kohen ( Ibrani 8: 1-6, 9:11-14) Yesus Kristus sebagai Raja Penyelamat datang dengan mengorbankan TubuhNya sebagai korban dosa diatas Salib. Namun korbannya tidak lenyap jadi abu seperti korban bakaran Perjanjian Lama, karena pada hari ketiga Dia bangkit dari antara orang mati dengan TubuhNya yang sama itu. Dengan demikian TubuhNya yang telah dipersembahkan sebagai korban itu, karena bangkit hidup lagi dan hidup selama-lamanya sampai kini, menjadi korban yang kekal, sebagai korban Kristus yang tak perlu diulang-ulang lagi. Itulah sebabnya kita tak perlu mengorbankan hewan-hewan ternak lagi, karena Anak Domba Paskah itu telah dikorbankan ( I Korintus 5:7) diatas Salib sebagai korban yang kekal karena bangkit lagi dan hidup selama-lamanya. Bukan saja Kristus itu sebagai Korban, namun karena sesudah bangkit Kristus membawa Tubuh yang telah menjadi korban kekal itu naik ke sorga ke hadirat Allah dengan didudukkan Tubuh itu dalam kemuliaan di sebelah kanan Allah, maka juga disini Kristus berfungsi sebagai Imam Besar atau dalam bahasa Ibrani “Kohen Ha Gadol”. Karena hanya Imam Besar saja yang sekali setahun, pada Hari Raya Pendamaian membawa korban ternak ke dalam Ruangan Maha Kudus di Bait Allah (Imamat 16). Karena di sorga, di sebelah kanan Sang Bapa, Kristus telah dimuliakan dan hidup selama-lamanya, maka Ke-Imam-anNya di Ruangan Maha Kudus sorgawi itu adalah ke-Imam-an yang tak bisa diganti-ganti, yaitu ke-Imam-an kekal. Dengan demikian sebagai Imam Besar yang kekal, Kristus bukan saja sekedar “Massiah”, tetapi “Ha-Massiah”.
“Yesus Kristus “ adalah Nabi ( Matius 21:11) yaitu orang pilihan Allah untuk menyampaikan firman Allah yang diterimanya melalui penyataan atau Wahyu Allah. Namun Ia lebih dari Nabi biasa , karena Dia bukan orang yang menerima firman, sebaliknya Dia itu sendirilah Firman yang menjadi Orang, atau Firman yang menjadi daging (Yohanes 1:14). Dialah sumber ke-Nabi-an dari semua nabi yang lain. Karena Dia adalah Firman itu sendiri, maka yang diberitakan dalam tugas ke-Nabi-anNya adalah “DiriNya” sendiri. Dengan Firman itu telah menjadi manusia sepenuhnya di dalam Yesus Kristus. Maka Yesus Kristus adalah Nabi Allah yang paling sempurna dan paling unggul dan Wahyu Allah “pada zaman akhir ini” (Ibrani 1:1-2). Dengan kata lain Ialah Nabi terakhir, tidak ada Nabi yang kita harapkan sesudah kedatangan Yesus Kristus. Dia adalah, Nabinya para Nabi. Kepada Dialah secara sah “Meterai” Ke-Nabi-an yang terpuncak itu diberikan oleh Allah (Yohanes 6:27), jadi Yesus adalah “Meterai para nabi”/”Khataman Nabiyyin”. Maka Yesus Kristus bukan hanya Nabi tetapi Sang Nabi, berarti bukan saja Dia itu hanya sekedar “Massiah” namun “Ha-Massiah”.
“Yesus Kristus” adalah Raja (Lukas 1: 32-33, Matius 2: 1-2, Wahyu 19:16) yaitu Wakil Allah yang memerintah atas umatNya. Sesudah kebangkitanNya dari antara orang mati Yesus Kristus bersabda:’ "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” ( Matius 28:18). Jika kepada Kristus telah “diberikan”, maka Allah Sang Bapa itulah yang yang melakukannya. Ini bermakna Sang Bapa telah memberikanNya kepada Kristus. Yang diberikan adalah “ segala kuasa”, dengan demikian tidak ada kuasa yang tidak dimiliki oleh Kristus. Karena Kristus memiliki kuasa inilah maka Dia itu Sang Penguasa, yang dalam bahasa Yunaninya disebut “Kyrios” yang dalam Alkitab bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “Tuhan”. Allah yang, mengangkatg Yesus yang telah disalibkan ini sebagai “Tuhan” yaitu sebagai “Penguasa” (Kisah Rasul 2:36). Dan segala kuasa yang dimilikiNya itu jangkauannya adalah “di sorga dan di bumi”. Karena itu takhtaNya itu bukan di bumi namun di sebelah kanan Allah sendiri. Dengan demikian Kerajaan Kristus itui tidak bersifat Kerajaan Politik duniawi yang bersifat manusiawi, namun itu adalah Kekuasaan dalam Kerajaan Allah. Oleh karena itu Kristus itu memang bukan sembarang Raja, namun Dia adalah “Raja segala Raja” (Wahyu 19:16), yang KerajaanNya “tak aka nada akhirnya” ( Lukas 1:33). Karena Kristus adalah Raja dari segala raja, maka Dia bukan hanya sekedar “Massiah” tetapi “Ha-Massiah”. Demikianlah dari ketiga jabatan “ke-Massiah-an” yang penting itu masing-masingnya terbukti Kristus adalah Ha-Massiah, maka jelas Kristus adalah memang Ha-Massiah itu, tak ada lain sesudah atau di luar Dia. Dialah Al-Masih”, dan Dialah “Sang Kristus itu”.
Dengan kita beriman kepadaNya kita beriman kepada sesuatu yang memang resmi dan sah berasal dari Allah, dan sekaligus beriman dengan Pribadi terpuncak yang membawa segala yang terpuncak bagi kita. Oleh karena itu kita harus makin mendalami makna iman kita ini agar kita mengerti bahwa kita berdiri kokoh pada suatui landasan yang tak dapat digoyahkan, agar kita tidak mudah bergeming dalam iman kita ketika kita mengalami pencobaan dan tawaran-tawaran dunia untuk meinggalkan Kristus. Kita lanjutkan pelajaran kita minggu depan. Amin.
Next: Seri Matius 2: Penggenapan Perjanjian
Matius 1:1 Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
Shalom Alaikhem Be Shem Ha-Massiakh,
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Mulai dari Minggu ini pelajaran dan renungan kita adalah mendalami Injil Matius ayat per ayat, sehingga kita semua dapat mengerti makna firman Allah secara mendalam. Kita mulai dengan Matius 1:1 yang merupakan judul dari Injil Matius itu, yang begini bunyinya: Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
“Inilah silsilah” Dalam Perjanjian Lama kita jumpai banyak silsilah yang menjadi bagian dari isi Kitab Suci. Beberapa yang penting diantaranya adalah Kejadian 5:1-31, 10:1-32, 11:10-26, 11:27-32, 22; 20-24, 25:1-4, 12-18, 23-29, 36:1-43, 46: 8-27, Bilangan 3:14-9, 26: 1-51, Rut 4:18-22, Ezra 7:1-5, Nehemia 11-12, dan yang paling panjang adalah I Tawarikh 1-9. Dalam daftar silsilah itu sering terdapat perbedaan detail yang kontras, namun kelihatannya penulis sejarah Alkitab itu tidak berusaha untuk mengharmonisasi bahan-bahan yang didapatnya, dan dibiarkan apa adanya, untuk menunjukkan bahwa Alkitab memang tak pernah diubah-ubah namun memang demikian keadaannya dari dahulu. Tujuan dari sisilah ini dituliskan adalah sebagai berikut:
• Menurut keketapan-ketetapan Hukum Taurat, bumi Israel itu dibagi-bagi dan diberikan kepada suku-suku dan keluarga-keluarga tertentu dari bangsa Israel itu (Yosua 10-22). Agar mereka dapat mendapatkan kembali tanah milik keluarga atau suku mereka ini, pada hari Raya Yobel (Imamat 25) jika sampai terjual , maka mereka harus dapat membuktikan silsilah keturunan mereka yang resmi secara hukum.
• Sanak keluarga terdekat diantara bangsa Ibrani memiliki hak untuk disebut sebagai “goel”. Imamat 25:25, Rut 4:1-6 menunjukkan beberapa hak istimewa yang terkandung dalam hak “goel” semacam itu.
• Juga, para Imam dan orang-orang Lewi harus membuktikan silsilah keturunannya secara resmi agar dapat menggenapi fungsi mereka yang terhormat dan dapat menerima persembahan gaji dari umat bagi jabatan mereka masing-masing itu. Sesudah kembalinya dari Pembuangan di Babylon beberapa orang dari golongan Imam ini dikeluarkan dari kelompok para imam karena mereka tak dapat membuktikan silsilah nenek moyang mereka sebagai keturunan imam (Ezra 2:62, Nehemia 7:64).
• Akhirnya nubuat tentang Mesias yang akan dilahirkan dari suku Yehuda dan dari rumah Daud membuat silsilah dari keluarga ini sangat penting sekali ( I Tawarikh 2:1-55- 4:1-23, Rut 4:18-22).
Dengan dibukanya Injil Matius dengan judul “inilah silsilah” ini, maka itu membuktikan bahwa Injil bukanlah suatu ajaran baru yang terpisah dari Wahyu Allah kepada para Nabi yang tertuang dalam Kitab Suci sebelumnya: Perjanjian Lama. Namun Injil itu kelanjutan dan penggenapan dari apa yang telah diwahyukan Allah kepada para Nabi sebelumnya. Dengan sisilah ini pula maka Yesus Kristus terbukti memiliki hak sah sebagai Mesias yang dijanjikan Allah kepada Daud dan kepada Abraham. Silsilah ini memberikan kepastian kepada kita bahwa Yesus Kristus bukanlah orang yang mengaku-aku sebagaui Mesias, dan Yesus Kristus adalah memang secara resmi dan secara sah menurut silsilahNya merupakan Mesias yang dijanjikan Allah selama masa Wahyu Perjanjian Lama itu.
“Yesus Kristus”. Kata “Yesus” (Iesous, dalam bahasa Yunani) adalah pengalih-bunyian dari kata Ibrani “Yehoshua” atau “Yoshua” yang artinya “Yehuwah” (Yeho/Yo) “Menyelamatkan” (Shua). Bahasa Syria Barat melafalkan Iesous ini sebagai “Isho” dan bahasa Syria Timur melafalkannya sebagai “Isa”, seperti orang Jawa daerah Solo –Jogya sampai ke Jawa Timur melafalkan kata “apa” sebagai “opo” dan orang Jawa disekitar Banyumas-Tegal dan sekitarnya melafalkannya sebagai “apak”. Dan pelafalan Syria Timur dari Umat Nestorian inilah yang dilestarikan di dalam Agama Islam. Dengan demikian nama “Yesus” ini bukan hanya sekedar sebutan, namun ini menjelaskan siapa Yesus itu dan apa tujuan kedatanganNya ke dunia. Yesus adalah “Yehuwah/Yahweh” yaitu Penyataan Diri Yehuwah/Yahweh sebagai manusia. Karena Yesus adalah “Firman Allah” yang adalah “Allah” ( Yohanes 1:1), yang telah menjadi manusia (Yohanes 1:14). Jadi di dalam Yesus Kristus ini Yahweh menyatakan diri dan mendatangi manusia, dan tujuan kedatanganNya adalah bagi menyelamatkan manusia itu. Dengan demikian Yesus bukan hanya sekedar Nabi biasa saja, namun Dia adalah Tuhan Raja Penyelamat itu sendiri. Kata “Kristus” (“Khristos”, bahasa Yunani) adalah terjemahan dari kata Ibrani “Ha-Massiah” (“Orang Yang Diurapi”) yang dalam bahasa Syria diucapkan sebagai “De Mesiha” dan dalam lafal Arab berbunyi sebagai “Al-Masih”. Dalam Perjanjian Lama ada tiga jabatan penting yang memerlukan seseorang diurapi, yaitu: “Imam” dalam bahasa Ibrani “Kohen” (Imamat 8:30), “Raja” (I Samuel 16:13, I Raja-Raja 1:33-34, 39), dan “Nabi” (I Raja-Raja 19:16), sehingga setiap orang yang menerima salah satu dari jabatan ini disebut sebagai “Messiah”, tetapi bukan “Ha-Massiah” dengan kata sandang tertentu “Ha —“ dalam bahasa Ibrani, atau “Al—“ dalam bahasa Arab, dan “Sang—“ dalam bahasa Indonesia.
“Yesus Kristus” adalah Imam /Kohen ( Ibrani 8: 1-6, 9:11-14) Yesus Kristus sebagai Raja Penyelamat datang dengan mengorbankan TubuhNya sebagai korban dosa diatas Salib. Namun korbannya tidak lenyap jadi abu seperti korban bakaran Perjanjian Lama, karena pada hari ketiga Dia bangkit dari antara orang mati dengan TubuhNya yang sama itu. Dengan demikian TubuhNya yang telah dipersembahkan sebagai korban itu, karena bangkit hidup lagi dan hidup selama-lamanya sampai kini, menjadi korban yang kekal, sebagai korban Kristus yang tak perlu diulang-ulang lagi. Itulah sebabnya kita tak perlu mengorbankan hewan-hewan ternak lagi, karena Anak Domba Paskah itu telah dikorbankan ( I Korintus 5:7) diatas Salib sebagai korban yang kekal karena bangkit lagi dan hidup selama-lamanya. Bukan saja Kristus itu sebagai Korban, namun karena sesudah bangkit Kristus membawa Tubuh yang telah menjadi korban kekal itu naik ke sorga ke hadirat Allah dengan didudukkan Tubuh itu dalam kemuliaan di sebelah kanan Allah, maka juga disini Kristus berfungsi sebagai Imam Besar atau dalam bahasa Ibrani “Kohen Ha Gadol”. Karena hanya Imam Besar saja yang sekali setahun, pada Hari Raya Pendamaian membawa korban ternak ke dalam Ruangan Maha Kudus di Bait Allah (Imamat 16). Karena di sorga, di sebelah kanan Sang Bapa, Kristus telah dimuliakan dan hidup selama-lamanya, maka Ke-Imam-anNya di Ruangan Maha Kudus sorgawi itu adalah ke-Imam-an yang tak bisa diganti-ganti, yaitu ke-Imam-an kekal. Dengan demikian sebagai Imam Besar yang kekal, Kristus bukan saja sekedar “Massiah”, tetapi “Ha-Massiah”.
“Yesus Kristus “ adalah Nabi ( Matius 21:11) yaitu orang pilihan Allah untuk menyampaikan firman Allah yang diterimanya melalui penyataan atau Wahyu Allah. Namun Ia lebih dari Nabi biasa , karena Dia bukan orang yang menerima firman, sebaliknya Dia itu sendirilah Firman yang menjadi Orang, atau Firman yang menjadi daging (Yohanes 1:14). Dialah sumber ke-Nabi-an dari semua nabi yang lain. Karena Dia adalah Firman itu sendiri, maka yang diberitakan dalam tugas ke-Nabi-anNya adalah “DiriNya” sendiri. Dengan Firman itu telah menjadi manusia sepenuhnya di dalam Yesus Kristus. Maka Yesus Kristus adalah Nabi Allah yang paling sempurna dan paling unggul dan Wahyu Allah “pada zaman akhir ini” (Ibrani 1:1-2). Dengan kata lain Ialah Nabi terakhir, tidak ada Nabi yang kita harapkan sesudah kedatangan Yesus Kristus. Dia adalah, Nabinya para Nabi. Kepada Dialah secara sah “Meterai” Ke-Nabi-an yang terpuncak itu diberikan oleh Allah (Yohanes 6:27), jadi Yesus adalah “Meterai para nabi”/”Khataman Nabiyyin”. Maka Yesus Kristus bukan hanya Nabi tetapi Sang Nabi, berarti bukan saja Dia itu hanya sekedar “Massiah” namun “Ha-Massiah”.
“Yesus Kristus” adalah Raja (Lukas 1: 32-33, Matius 2: 1-2, Wahyu 19:16) yaitu Wakil Allah yang memerintah atas umatNya. Sesudah kebangkitanNya dari antara orang mati Yesus Kristus bersabda:’ "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” ( Matius 28:18). Jika kepada Kristus telah “diberikan”, maka Allah Sang Bapa itulah yang yang melakukannya. Ini bermakna Sang Bapa telah memberikanNya kepada Kristus. Yang diberikan adalah “ segala kuasa”, dengan demikian tidak ada kuasa yang tidak dimiliki oleh Kristus. Karena Kristus memiliki kuasa inilah maka Dia itu Sang Penguasa, yang dalam bahasa Yunaninya disebut “Kyrios” yang dalam Alkitab bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “Tuhan”. Allah yang, mengangkatg Yesus yang telah disalibkan ini sebagai “Tuhan” yaitu sebagai “Penguasa” (Kisah Rasul 2:36). Dan segala kuasa yang dimilikiNya itu jangkauannya adalah “di sorga dan di bumi”. Karena itu takhtaNya itu bukan di bumi namun di sebelah kanan Allah sendiri. Dengan demikian Kerajaan Kristus itui tidak bersifat Kerajaan Politik duniawi yang bersifat manusiawi, namun itu adalah Kekuasaan dalam Kerajaan Allah. Oleh karena itu Kristus itu memang bukan sembarang Raja, namun Dia adalah “Raja segala Raja” (Wahyu 19:16), yang KerajaanNya “tak aka nada akhirnya” ( Lukas 1:33). Karena Kristus adalah Raja dari segala raja, maka Dia bukan hanya sekedar “Massiah” tetapi “Ha-Massiah”. Demikianlah dari ketiga jabatan “ke-Massiah-an” yang penting itu masing-masingnya terbukti Kristus adalah Ha-Massiah, maka jelas Kristus adalah memang Ha-Massiah itu, tak ada lain sesudah atau di luar Dia. Dialah Al-Masih”, dan Dialah “Sang Kristus itu”.
Dengan kita beriman kepadaNya kita beriman kepada sesuatu yang memang resmi dan sah berasal dari Allah, dan sekaligus beriman dengan Pribadi terpuncak yang membawa segala yang terpuncak bagi kita. Oleh karena itu kita harus makin mendalami makna iman kita ini agar kita mengerti bahwa kita berdiri kokoh pada suatui landasan yang tak dapat digoyahkan, agar kita tidak mudah bergeming dalam iman kita ketika kita mengalami pencobaan dan tawaran-tawaran dunia untuk meinggalkan Kristus. Kita lanjutkan pelajaran kita minggu depan. Amin.
Next: Seri Matius 2: Penggenapan Perjanjian