Seorang Wanita Berada di Sumur
[by: Fr.Yohanes Bambang]
Date: 02 Mei 2010
Waktu menginjak siang hari, udara begitu panas karena terik matahari yang menyengat, tubuh, sehingga hal tersebut menjadikan Yesus merasa letih dan penat sekali. Kemudian Ia duduk: Persis sebagaimana Dia itu duduk Js. Yohanes Krisostomos mengatakan : bahwa Ia duduk bukan diatas tahta, tidak pula diatas bantal yang mewah, namun hanya hanya diatas tanah ”disamping sumur Yakub”. Pada saat Ia beristirahat : “..datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya : Berilah Aku minum” (Yoh 4:7).
Perlu diketahui disini bahwa Yesus telah ada di sumur itu sebelum wanita itu datang. Allah selalu ada disana pertama kali menunggu kedatangan kita. Tuhan kita, Yesus Kristus telah mendapatkan Zakheus dan bukan Zakheus yang mendapatkan Tuhan. Dia mendapatkan Paulus pada perjalanannya menuju ke Damsyik ketika Paulus bahkan tidak ada niatan dalam batinnya untuk mencari Dia. Karena Paulus sangat membenci Dia karena Dialah banyak orang Yahudi menjadi pengikutNya dan dalam pandangannya apa yang diajarkan Yesus itu adalah sesat dan menyesatkan, karena itu pengikutNya perlu diburu dan dihabisi. Namun Allah mempunyai maksud lain dalam hidup Sang Paulus ini.
Js. Yohanes dalam Injilnya menjelaskan bahwa wanita Samaria ini datang ke sumur Yakub itu seorang diri, Mengapa ia datang seorang diri ke sumur Yakub? Dia datang seorang diri karena para wanita lain tidak mau datang bersama-sama dengan dia ke sumur itu, hal itu dikarenakan para wanita lain itu memandang rendah atas dirinya, sebab moral yang dia miliki, karena itu para wanita lain tidak mau berhubungan dengan dia.
Saat dia mengisi buyungnya, wanita ini telah mengenal Yesus sebagai orang Yahudi, dan sebagaimana kita ketahui bahwa orang – orang Samaria itu tidaklah ada hubungan yang baik dengan orang Yahudi, karena itu pada saat wanita Samaria itu melihat Yesus, dia berusaha untuk menghindari Dia, namun hal yang menjadikan wanita Samaria ini heran setengah mati adalah, bahwa Yesus menyapa dia dengan ramah dengan suatu permintaan : “Berilah Aku minum” (Yoh 4:7). Tidak mudah bagi seseorang untuk dimintai pertolongan bagi orang yang baru saja dilihat, apalagi orang yang minta tolong itu adalah orang Yahudi. Dengan meminta kebaikan seseorang, maka kita harus bersikap baik, ramah dan menempatkan diri kita sendiri ini asor pada orang yang kita mohon belas kasihannya itu. Kita berada ditempat yang lebih rendah dan dalam posisi bawahan. Sikap dan tindakan inilah yang Yesus bangun untuk menjalin hubungan yang baik dengan wanita Samaria ini.
Yesus sungguh memerlukan air untuk menghilangkan dahaga/haus secara jasmani, sementara wanita samaria ini memerlukan “air hidup” untuk kehausan rohaninya. Kehausan jasmani akan terjadi lagi, kehausan rohani akan dipuaskan oleh air hidup. Air jasmani ini datang dari sebuah sumur yang dalam, sementara air hidup ini datang dari Kristus yang hidup. Yang satu adalah untuk kehidupan yang bersifat esensial, sementara yang lain membutuhkan hidup yang berkelimpahan. Dan untuk dapat memenuhi hal itu, Dia dapat memberikan semuanya itu. Seorang Yahudi tidak meminta wanita Samaria minum, namun coba bayangkan jika tiba-tiba seorang wanita ini berdiri dan berusaha untuk menghindar, bukankah ini yang kita sebut sebagai “ isu rasial”. Namun Yesus tidak menghendaki adanya satu kelompok merendahkan kelompok lain, karena tidak ada alasan bagi mereka untuk saling merendahkan, sebab mereka itu menjadi orang Yahudi atau orang Samaria itu karena kelahiran atau warna kulit. Dengan sikap dan tindakan yang sederhana saat berbicara dengan wanita samaria ini, Yesus telah menghapus batas-batas sosial, politik dan ras pada zamanNya. Sebagai seorang lelaki Dia telah berbicara pada seorang wanita. Sebagai orang guru Dia telah bercakap-cakap pada seorang wanita yang tak bermoral. Sebagai seorang Yahudi Dia telah berbincang dengan seorang Samaria. Dengan demikian Ia telah secara total mengabaikan perbedaan ini. Ia berjalan lurus pada pokok sentral – apa yang Dia harus berikan untuk setiap pribadi dari setiap ras itu.
Karena itu tidaklah heran jika Yesus menandaskan: ”Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu : Berilah Aku minum? Niscaya engkau telah meminta kepadaNya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup. ”(Yoh 4:10).
Lihat disini dipaparkan tentang “karunia Allah”, makna yang dimaksud dengan karunia Allah bagi manusia disini, adalah menunjuk pada diri Sang Sabda menjelma – Yesus Kristus itu sendiri. Karunia ini adalah hidup yang kekal dimana mereka boleh ketahui, satu-satunya Allah yang benar, yaitu Yesus Kristus yang Engkau telah utus. Yesus berkata pada DiriNya sendiri sebagai karunia Allah dan air hidup. Namun wanita itu hanya melihat Yesus sebagai seorang petualang yang letih capek, dan bukan sebagai pribadi yang datang untuk memberikan tempat istirahat bagi jiwa atau suksma yang letih. Wanita Samaria ini hanya melihat Yesus sebagai pejalan yang haus, dan tidak melihat Yesus sebagai Pribadi yang datang untuk menghilangkan dahaga dunia.
Hal ini jelas dapat dilihat dari kata-kata yang diungkapkan oleh Wanita samaria ini: ”Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini sangat dalam, dari manakah Engkau memperoleh air hidup?” (Yoh 4:11).
Memang benar bahwa sumur itu sangat dalam, dan kita perlu untuk mendapatkan air itu, dan ini adalah perjalanan yang memakan waktu yang lama bagi manusia untuk mencapai Allah. Tetapi Kristus adalah satu-satunya Pribadi yang dapat menjembatani pemisah dan dapat membawa air hidup untuk keahausan jiwa dan sukma kita. Kita tidak memiliki sesuatu namun seseorang dapat memberikannnya.
“Aku tidak tahu bagaimana rupa Sorga itu, kata orang Kristen. Namun Aku tahu bahwa Sorga itu adalah suatu tempat dimana bahasa kasih akan dibicarakan dan Aku sedang berusaha untuk belajar bahasa itu sekarang. Ini akan menjadi tempat dimana kejujuran dan kemurnian itu selalu ada disana, dan Aku sedang berusaha untuk memasukan hal-hal itu dalam hidup dan kehidupanku ini, sehingga Aku akan merasa ada dirumah” Ia telah sedang mengembangkan kuasa untuk menghormati tempat yang demikian ini bak layaknya Sorga yang diharapkan, sehingga ia akan mempunyai sesuatu dengannya saat ia tiba di tempat itu.
“Tuhan, Engkau tidak punya timba…” Yesus tidak membutuhkan sesuatu untuk diambil dari sumur itu, karena Yesus itu sendirilah “Sumur itu”. Dimana disana terdapat apa yang dikatakan dengan “Air Hidup itu”.
Selanjutnya Js. Yohanes dalam Injilnya mengutip kata – kata wanita Samaria itu demikian: ”Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub yang telah memberikan sumur ini kepada kami” (ayat 12). Yesus memang lebih besar daripada Yakub, namun Ia tidak mengatakan hal tersebut secara langsung, tetapi dari pernyataan yang Ia katakan, orang akan tahu bahwa Yesus itu memang lebih besar dari pada Yakub, hal ini jelas terlihat dari kata-kata Yesus yang menandaskan: ”barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus lagi untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yangb akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sapai kepada hidup yang kekal” (ayat 13-14).
Dari ayat-ayat ini, jelas Yesus menyatakan bahwa Dia dapat memberikan kepuasan yang bersifat permanen pada roh dan batin manusia yang membara itu. Air yang Ia berikan itu adalah sebagai sumber yang selalu mengalir dan tak pernah ada hentinya, tak pernah basi, dan sumbernya tak pernah kering. Dan kalau Dia hidup didalam kita itu tak akan menjadi milik kita, karena kita ini selalu segar memancarkan aliran-aliran air hidup, itu diberi olehNya.
Ini adalah kehausan jiwa untuk dekat dengan Allah, dimana hal tersebut seringsekali dibicarakan dalam Alkitab. Js. Yohanes dalam kitabnya mengatakan: ”Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan” (Why 21:6). Dalam Kitab Yeremia Allah mengatakan: ”Sebab dua kali umatKu berbuat jahat : mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor yang tidak dapat menahan air” (Yer 2:13). Tidak ada pengganti untuk air hidup. Kalau kita berusaha untuk memuaskan kehausan rohani kita dengan sesuatu yang kurang dari Allah, maka kita akan tetap tinggal dalam kahausan. Ia yang datang padaKu, tidak akan pernah lapar, dan ia yang percaya didalam Aku tidak akan pernah haus, kata Yesus.
Coba dengar dan lihat jawab wanita Samaria ini: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air” (ayat 15). Hal ini dapat jadi bahwa wanita Samaria ini telah merasa letih dan capek sekali akan hidupnya, capek hidup berselingkuh dengan para lelaki, capek dengan hidup perzinahan, capek dengan hidup yang tersisih dari pergaulan karena moral bejadnya, capek dengan hidup berpura-pura merasa terpuaskan, sementara dalam dirinya sendiri ia merasa hidup dalam kematian. Sehingga saat ia mendengar tentang kata “Air hidup” yang dapat memuaskan secara total ini, serentak wanita Samaria ini memohon dengan sangat pada Yesus “Berilah aku air ini”.
Namun sebelum wanita Samaria ini dapat menerima air hidup itu, ia harus menghadapi dirinya sendiri dengan penuh kejujuran, karena ia telah hidup dalam dosa dan tidak bersedia untuk mengakuinya. Karena itu Yesus bertanya padanya: “Pergilah, panggilah suamimu, dan datanglah kesini “ (ayat 16). Kekristenan yang benar dan sejati harus dimulai dengan rasa dosa dan pertobatan yang sungguh. Oleh karena itu Yesus berkehendak untuk membawa wanita ini keluar dari perbuatan yang memalukan dan penuh dosa itu. “Pergilah dan hadapi kebenaran hidup yang kamu hidupi selama ini, kemudian datang dan terimalah “Air hidup” Bagi kita mungkin Dia mungkin akan mengatakan: “Pergi panggillah orang itu, yang padanyalah engkau telah berbuat salah, pergi dan panggilah tetanggamu dimana engkau telah melakukan fitnah padanya”.
Wanita Samaria ini mungkin merasa tegang dan gemetar, serta merasa sakit tiba-tiba ketika Yesus menyuruh dia untuk panggil suaminya, dengan sikap bertahan ia menjawab: “Aku tidak punya suami, ia berkata” (ayat 17). Apa yang jadi jawaban wanita Samaria ini, adalah merupakan pengakuan yang jujur sejauh ini, namun itu tidaklah cukup, karena itu Yesus berkata padanya: ”tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar” (ayat 18). Dari apa yang terpapar disini jelas sekali bagi kita, bahwa lima orang lelaki yang hidup dengannya itu bukanlah sumainya, namun orang lain, karena bagi Yesus Pernikahan itu adalah sesuatu yang kudus dan bersifat Sakramental.
Disana selalu ada sesuatu bukan hanya dosa namun juga penyakit saraf tentang sek yang gelap. Ini adalah gejala akan kekosongan yang terdalam dalam jiwa seseorang. Orang-orang berusaha untuk menemukan didalamnya jawaban akan keputus-asaan mereka yang dalam, kekurangan pentingnya mereka, kekurang berhasilnya mereka, kekurang-dekatnya mereka dengan pasangannya, kekurang identitasnya mereka, kekurang keyakinannya mereka terhadap agama yang dipeluknya, dan kekurang penuhnya mereka sebagai umat manusia. Karena itu tidaklah heran jika wanita Samaria ini ingin mendapat kepenuhan yang demikian ini, namun saat Yesus membawanya, ia mulai merasa bahwa Dia sedang campur tangan dalam kehidupannya. Dengan demkian jelas, bahwa wanita ini telah melakukan apa yang beribu-ribu orang telah lakukan. Ketika agama menginginkan suatu perubahan dalam sikap dan tindakan mereka, wanita ini telah berubah. Dia telah mulai berbicara tentang perbedaan antara agama orang Yahudi dan orang Samaria sungguh dia tidak tertarik dalam perbedaan-perbedaan yang ada ini, namun meskipun demikian ia mengatakan: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut Kristus, apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” (ayat 25). “Akulah Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau” (ayat 26).
Yesus sedang mengatakan kepada segenap generasi untuk mendengar bahwa Dia adalah Sang Mesias. Misteri yang terbesar dari Iman itu dikumandangkan bukan pada para murid, namun pada orang asing. “Akulah Dia” Pribadi yang telah engkau harapan. Pribadi yang membawa Allah kepadamu. Pribadi yang membawa engkau pada Allah. Pribadi yang mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa. Pribadi yang memberi petunjuk pada hidupmu, Pribadi yang telah mengalahkan kematian dan dosa itu, “Akulah Dia”.
Dia datang untuk mendapatkan air, namun saat wanita ini menyadari bahwa ia telah mendapatkan sumur yang sejati, ia meninggalkan buyung air itu, persis sebagaimana para murid juga telah meninggalkan jala mereka. Dan sebagai ucapan syukur akan kebajikan yang ia telah terima, ia bertindak sebagai seorang Missionari dan memanggil teman-temannya yang lain dan mengatakan : “Mari, lihat ! Di sana ada seseorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat: Mungkinkah Dia Kristus itu?” (ayat 29).
Hatinya membakar dalam hidupnya. Wanita ini tidak dapat diam. Dia merasa dipaksa untuk mengajak orang lain untuk datang pada sang Mesias ini. Namun ia tidak mengatakan : “kamu harus percaya pada apa yang aku katakan”, namun apa yang dia katakan adalah “datanglah dan lihatlah sendiri” Mereka telah datang dan setelah melihat Tuhan, mereka berkata: ”Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia” (ayat 42).
Dengan paparan diatas, maka jelaslah bagi kita, bahwa minggu wanita Samaria ini mengajar kita untuk bersikap jujur dan terus terang terhadap apa yang kita lakukan dihadapan Allah, karena sikap terus terang dan jujur, maka Allah akan campur tangan dan membimbing hidup kita melalui RohNya untuk selalu hidup dijalanNya.
Kemuliaan, bagi Sang Bapa, Sang Putera dan Sang Roh Kudus, sekarang dan selalu serta sepanjang segala abad, Amin.
Waktu menginjak siang hari, udara begitu panas karena terik matahari yang menyengat, tubuh, sehingga hal tersebut menjadikan Yesus merasa letih dan penat sekali. Kemudian Ia duduk: Persis sebagaimana Dia itu duduk Js. Yohanes Krisostomos mengatakan : bahwa Ia duduk bukan diatas tahta, tidak pula diatas bantal yang mewah, namun hanya hanya diatas tanah ”disamping sumur Yakub”. Pada saat Ia beristirahat : “..datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya : Berilah Aku minum” (Yoh 4:7).
Perlu diketahui disini bahwa Yesus telah ada di sumur itu sebelum wanita itu datang. Allah selalu ada disana pertama kali menunggu kedatangan kita. Tuhan kita, Yesus Kristus telah mendapatkan Zakheus dan bukan Zakheus yang mendapatkan Tuhan. Dia mendapatkan Paulus pada perjalanannya menuju ke Damsyik ketika Paulus bahkan tidak ada niatan dalam batinnya untuk mencari Dia. Karena Paulus sangat membenci Dia karena Dialah banyak orang Yahudi menjadi pengikutNya dan dalam pandangannya apa yang diajarkan Yesus itu adalah sesat dan menyesatkan, karena itu pengikutNya perlu diburu dan dihabisi. Namun Allah mempunyai maksud lain dalam hidup Sang Paulus ini.
Js. Yohanes dalam Injilnya menjelaskan bahwa wanita Samaria ini datang ke sumur Yakub itu seorang diri, Mengapa ia datang seorang diri ke sumur Yakub? Dia datang seorang diri karena para wanita lain tidak mau datang bersama-sama dengan dia ke sumur itu, hal itu dikarenakan para wanita lain itu memandang rendah atas dirinya, sebab moral yang dia miliki, karena itu para wanita lain tidak mau berhubungan dengan dia.
Saat dia mengisi buyungnya, wanita ini telah mengenal Yesus sebagai orang Yahudi, dan sebagaimana kita ketahui bahwa orang – orang Samaria itu tidaklah ada hubungan yang baik dengan orang Yahudi, karena itu pada saat wanita Samaria itu melihat Yesus, dia berusaha untuk menghindari Dia, namun hal yang menjadikan wanita Samaria ini heran setengah mati adalah, bahwa Yesus menyapa dia dengan ramah dengan suatu permintaan : “Berilah Aku minum” (Yoh 4:7). Tidak mudah bagi seseorang untuk dimintai pertolongan bagi orang yang baru saja dilihat, apalagi orang yang minta tolong itu adalah orang Yahudi. Dengan meminta kebaikan seseorang, maka kita harus bersikap baik, ramah dan menempatkan diri kita sendiri ini asor pada orang yang kita mohon belas kasihannya itu. Kita berada ditempat yang lebih rendah dan dalam posisi bawahan. Sikap dan tindakan inilah yang Yesus bangun untuk menjalin hubungan yang baik dengan wanita Samaria ini.
Yesus sungguh memerlukan air untuk menghilangkan dahaga/haus secara jasmani, sementara wanita samaria ini memerlukan “air hidup” untuk kehausan rohaninya. Kehausan jasmani akan terjadi lagi, kehausan rohani akan dipuaskan oleh air hidup. Air jasmani ini datang dari sebuah sumur yang dalam, sementara air hidup ini datang dari Kristus yang hidup. Yang satu adalah untuk kehidupan yang bersifat esensial, sementara yang lain membutuhkan hidup yang berkelimpahan. Dan untuk dapat memenuhi hal itu, Dia dapat memberikan semuanya itu. Seorang Yahudi tidak meminta wanita Samaria minum, namun coba bayangkan jika tiba-tiba seorang wanita ini berdiri dan berusaha untuk menghindar, bukankah ini yang kita sebut sebagai “ isu rasial”. Namun Yesus tidak menghendaki adanya satu kelompok merendahkan kelompok lain, karena tidak ada alasan bagi mereka untuk saling merendahkan, sebab mereka itu menjadi orang Yahudi atau orang Samaria itu karena kelahiran atau warna kulit. Dengan sikap dan tindakan yang sederhana saat berbicara dengan wanita samaria ini, Yesus telah menghapus batas-batas sosial, politik dan ras pada zamanNya. Sebagai seorang lelaki Dia telah berbicara pada seorang wanita. Sebagai orang guru Dia telah bercakap-cakap pada seorang wanita yang tak bermoral. Sebagai seorang Yahudi Dia telah berbincang dengan seorang Samaria. Dengan demikian Ia telah secara total mengabaikan perbedaan ini. Ia berjalan lurus pada pokok sentral – apa yang Dia harus berikan untuk setiap pribadi dari setiap ras itu.
Karena itu tidaklah heran jika Yesus menandaskan: ”Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu : Berilah Aku minum? Niscaya engkau telah meminta kepadaNya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup. ”(Yoh 4:10).
Lihat disini dipaparkan tentang “karunia Allah”, makna yang dimaksud dengan karunia Allah bagi manusia disini, adalah menunjuk pada diri Sang Sabda menjelma – Yesus Kristus itu sendiri. Karunia ini adalah hidup yang kekal dimana mereka boleh ketahui, satu-satunya Allah yang benar, yaitu Yesus Kristus yang Engkau telah utus. Yesus berkata pada DiriNya sendiri sebagai karunia Allah dan air hidup. Namun wanita itu hanya melihat Yesus sebagai seorang petualang yang letih capek, dan bukan sebagai pribadi yang datang untuk memberikan tempat istirahat bagi jiwa atau suksma yang letih. Wanita Samaria ini hanya melihat Yesus sebagai pejalan yang haus, dan tidak melihat Yesus sebagai Pribadi yang datang untuk menghilangkan dahaga dunia.
Hal ini jelas dapat dilihat dari kata-kata yang diungkapkan oleh Wanita samaria ini: ”Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini sangat dalam, dari manakah Engkau memperoleh air hidup?” (Yoh 4:11).
Memang benar bahwa sumur itu sangat dalam, dan kita perlu untuk mendapatkan air itu, dan ini adalah perjalanan yang memakan waktu yang lama bagi manusia untuk mencapai Allah. Tetapi Kristus adalah satu-satunya Pribadi yang dapat menjembatani pemisah dan dapat membawa air hidup untuk keahausan jiwa dan sukma kita. Kita tidak memiliki sesuatu namun seseorang dapat memberikannnya.
“Aku tidak tahu bagaimana rupa Sorga itu, kata orang Kristen. Namun Aku tahu bahwa Sorga itu adalah suatu tempat dimana bahasa kasih akan dibicarakan dan Aku sedang berusaha untuk belajar bahasa itu sekarang. Ini akan menjadi tempat dimana kejujuran dan kemurnian itu selalu ada disana, dan Aku sedang berusaha untuk memasukan hal-hal itu dalam hidup dan kehidupanku ini, sehingga Aku akan merasa ada dirumah” Ia telah sedang mengembangkan kuasa untuk menghormati tempat yang demikian ini bak layaknya Sorga yang diharapkan, sehingga ia akan mempunyai sesuatu dengannya saat ia tiba di tempat itu.
“Tuhan, Engkau tidak punya timba…” Yesus tidak membutuhkan sesuatu untuk diambil dari sumur itu, karena Yesus itu sendirilah “Sumur itu”. Dimana disana terdapat apa yang dikatakan dengan “Air Hidup itu”.
Selanjutnya Js. Yohanes dalam Injilnya mengutip kata – kata wanita Samaria itu demikian: ”Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub yang telah memberikan sumur ini kepada kami” (ayat 12). Yesus memang lebih besar daripada Yakub, namun Ia tidak mengatakan hal tersebut secara langsung, tetapi dari pernyataan yang Ia katakan, orang akan tahu bahwa Yesus itu memang lebih besar dari pada Yakub, hal ini jelas terlihat dari kata-kata Yesus yang menandaskan: ”barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus lagi untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yangb akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sapai kepada hidup yang kekal” (ayat 13-14).
Dari ayat-ayat ini, jelas Yesus menyatakan bahwa Dia dapat memberikan kepuasan yang bersifat permanen pada roh dan batin manusia yang membara itu. Air yang Ia berikan itu adalah sebagai sumber yang selalu mengalir dan tak pernah ada hentinya, tak pernah basi, dan sumbernya tak pernah kering. Dan kalau Dia hidup didalam kita itu tak akan menjadi milik kita, karena kita ini selalu segar memancarkan aliran-aliran air hidup, itu diberi olehNya.
Ini adalah kehausan jiwa untuk dekat dengan Allah, dimana hal tersebut seringsekali dibicarakan dalam Alkitab. Js. Yohanes dalam kitabnya mengatakan: ”Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan” (Why 21:6). Dalam Kitab Yeremia Allah mengatakan: ”Sebab dua kali umatKu berbuat jahat : mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor yang tidak dapat menahan air” (Yer 2:13). Tidak ada pengganti untuk air hidup. Kalau kita berusaha untuk memuaskan kehausan rohani kita dengan sesuatu yang kurang dari Allah, maka kita akan tetap tinggal dalam kahausan. Ia yang datang padaKu, tidak akan pernah lapar, dan ia yang percaya didalam Aku tidak akan pernah haus, kata Yesus.
Coba dengar dan lihat jawab wanita Samaria ini: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air” (ayat 15). Hal ini dapat jadi bahwa wanita Samaria ini telah merasa letih dan capek sekali akan hidupnya, capek hidup berselingkuh dengan para lelaki, capek dengan hidup perzinahan, capek dengan hidup yang tersisih dari pergaulan karena moral bejadnya, capek dengan hidup berpura-pura merasa terpuaskan, sementara dalam dirinya sendiri ia merasa hidup dalam kematian. Sehingga saat ia mendengar tentang kata “Air hidup” yang dapat memuaskan secara total ini, serentak wanita Samaria ini memohon dengan sangat pada Yesus “Berilah aku air ini”.
Namun sebelum wanita Samaria ini dapat menerima air hidup itu, ia harus menghadapi dirinya sendiri dengan penuh kejujuran, karena ia telah hidup dalam dosa dan tidak bersedia untuk mengakuinya. Karena itu Yesus bertanya padanya: “Pergilah, panggilah suamimu, dan datanglah kesini “ (ayat 16). Kekristenan yang benar dan sejati harus dimulai dengan rasa dosa dan pertobatan yang sungguh. Oleh karena itu Yesus berkehendak untuk membawa wanita ini keluar dari perbuatan yang memalukan dan penuh dosa itu. “Pergilah dan hadapi kebenaran hidup yang kamu hidupi selama ini, kemudian datang dan terimalah “Air hidup” Bagi kita mungkin Dia mungkin akan mengatakan: “Pergi panggillah orang itu, yang padanyalah engkau telah berbuat salah, pergi dan panggilah tetanggamu dimana engkau telah melakukan fitnah padanya”.
Wanita Samaria ini mungkin merasa tegang dan gemetar, serta merasa sakit tiba-tiba ketika Yesus menyuruh dia untuk panggil suaminya, dengan sikap bertahan ia menjawab: “Aku tidak punya suami, ia berkata” (ayat 17). Apa yang jadi jawaban wanita Samaria ini, adalah merupakan pengakuan yang jujur sejauh ini, namun itu tidaklah cukup, karena itu Yesus berkata padanya: ”tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar” (ayat 18). Dari apa yang terpapar disini jelas sekali bagi kita, bahwa lima orang lelaki yang hidup dengannya itu bukanlah sumainya, namun orang lain, karena bagi Yesus Pernikahan itu adalah sesuatu yang kudus dan bersifat Sakramental.
Disana selalu ada sesuatu bukan hanya dosa namun juga penyakit saraf tentang sek yang gelap. Ini adalah gejala akan kekosongan yang terdalam dalam jiwa seseorang. Orang-orang berusaha untuk menemukan didalamnya jawaban akan keputus-asaan mereka yang dalam, kekurangan pentingnya mereka, kekurang berhasilnya mereka, kekurang-dekatnya mereka dengan pasangannya, kekurang identitasnya mereka, kekurang keyakinannya mereka terhadap agama yang dipeluknya, dan kekurang penuhnya mereka sebagai umat manusia. Karena itu tidaklah heran jika wanita Samaria ini ingin mendapat kepenuhan yang demikian ini, namun saat Yesus membawanya, ia mulai merasa bahwa Dia sedang campur tangan dalam kehidupannya. Dengan demkian jelas, bahwa wanita ini telah melakukan apa yang beribu-ribu orang telah lakukan. Ketika agama menginginkan suatu perubahan dalam sikap dan tindakan mereka, wanita ini telah berubah. Dia telah mulai berbicara tentang perbedaan antara agama orang Yahudi dan orang Samaria sungguh dia tidak tertarik dalam perbedaan-perbedaan yang ada ini, namun meskipun demikian ia mengatakan: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut Kristus, apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” (ayat 25). “Akulah Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau” (ayat 26).
Yesus sedang mengatakan kepada segenap generasi untuk mendengar bahwa Dia adalah Sang Mesias. Misteri yang terbesar dari Iman itu dikumandangkan bukan pada para murid, namun pada orang asing. “Akulah Dia” Pribadi yang telah engkau harapan. Pribadi yang membawa Allah kepadamu. Pribadi yang membawa engkau pada Allah. Pribadi yang mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa. Pribadi yang memberi petunjuk pada hidupmu, Pribadi yang telah mengalahkan kematian dan dosa itu, “Akulah Dia”.
Dia datang untuk mendapatkan air, namun saat wanita ini menyadari bahwa ia telah mendapatkan sumur yang sejati, ia meninggalkan buyung air itu, persis sebagaimana para murid juga telah meninggalkan jala mereka. Dan sebagai ucapan syukur akan kebajikan yang ia telah terima, ia bertindak sebagai seorang Missionari dan memanggil teman-temannya yang lain dan mengatakan : “Mari, lihat ! Di sana ada seseorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat: Mungkinkah Dia Kristus itu?” (ayat 29).
Hatinya membakar dalam hidupnya. Wanita ini tidak dapat diam. Dia merasa dipaksa untuk mengajak orang lain untuk datang pada sang Mesias ini. Namun ia tidak mengatakan : “kamu harus percaya pada apa yang aku katakan”, namun apa yang dia katakan adalah “datanglah dan lihatlah sendiri” Mereka telah datang dan setelah melihat Tuhan, mereka berkata: ”Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia” (ayat 42).
Dengan paparan diatas, maka jelaslah bagi kita, bahwa minggu wanita Samaria ini mengajar kita untuk bersikap jujur dan terus terang terhadap apa yang kita lakukan dihadapan Allah, karena sikap terus terang dan jujur, maka Allah akan campur tangan dan membimbing hidup kita melalui RohNya untuk selalu hidup dijalanNya.
Kemuliaan, bagi Sang Bapa, Sang Putera dan Sang Roh Kudus, sekarang dan selalu serta sepanjang segala abad, Amin.