Pengutusan Sakramental Gereja [by: Fr.Daniel Byantoro]
Date: 06 September 2008
Khristos Anesti! Kristus Telah Bangkit! Almasih Qam! Saudara-saudari Yang Terkasih dalam Kristus,
Kita telah selesai merayakan Pekan Kudus dan Paskah Kebangkitan Kristus yang mulia itu tadi malam. Hati kita masih dipenuhi dengan sukacita kebenaran Kebangkitan. Namun sesudah mereyakan Kebangkitan ini apakah yang dituntut dari kita? Sore ini kita diperingatkan akan tugas yang menunggu kita setelah hati kita dipenuhi dengan kebenaran mengenai Kristus itu.
Setiap Hari Mingggu Sore sesudah Perayaan Paskah yang rayakan sesudah jam dua belas tengah malam tadi dini hari, kita selalu merayakan Perayaan Minggu Gemilang jam dua siang seperti ini. Ini disebut Minggu Gemilang karena kita masih merasakan kegemilangan Kebangkitan Kristus di dalam hati kita. Dalam Minggu Gemilang seperti ini, kita membaca Kitab Suci dari Injil Yohanes 20:19-25 dengan menggunakan macam-macam terjemahan bahasa untuk mengingatkan kita bahwa Berita Kebenaran dan Keselamatan yang telah dinyatakan Kristus melalui KebangkitanNya itu tidak boleh dipendam atau disembunyikan untuk diri sendiri, namun itu dimaksudkan untuk disebarkan kepada sekalian bangsa. Itu juga menginatkan kita bahwa setiap kali terjemahan Kitab Suci yang kita baca itu adalah juga perintah kita harus mencapai kelompok manusia pengguna bahasa itu dengan Injil keselamatan yang berasal dari Kebangkitan Kristus itu. Bacaan itu memang berbicara mengenai pengutusan Kristus atas murid-muridNya yang percaya kepadaNya. Peristiwanya adalah ketika hari sudah malam “pada hari pertama minggu itu” (Yohanes 20:19), itulah sebabnya dalam Perayaannya secara Liturgis peristiwa itu kita rayakan dengan menggunakan Sembahyang Senja untuk mengingatkan bahwa penampakan Kristus itu terjadi pada waktu malam.
Para murid ituberkumpul dalam suatu tempat “dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi.” (Yohanes 20:19). Mereka belum terbebas dari rasa ketakuan terhadap apa yang akan dilakukan oleh umat sebab bangsanya yang tidak percaya itu jikalau mereka harus mengaku terang-terangan. Memang untuk mengakui kebenaran Kristus secara terang-terangan didepan banyak orang itu tidak semudah yang dikatakan karena terlalu banyak tantangan dan perlawanan akan kebenaran Kristus yang Ilahi yang menjadi manusia, mati disalibkan dan bangkit lagi pada hari ketiga itu. Jikalau pertolongan Ilahi tidak mendatangi para murid itu pastilah mereka akan lumpuh untuk dapat berbuat apapun. Karena masalah pekerjaan Injil itu adalah masalah ilahi, maka itu tak dapat dihadapi dan dilakukan dengan kekuatan manusiawi semata. Yang Ilahi perlu mengungunjungi dalam damai-sejahtaraNya yang menguatkan agar orang yang percaya kepada Yesus Kristus itu mempunyai kekuatan untuk berdiri dan menyaksikan tentang kebenaran kebangkitan Kristus bagi keselamatan manusia itu. Dan untuk itulah maka “datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!".
Kedatangan Yesus secara tiba-tiba ditengah para murid dalam keadaan pintu terkunci itu menunjukkan Kristus bukan lagi mengenakan tubuh kemanusiaan biasa namun tubuh kemanusiaan yang dimulaikan yang tak lagi tunduk kepada hukum alam yang kita miliki sekarang ini. Ini juga menunjukkan bahwa Sang Kristus tidak membiarkan para pengikutNya dalam kebimbangan dan ketakutan dalam menghadapi dunia yang memusuhi dan melawan mereka karena Iman mereka kepadaNya itu. Kristus datang dalam ketakutan orang-orang milikNya itu dengan mengaruniakan “Damai sejahtera”, dan dengan karunia damai-sejahtera yang dikaruniakan kepada orang milikNya itulah maka ketakutan, kebimbangan dan ragu-ragu itu dilenyapkan. Bahwa yang memberikan damai-sejahtera ini adalah Kristus sendiri, yang telah dimuliakan sesudah penderitaanNya itu dinyatakan dengan Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. "Tindakan Kristus ini untuk menunjukkan bahwa Damai-Sejahtera yang diberikan Kristus kepada para orang milikNya itu terkait dengan karya derita dan kesengsaraanNya yang sudah selesai yang sampai saat itu masih berbekas pada tangan dan lambungNya sebagai meterai kenangan akan apa yang telah Ia lakukan. Meskipun Kristus telah dimuliakan namun bekas paku dan bekas tikaman itu masih tetap kelihatan untuk menunjukkan Korban Kristus yang dilakukan Kristus diatas Salib itu akan bersifat abadi adanya, dengan demikian Kristus meskipun dimuliakan sebagai Penguasa segala sesuatu, Ia akan tetap juga Anak Domba yang disembelih bagi menghapuskan dosa-dosa dunia.
Dengan melihat kebenaran ini maka “Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.” Ketika mereka hanya melihat orang-orang Yahudi saja maka mereka dalam ketakutan, tetapi ketika mereka diarahkan kembali untuk melihat Tuhan dengan apa yang telah dicapaiNya melalui derita dan sengsara Salib dan kematianNya dan merenungkannya secara mendalam maka “sukacita” itulah yang mereka dapatkan. Dengan demikian dalam perjumpaan dengan Tuhan ini para murid itu mengalami perubahan, dan dalam keadaan yang sudah berubah inilah Kristus memberitahukan kehendakNya dalam penampakan ini kepada para murid itu: ”kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." (Yohanes 20:21). Dengan mengulang kembali Salam Damai-sejahtera atau “Shalom Aleikhem” itu Kristus hendak menegaskan bahwa bukan saja umat beriman itu berada dalam “damai-sejahtera” Allah akibat apa yang Kristus lakukan diatas Salib dan KebangkitanNya itu, namun itu juga mereka itu adalah orang-orang yang mengalami damai-sejahtera dalam hidup mereka dan akan menjadi duta-duta damai-sejahtera bagi Injil Kristus itu. Hal itu dinyatakan selanjutnya oleh Kristus “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Kata “sama seperti” ini sangat penting sekali untuk ditekankan untuk dapat mengerti landasan kepengutusan kita dan sifat dari pengutusan itu. Berbekalkan “damai-sejahtera” yang dari Kristus maka umat yang percaya dalam hal ini ”Gereja” secara keseluruhan yang termanifestasi di dalam kolega para Rasul itu mempunyai tugas sebagai “yang diutus”, Mereka diutus oleh Firman yang menjelma: “demikian juga sekarang Aku mengutus kamu"” dengan suatu kepengutusan yang “sama seperti” artinya identik dengan “Bapa mengutus Aku” yaitu Allah mengutus FirmanNya turun ke dalam dunia ini, berarti Gereja memiliki tugas yang identik dengan apa yang ada di dalam diri Allah. Kepengutusan Gereja adalah kepengutusan yang sama ketika Allah mengutus SabdaNya ke dalam dunia ini, sehingga Gereja berpartisipasi dalam gerak karya Ilahi itu sendiri.
Artinya Gereja bukanlah lembaga manusiawi namun lembaga Ilahi. Karyanya bukan karya duniawi namun karya Sorgawi. Karena karya Gereja adalah merupakan perpanjangan karya Allah didalam dunia ini. Gereja adalah kelanjutan karya Kristus itu di dalam dunia ini. Namun bagaimana Gereja mampu menjalankan misinya yang dahsyat dan suci ini, jikalau Gereja pada realita sejarah dan fakta yang ada ini adalah terdiri dari manusia-manusia berdosa yang lemah ini? Gereja dimampukan oleh Allah melalui pemberian suatu kekuatan yang adikodrati yang bersemayam di dalam Gereja itu sendiri sebagai BaitNya yaitu kuasa Roh Kudus, sebagaimana dikatakan: ”Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus.” (Yohanes 20:22). Kuasa Roh Kudus dihembuskan kepada Gereja, sehingga Gereja itu adalah suatu lembaga yang dihembusi dan diresapi oleh daya kerja dan daya giat dari Roh Kudus itu sendiri. Dengan kuasa Roh Kudus inilah Gereja mampu menjalankan tugasnya yang luar biasa itu yaitu “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni” (Yohanes 20:23). Gereja mengampuni dosa manusia secara umum adalah dengan cara menyampaikan Injil berita pengampunan dosa akibat karya Penyaliban, Kematian dan Kebangkitan Kristus yang telah menang atas Iblis, Dosa dan Maut itu sehingga sehingga mereka yang percaya kepada Kristus akan menerima pengampunan akibat karya Kristus itu. Namun secara khusus Gereja mengampuni manusia adalah melalui Sakramen-Sakramen yang dilaksanakan di dalamnya. Karena “baptisan” misalnya, dikatakan Kitab Suci demikian: ” ….. hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu…” ( Kisah Rasul 2:38), juga mengenai Perjamuan Kudus, Kitab Suci mengatakan demikian: ”Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” ( Matius 26:27 –28).
Lagi mengenai Sakramen Perminyakan untuk orang sakit, dikatakan Kitab Suci demikian: ”Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” (Yakobus 5:14-15) . Namun secara lebih khusus lagi sejak zaman Purba Gereja Kristus yang Orthodox ini telah melihat bahwa perintah “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni” ini adalah sebagai perintah bagi melaksanakan Sakramen “Pengampunan Dosa“ itu sendiri oleh kuasa Roh Kudus yang bersemayam dalam Gereja berlandaskan karya Kristus di atas Salib dan KebangkitanNya yang sudah selesai itu, yang dilaksanakan oleh para pribadi penggantui para rasul yaitu para rohaniwan Gereja sebagai wakil Gereja.
Demikianlah yang mampu mengampuni dosa manusia itu bukanlah perorangan rohaniwannya, namun rohaniwan sebagai wakil dari Gereja yang adalah Tubuh Kristus itu sendiri, karena Gereja memang adalah hadirat Kristus diatas bumi ini karena itu adalah Lembaga Ilahi. Jadi melalui pemberitaan Injil dan semua karya pengajaran dan karya sakramental serta karya cinta-kasih Gereja “pengampunan dosa” itu ditawarkan kepada manusia. Barangsiapa menerima tawaran pengampunan ini dengan iman maka ia akan menerima pengampunan itu. Sebaliknya “jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yohanes 20:23). Artinya jikalau dalam pemberitaannya kepada manusia ternyata Gereja menjumpai mereka yang menolak dan tidak mau bertobat dan tidak maumenerima anugerah pengampunan Kristus yang ditawarkan oleh Gereja maka jelas dosanya sudah tetap, dan dosa manusia itu tak dapat diampuni karena menolak pengampunan tadi, maka orang itu tetap dalam dosanya. Atau secara khusus melalui Sakramen “Pengampunan Dosa” jikalau seseorang tak menerima absolusi secara khusus karena suatu alasan yang dibenarkan dan alasan tertentu maka dosanya tetap ada pada orang itu. Demikianlah tugas yang dahsyat namun mengagumkan yang diberikan kepada Allah kepada Gereja, karena tugas Gereja itu “sama seperti” tugas yang dilakukan oleh Firman Allah ketika diutus oleh Allah turun ke dalam dunia ini. Namun melaksanakan tugas yang demikian ini bukannya tanpa tantangan, karena pada saat tugas ini diberikanpun terdapat Tomas (Yohanes 20:24) yang diberitahu bahwa murid-murid yang lain itu “melihat Tuhan” (Yohanes 20:25), namun tidak langsung percaya berita para rasul lainnya dan mengatakan :” "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” Ia ingin melihat langsung dengan pengalamannya sendiri bahwa memang betul-betul Kristus yang meanampakkan diri, dan memang betul-betul Kristus yang berkarya bagi penugasan luar biasa atas para Rasul itu.
Untuk orang yang demikian kita harus menuntun agar mereka mengalami secara langsung dengan kesabaran akan kuasa Kristus yang diberitakan oleh Gereja melalui pengajaran, kehidupan doa dan Sakramental; serta kehidupan cinta kasih itu. Pendek kata inilah tugas Gereja setelah mengalami Kristus yang bangkit itu ditengah-tengahnya. Kebangkitan Kristus tidak boleh hanya tinggal suuatu kenangan, namun harus menjadi pendorong untuk menjangkau segenap bangsa dan segenap umat dengan InjilNya. Sehingga setiap kali kita merayakan Paskah setiap kali itu pula kita diperingatkan untuk menyebarkan kuasa Paskah itu ke segenap umat dan bangsa. Dari Perayaan itulah timbul semangat Penginjilan. Kiranya kita taat menjalankannya. Khristos Anesti! Alithos Anesti! Kristus telah bangkit,! Benar Telah Bangkit. Amin
Khristos Anesti! Kristus Telah Bangkit! Almasih Qam! Saudara-saudari Yang Terkasih dalam Kristus,
Kita telah selesai merayakan Pekan Kudus dan Paskah Kebangkitan Kristus yang mulia itu tadi malam. Hati kita masih dipenuhi dengan sukacita kebenaran Kebangkitan. Namun sesudah mereyakan Kebangkitan ini apakah yang dituntut dari kita? Sore ini kita diperingatkan akan tugas yang menunggu kita setelah hati kita dipenuhi dengan kebenaran mengenai Kristus itu.
Setiap Hari Mingggu Sore sesudah Perayaan Paskah yang rayakan sesudah jam dua belas tengah malam tadi dini hari, kita selalu merayakan Perayaan Minggu Gemilang jam dua siang seperti ini. Ini disebut Minggu Gemilang karena kita masih merasakan kegemilangan Kebangkitan Kristus di dalam hati kita. Dalam Minggu Gemilang seperti ini, kita membaca Kitab Suci dari Injil Yohanes 20:19-25 dengan menggunakan macam-macam terjemahan bahasa untuk mengingatkan kita bahwa Berita Kebenaran dan Keselamatan yang telah dinyatakan Kristus melalui KebangkitanNya itu tidak boleh dipendam atau disembunyikan untuk diri sendiri, namun itu dimaksudkan untuk disebarkan kepada sekalian bangsa. Itu juga menginatkan kita bahwa setiap kali terjemahan Kitab Suci yang kita baca itu adalah juga perintah kita harus mencapai kelompok manusia pengguna bahasa itu dengan Injil keselamatan yang berasal dari Kebangkitan Kristus itu. Bacaan itu memang berbicara mengenai pengutusan Kristus atas murid-muridNya yang percaya kepadaNya. Peristiwanya adalah ketika hari sudah malam “pada hari pertama minggu itu” (Yohanes 20:19), itulah sebabnya dalam Perayaannya secara Liturgis peristiwa itu kita rayakan dengan menggunakan Sembahyang Senja untuk mengingatkan bahwa penampakan Kristus itu terjadi pada waktu malam.
Para murid ituberkumpul dalam suatu tempat “dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi.” (Yohanes 20:19). Mereka belum terbebas dari rasa ketakuan terhadap apa yang akan dilakukan oleh umat sebab bangsanya yang tidak percaya itu jikalau mereka harus mengaku terang-terangan. Memang untuk mengakui kebenaran Kristus secara terang-terangan didepan banyak orang itu tidak semudah yang dikatakan karena terlalu banyak tantangan dan perlawanan akan kebenaran Kristus yang Ilahi yang menjadi manusia, mati disalibkan dan bangkit lagi pada hari ketiga itu. Jikalau pertolongan Ilahi tidak mendatangi para murid itu pastilah mereka akan lumpuh untuk dapat berbuat apapun. Karena masalah pekerjaan Injil itu adalah masalah ilahi, maka itu tak dapat dihadapi dan dilakukan dengan kekuatan manusiawi semata. Yang Ilahi perlu mengungunjungi dalam damai-sejahtaraNya yang menguatkan agar orang yang percaya kepada Yesus Kristus itu mempunyai kekuatan untuk berdiri dan menyaksikan tentang kebenaran kebangkitan Kristus bagi keselamatan manusia itu. Dan untuk itulah maka “datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!".
Kedatangan Yesus secara tiba-tiba ditengah para murid dalam keadaan pintu terkunci itu menunjukkan Kristus bukan lagi mengenakan tubuh kemanusiaan biasa namun tubuh kemanusiaan yang dimulaikan yang tak lagi tunduk kepada hukum alam yang kita miliki sekarang ini. Ini juga menunjukkan bahwa Sang Kristus tidak membiarkan para pengikutNya dalam kebimbangan dan ketakutan dalam menghadapi dunia yang memusuhi dan melawan mereka karena Iman mereka kepadaNya itu. Kristus datang dalam ketakutan orang-orang milikNya itu dengan mengaruniakan “Damai sejahtera”, dan dengan karunia damai-sejahtera yang dikaruniakan kepada orang milikNya itulah maka ketakutan, kebimbangan dan ragu-ragu itu dilenyapkan. Bahwa yang memberikan damai-sejahtera ini adalah Kristus sendiri, yang telah dimuliakan sesudah penderitaanNya itu dinyatakan dengan Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. "Tindakan Kristus ini untuk menunjukkan bahwa Damai-Sejahtera yang diberikan Kristus kepada para orang milikNya itu terkait dengan karya derita dan kesengsaraanNya yang sudah selesai yang sampai saat itu masih berbekas pada tangan dan lambungNya sebagai meterai kenangan akan apa yang telah Ia lakukan. Meskipun Kristus telah dimuliakan namun bekas paku dan bekas tikaman itu masih tetap kelihatan untuk menunjukkan Korban Kristus yang dilakukan Kristus diatas Salib itu akan bersifat abadi adanya, dengan demikian Kristus meskipun dimuliakan sebagai Penguasa segala sesuatu, Ia akan tetap juga Anak Domba yang disembelih bagi menghapuskan dosa-dosa dunia.
Dengan melihat kebenaran ini maka “Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.” Ketika mereka hanya melihat orang-orang Yahudi saja maka mereka dalam ketakutan, tetapi ketika mereka diarahkan kembali untuk melihat Tuhan dengan apa yang telah dicapaiNya melalui derita dan sengsara Salib dan kematianNya dan merenungkannya secara mendalam maka “sukacita” itulah yang mereka dapatkan. Dengan demikian dalam perjumpaan dengan Tuhan ini para murid itu mengalami perubahan, dan dalam keadaan yang sudah berubah inilah Kristus memberitahukan kehendakNya dalam penampakan ini kepada para murid itu: ”kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." (Yohanes 20:21). Dengan mengulang kembali Salam Damai-sejahtera atau “Shalom Aleikhem” itu Kristus hendak menegaskan bahwa bukan saja umat beriman itu berada dalam “damai-sejahtera” Allah akibat apa yang Kristus lakukan diatas Salib dan KebangkitanNya itu, namun itu juga mereka itu adalah orang-orang yang mengalami damai-sejahtera dalam hidup mereka dan akan menjadi duta-duta damai-sejahtera bagi Injil Kristus itu. Hal itu dinyatakan selanjutnya oleh Kristus “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Kata “sama seperti” ini sangat penting sekali untuk ditekankan untuk dapat mengerti landasan kepengutusan kita dan sifat dari pengutusan itu. Berbekalkan “damai-sejahtera” yang dari Kristus maka umat yang percaya dalam hal ini ”Gereja” secara keseluruhan yang termanifestasi di dalam kolega para Rasul itu mempunyai tugas sebagai “yang diutus”, Mereka diutus oleh Firman yang menjelma: “demikian juga sekarang Aku mengutus kamu"” dengan suatu kepengutusan yang “sama seperti” artinya identik dengan “Bapa mengutus Aku” yaitu Allah mengutus FirmanNya turun ke dalam dunia ini, berarti Gereja memiliki tugas yang identik dengan apa yang ada di dalam diri Allah. Kepengutusan Gereja adalah kepengutusan yang sama ketika Allah mengutus SabdaNya ke dalam dunia ini, sehingga Gereja berpartisipasi dalam gerak karya Ilahi itu sendiri.
Artinya Gereja bukanlah lembaga manusiawi namun lembaga Ilahi. Karyanya bukan karya duniawi namun karya Sorgawi. Karena karya Gereja adalah merupakan perpanjangan karya Allah didalam dunia ini. Gereja adalah kelanjutan karya Kristus itu di dalam dunia ini. Namun bagaimana Gereja mampu menjalankan misinya yang dahsyat dan suci ini, jikalau Gereja pada realita sejarah dan fakta yang ada ini adalah terdiri dari manusia-manusia berdosa yang lemah ini? Gereja dimampukan oleh Allah melalui pemberian suatu kekuatan yang adikodrati yang bersemayam di dalam Gereja itu sendiri sebagai BaitNya yaitu kuasa Roh Kudus, sebagaimana dikatakan: ”Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus.” (Yohanes 20:22). Kuasa Roh Kudus dihembuskan kepada Gereja, sehingga Gereja itu adalah suatu lembaga yang dihembusi dan diresapi oleh daya kerja dan daya giat dari Roh Kudus itu sendiri. Dengan kuasa Roh Kudus inilah Gereja mampu menjalankan tugasnya yang luar biasa itu yaitu “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni” (Yohanes 20:23). Gereja mengampuni dosa manusia secara umum adalah dengan cara menyampaikan Injil berita pengampunan dosa akibat karya Penyaliban, Kematian dan Kebangkitan Kristus yang telah menang atas Iblis, Dosa dan Maut itu sehingga sehingga mereka yang percaya kepada Kristus akan menerima pengampunan akibat karya Kristus itu. Namun secara khusus Gereja mengampuni manusia adalah melalui Sakramen-Sakramen yang dilaksanakan di dalamnya. Karena “baptisan” misalnya, dikatakan Kitab Suci demikian: ” ….. hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu…” ( Kisah Rasul 2:38), juga mengenai Perjamuan Kudus, Kitab Suci mengatakan demikian: ”Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” ( Matius 26:27 –28).
Lagi mengenai Sakramen Perminyakan untuk orang sakit, dikatakan Kitab Suci demikian: ”Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” (Yakobus 5:14-15) . Namun secara lebih khusus lagi sejak zaman Purba Gereja Kristus yang Orthodox ini telah melihat bahwa perintah “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni” ini adalah sebagai perintah bagi melaksanakan Sakramen “Pengampunan Dosa“ itu sendiri oleh kuasa Roh Kudus yang bersemayam dalam Gereja berlandaskan karya Kristus di atas Salib dan KebangkitanNya yang sudah selesai itu, yang dilaksanakan oleh para pribadi penggantui para rasul yaitu para rohaniwan Gereja sebagai wakil Gereja.
Demikianlah yang mampu mengampuni dosa manusia itu bukanlah perorangan rohaniwannya, namun rohaniwan sebagai wakil dari Gereja yang adalah Tubuh Kristus itu sendiri, karena Gereja memang adalah hadirat Kristus diatas bumi ini karena itu adalah Lembaga Ilahi. Jadi melalui pemberitaan Injil dan semua karya pengajaran dan karya sakramental serta karya cinta-kasih Gereja “pengampunan dosa” itu ditawarkan kepada manusia. Barangsiapa menerima tawaran pengampunan ini dengan iman maka ia akan menerima pengampunan itu. Sebaliknya “jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yohanes 20:23). Artinya jikalau dalam pemberitaannya kepada manusia ternyata Gereja menjumpai mereka yang menolak dan tidak mau bertobat dan tidak maumenerima anugerah pengampunan Kristus yang ditawarkan oleh Gereja maka jelas dosanya sudah tetap, dan dosa manusia itu tak dapat diampuni karena menolak pengampunan tadi, maka orang itu tetap dalam dosanya. Atau secara khusus melalui Sakramen “Pengampunan Dosa” jikalau seseorang tak menerima absolusi secara khusus karena suatu alasan yang dibenarkan dan alasan tertentu maka dosanya tetap ada pada orang itu. Demikianlah tugas yang dahsyat namun mengagumkan yang diberikan kepada Allah kepada Gereja, karena tugas Gereja itu “sama seperti” tugas yang dilakukan oleh Firman Allah ketika diutus oleh Allah turun ke dalam dunia ini. Namun melaksanakan tugas yang demikian ini bukannya tanpa tantangan, karena pada saat tugas ini diberikanpun terdapat Tomas (Yohanes 20:24) yang diberitahu bahwa murid-murid yang lain itu “melihat Tuhan” (Yohanes 20:25), namun tidak langsung percaya berita para rasul lainnya dan mengatakan :” "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” Ia ingin melihat langsung dengan pengalamannya sendiri bahwa memang betul-betul Kristus yang meanampakkan diri, dan memang betul-betul Kristus yang berkarya bagi penugasan luar biasa atas para Rasul itu.
Untuk orang yang demikian kita harus menuntun agar mereka mengalami secara langsung dengan kesabaran akan kuasa Kristus yang diberitakan oleh Gereja melalui pengajaran, kehidupan doa dan Sakramental; serta kehidupan cinta kasih itu. Pendek kata inilah tugas Gereja setelah mengalami Kristus yang bangkit itu ditengah-tengahnya. Kebangkitan Kristus tidak boleh hanya tinggal suuatu kenangan, namun harus menjadi pendorong untuk menjangkau segenap bangsa dan segenap umat dengan InjilNya. Sehingga setiap kali kita merayakan Paskah setiap kali itu pula kita diperingatkan untuk menyebarkan kuasa Paskah itu ke segenap umat dan bangsa. Dari Perayaan itulah timbul semangat Penginjilan. Kiranya kita taat menjalankannya. Khristos Anesti! Alithos Anesti! Kristus telah bangkit,! Benar Telah Bangkit. Amin