Komuni Tertutup [by: Fr.Daniel Byantoro]
Date: 16 Oktober 2011
Banyak orang Kristen menganggap bahwa siapa saja yang sudah percaya Tuhan Yesus pasti bisa ambil Perjamuan Kudus di Gereja mana saja. Anggapan ini ada benarnya dan ada salahnya. Karena dalam dunia keKristenan ada dua sikap dalam hal ini yaitu "Komuni Terbuka" yaitu Gereja-Gereja yang menganggap Perjamuan Kudus itu hanya sekedar sebagai lambang, dan hanya bersifat ritual saja yang tak memiliki makna theologis mendalam.
Sedangkan untuk yang lain menganut sistim "KOMUNI TERTUTUP", yaitu mereka hanya mengijinkan orang-orang yang satu iman dengan ajaran Gereja tersebut serta telah dibaptis di Gereja tersebut, dan menjadi anggota Gereja atau komunitas Synode Gereja tersebut. Dinatara yang menganut sistem tertutup ini adalah: Gereja Roma Katolik, Gereja-Gereja Baptis, beberapa Gereja Calvinis, Gereja Lutheran, dll. Gereja Orthodox termasuk yang menganut sistem "Komuni Tertutup". Tetapi karena dalam Gereja-Gereja yang lain itu Komuni tidak memiliki kedudukan sentral dalam praktek spiritualitas maupoun theologianya (kecuali Gereja Roma Katolik) maka masalah ini jarang dibahas, sehingga banyak umat yang tidak tahu. Gereja Orthodox sering membahas hal ini karena Perjamuan Kudus itu sangat sentral dan sangat penting dalam Gereja Orthodox, sehingga orang yang tak pernah diajar mengenai dua sistem itu akan merasa aneh dengan sikap Gereja Gereja Orthodox ini. Pada tahun 1990-pan ketika saya masih melayani misi di Singapura, sebelum adanya Gereja Orthodox yang ada di Singapura sekarang ini, saya menggunakan gedung Gereja Armenia untik pertemuan kami. Ada seorang wanita Protestan yang suaminya seorang Yunani Orthodox, begitu datang langsung minta diberi Komuni kepada saya, saya katakan saya tak bisa beri. Dia menangis tersedu-sedu di dalam Gereja dan menganggap bahwa saya kejam dan tak punya perasaan. Dia marah luar biasa kepada saya, tetapi saya katakan Iman Ortodox itu bukan terserah saya, ini sudah digariskan dari sononya. Dia tidak mau mengerti dan pulang dengan kemarahan.
Sehubungan dengan itu, saya menerima banyak pertanyaan melalui e-mail sebagai berikut ini:
"Kenapa orang yang bukan Orthodox tidak bisa menerima komuni Di Gereja Orthodox ( dan sebenarnya juga orang Orthodox tidak boleh ambil komuni di Gereja non-Orthodox,).Padahal komuni itu undangan Tuhan sendiri bukan?.
Jawaban Orthodox berdasarkan Alkitab dibawah ini saya kutipkan dari jawaban e-mail saya kepada penanya itu:
1Kor 10:16-17
16. Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?
17. Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu."
Menurut ayat-ayat diatas, ketika seseorang menerima anggur dari Cawan dan makan Roti pada saat Perjamuan Kudus, dia tak hanya sekedar menerima symbol atau lambang dari Darah dan Tubuh Kristus saja, sebagaimana yang diajarkan oleh sebagain besar aliran Protestan dan Kharismatik sebagaimana yang kita ketahui itu, sebaliknya itu justru sungguh-sungguh itu merupakan “persekutuan dengan darah Kristus” serta sungguh-sungguh itu merupakan “persekutuan dengan tubuh Kristus”, artinya kita sungguh-sungguh “manunggal/menyatu/ bersekutu” dengan “Tubuh” dan “Darah” Kristus yang pernah disalibkan, dan sudah dibangkitkan serta yang sekarang dimuliakan di sorga itu (Filipi 3:20-21). Jadi ini bukan kasus “kanibalisme”, namun peristiwa panunggalan dengan Tubuh Kristus yang mulia itu. Itulah sebabnya jika ada orang ambil Perjamuan Kudus dan menganggap itu hanya sebagai lambang saja, serta “tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.” (I Korintus 11:29). Pada jaman purba dampak hukuman mereka yang “makan dan minum” tanpa mengakui Roti dan Anggur itu sebagai sungguh-sungguh “Tubuh” dan “Darah” Tuhan itu sangat tragis,yaitu: ”banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.” (I Korintus 11:30). Kita tidak mau menyebabkan orang-orang yang bukan Orthodox itu mendapat hukuman seperti itu, karena mereka mengambil Perjamuan Kudus di Gereja kita, padahal mereka tak percaya itu sungguh-sungguh “Tubuh Tuhan”, oleh karena itu demi kasih kita tak ijinkan mereka ambil bagian dalam Perjamuan Kudus di Gereja kita. Kitapun dilarang mengambil Perjamuan Kudus di tempat lain, karena Perjamuan Kudus mereka itu bukan diakui sebagai sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Tuhan sebagaimana yang dikatakan Alkitab. Karena itu sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Tuhan, maka kita harus dengan layak menerimanya, sebab kalau tidak, kita akan berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan itu, sebagaimana yang dikatakan dalam I Korintus 11:27-28: ”Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.”. Bagaimana mungkin seseorang bisa tidak layak terhadap Roti dan Anggur, kalau itu hanya sekedar lambang atau simbol saja? Dan bagaimana mungkin seseorang bisa berdosa terhadap Roti dan Anggur, kalau itu memang bukan sungguh-sungguh tubuh dan darah Tuhan? Dan ayat ini mengatakan bahwa kita berdosanya jika tak layak pada saat Perjamuan Kudus, justru “terhadap tubuh dan darah Tuhan”. Jadi jelas Alkitab mengajarkan bahwa Roti dan Anggur itu memang sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Tuhan. Itulah sebabnya kita harus dengan layak menerimanya, melalui puasa sebelum Perjamuan Kudus, dan menguji diri kita, melalui Sakramen Pengakuan Dosa sebelum menyambutnya. Orang yang bukan Orthodox yang tidak mengerti semuanya ini, pastilah tidak puasa, dan tidak melakukan Sakramen Pengakuan Dosa ketika mereka datang ke Gereja Orthodox, karena memang mereka tidak mempunyai dan tidak mempercayai akan adanya Sakramen Pengakuan Dosa. Demi kasih kita agar orang itu tak berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan, karena mereka tidak memiliki persiapan yang layak dengan puasa yang layak, dan tak menguji diri melalui Sakramen Pengakuan Dosa, dan tidak mempercayai Tubuh dan Darah Tuhan maka Gereja kita melarang mereka untuk mengambil Perjamuan Kudus, supaya mereka tak melakukan dosa dan kita tak menjadi penyebab orang lain berbuat dosa.
Kita lanjutkan dengan I Korintus 10:17 :”17. Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu”. Dalam Perjamuan Kudus “roti adalah satu” dan sudah kita pelajari bahwa Roti ini adalah sungguh-sungguh Tubuh Tuhan. Maka “kita, sekalipun banyak” sebagai anggota-anggota Gereja, karena memakan dari Tubuh Kristus yang satu itu, maka “kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh”. Deangan demikian Roti dalam Perjamuan Kudus, serta Perjamuan Kudus pada dirinya sendiri itu merupakan sumber serta landasan, dan bukti kesatuan Tubuh Kristus, Ini disebabkan “kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu”. Padahal syarat satu Tubuh itu adalah harus satu Roh (Efesus 4: 3-5) dan “satu pengharapan”, dengan pengharapan yang tertinggi adalah mencapai “theosis” (“peng-ilahi-an”), yang umumnya ajaran non-Orthodox tidak mengerti serta tidak mengenal atau bahkan menolak pengharapan akan “theosis”. ini.
Bukti bahwa kita memang satu tubuh, satu Roh dan satu pengharapan adalah “satu Tuhan”, (Efesus 4:5) yaitu memiliki pemahaman yang satu dan yang sama tentang Kristus dengan ajaran Rasuliah yang Orthodox sebagaimana yang dikatakan oleh Pengakuan Iman butir ke 2 “Dan pada Satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah……”., artinya Kristus yang kita percayai harus satu dan sama dengan apa yang diajarkan oleh para Rasul. Karena Alkitab mengajarkan ada orang-orang yang mengajarkan tentang “Yesus yang lain” (II Korintus 11:4) yang berbeda dengan yang diajarkan oleh para Rasul itu. Contoh kasus yang ada di Indonesia adalah adanya usaha-usaha penyebaran pemahaman bahwa Yesus itu hanya sekedar seorang Malaikat yang turun menjadi manusia, ada yang mengatakan bahwa Yesus itu hanya seorang manusia biasa saja, seperti yang diajarkan oleh Pdt.Yohanes Rahmat yang pernah menimbulkan kontroversi yang ramai beberapa tahun yang lalu. Namun di kalangan Kharismatik dan aliran-aliran Pentakosta banyak yang mengacaukan antara Tuhan Yesus Kristus ini dengan Tritunggal Mahakudus. Ini terbukti banyak di kalangan mereka yang membaptiskan orang dengan formula :”Engkau kubaptiskan dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, yaitu dalam Nama Tuhan Yesus Kristus”. Jika formula “dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, yaitu dalam Nama Tuhan Yesus Kristus” ini benar, maka berarti “Bapa, Anak dan Roh Kudus = Tuhan Yesus Kristus”. Bahkan sebagian mereka menerangkan bahwa makna Gelar Bapa itu = makna gelar Tuhan, makna gelar Anak itu = makna nama Yesus, dan makna nama Roh Kudus itu = makna gelar Kristus. Dari sini saja sudah kelihatan bahwa Yesus mereka itu tidak satu dengan ajaran Rasuliah, Dengan demikian mereka tidak memiliki “satu Tuhan” seperti yang dimaksud Alkitab maupun yang dimaksud oleh Pengakuan Iman itu. Itulah sebabnya mereka tak dapat dianggap sebagai “satu Tubuh” untuk dapat mengambil dari roti yang satu itu. Yesus disebut “Tuhan” oleh sebagian mereka dianggap bahwa Yesus itu juga adalah “Allah Bapa”. Padahal dalam ayat-ayat berikut ini dibedakan antara sebutan Allah sebagai “Bapa” dan Yesus sebagai “Tuhan” (KIsah 2:36, Roma 10:9-10, I Korintus 6:14, 8:6). Yesus disebut Tuhan karena Allah (Bapa) itu yang mengangkatnya sebagai Tuhan/Penguasa (Kisah 2:36) dalam Inkarnasi KemanusiaanNya yang telah dimuliakan itu, sesudah kebangkitan dan kenaikanNya ke sorga dimana kepadaNya “diberikan” (berarti: ada yang memberikan kepadaNya, yaitu Bapa, bdk Mat.11:25, Yohanes 17:2) “segala kuasa baik di sorga maupun di bumi” (Matius 28:18). Dengan demikian gelar Tuhan/Penguasa bagi Yesus tidak sama dengan gelar Bapa bagi Allah, artinya Yesus itu tidak sama dengan Allah Bapa, meskipun Dia memiliki ke-Ilahi-an yang sama dengan Bapa sebab Dia adalah FirmanNya/AnakNya Allah Bapa itu, yang sejak kekal berada satu di dalam diri Bapa, dan Bapa juga didalam Dia (Yohanes 14:9-10). Demikian juga gelar Putra/Anak itu tidak sama dengan Nama Yesus. Sebab gelar Putra/Anak itu adalah gelar kekal bagi Sang Firman (Yohanes 1:1,14), yang melaluiNya Allah menjadikan seluruh dunia ini (Ibrani 1:2). Jadi Sang Putra sudah ada sebelum dunia dijadikan, karena Sang Putra itu adalah Sang Firman. Dan melalui Putra inilah Allah menjadikan alam semesta (Ibrani 1:2), karena Allah memang menjadikan alam semesta melalui “Firman” (Yohanes 1:1-3, Kejadian 1:1,3,6.9.11.14,20,24,26). Sedangkan nama Yesus itu adalah nama manusia dari penjelmaan Firman itu ketika menjadi manusia, yang Nama itu baru diberikan oleh malaikat menjelang Dia lahir sebagai bayi di dunia ini (Matius 1:20-21, Lukas 1:30-31). Jadi gelar Putra yang ada sejak kekal sebagai sebutan bagi Firman itu tidak sama dengan nama Yesus yang baru diberikan oleh malaikat ketika Firman itu menjelma menjadi manusia, sebagai nama kemanusiaanNya. Juga Roh Kudus itu tidak sama dengan Kristus, karena Roh Kudus adalah “Roh Allah” yang “Mengurapi”, sedangkan Kristus artinya “Orang :Laki-Laki” yang “Diurapi”. Demikianlah menurut aliran-aliran tadi Tritunggal itu tak lain adalah Tuhan Yesus Kristus itu sendiri, dan Allah Bapa itu sama dengan Tuhan Yesus, berarti mereka tidak memiliki “satu Tuhan” dengan Gereja Orthodox, berarti tidak membuktikan diri mereka sebagai “satu Tubuh” maka tak mungkin mereka mengambil dari Roti dan Cawan yang sama.
Bukti selanjutnya dari “satu Tubuh” itu adalah “satu Iman”. Artinya memiliki keyakinan dan ajaran yang sama. Dari sedikit yang telah kita bahas diatas terlihat bahwa mereka tidak memiliki “satu iman” dengan kita, dan kalau kita bahas lebih detil lagi akan makin kelihatan ternyata mereka memang tidak memiliki “satu iman” dengan kita. Contohnya mereka tak percaya bahwa Roti itu adalah betul-betul Tubuh Kristus dan Anggur itu betul-betul Darah Kristus, seperti yang diajarkan Alkitab dan yang diajarkan oleh Iman Orthodox. Karena mereka tidak memiliki “satu iman” dengan kita, maka mereka tak mungkin ambil Komuni, karena Komuni adalah bukti bahwa seseorang itu memiliki Iman yang sama dengan Iman Gereja Rasuliah ini.
Bukti “satu tubuh” selanjutnya adalah “satu baptisan”(Efesus 4:5), sebagaimana yang dikatakan juga dalam Pengakuan Iman: ”Aku mengakui satu baptisan….”, artinya pengajaran dan praktek tentang baptisan antara mereka dan kita haruslah satu dan sama, namun sayang ternyata kenyataannya tidak demikian. Kebanyakan mereka mengatakan bahwa baptisan itu tidak menyelamatkan dan memberikan pengampunan dosa karena itu hanya sekedar lambang saja. Namun itu bertentangan dengan jaran Orthodox sebagaimana yang tertuang dalam Pengakuan Iman, ”Aku mengakui satu baptisan BAGI PENGAMPUNAN DOSA-DOSA”. Menurut ajaran Iman Orthodox sebagaimana yang tertuang dalam Pengakuan Iman ini baptisan itu ternyata bukan hanya sebagai lambang, namun baptisan itu memang “bagi pengampunan dosa-dosa”, dan apa yang dikatakan oleh Pengakuan Iman ini sebenarnya adalah langsung diambil dari ajaran Alkitab itu sendiri, sebagaimana yang tertulis dalam Kisah Rasul 2:38:”…..hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis…..UNTUK PENGAMPUNAN DOSAMU…” Dan bukan hanya itu saja, bertentangan dengan ajaran mereka yang mengatakan bahwa baptisan itu tidak menyelamatkan justru sesuai dengan ajaran Iman Orthodox Alkitab mengatakan demikian: ”…..dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya (yakni: kiasan air bah itu), yaitu baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, (artinya baptisan itu bukan seperti wudhunya orang Islam ketika akan sholat, yang tujuannya wudhu itu hanya untuk membersihkan kenajisan jasmani saja) melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah (artinya:terjadi perubahan dan pembersihan dalam hati nurani dan roh manusia, yaitu terjadi kelahiran kembali) --oleh kebangkitan Yesus Kristus,” (I Petrus 3:20-21). Menurut ayat-ayat ini sebagaimana delapan orang anggota keluarga Nuh diselamatkan oleh air bah itu, maka kitapun sekarang diselamatkan oleh kiasan air bah itu, yaitu oleh “Baptisan”. Dengan demikian jelas Alkitab mengajarkan baptisan itu menyelamatkan, bukan hanya sebagai lambang saja, sebagaimana yang mereka ajarkan. Apalagi Alkitab juga mengatakan: ”Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan..” (Markus 16:16). Bagaimana baptisan bisa menyelamatkan?, Itu terjadi “oleh kebangkitan Yesus Kristus” (1Petrus 3:21). Karena Alkitab menjelaskan lebih lanjut: dalam Surat Galatia 3:26-27 :” Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.” Ayat-ayat ini mengatakan bahwa kita adalah “anak-anak Allah” karena Iman di dalam Yesus Kristus. Bagaimana bisa begitu? “Karena”, disini kuncinya dan alasannya, mengapa beriman kepada Yesus Kristus menjadikan kita anak-anak Allah itu. Kunci dan alasannya yaitu “kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus”, apa yang terjadi saat seseorang dibaptis ini? Yang terjadi adalah orang itu “telah mengenakan Kristus”. Artinya orang itu mengenakan Kristus seperti seseorang mengenakan jubah, dalam artian tubuhnya dibungkus oleh jubah itu, dengan demikian ketika seseorang dibaptis, dia seolah-olah dibungkus baju baru, jubah baru, dan jubah baru itu adalah Kristus, dan ini mungkin terjadi karena kuasa Roh Kudus. Karena dia dibungkus oleh Kristus yang adalah Anak Allah, maka orang itu juga menjadi anak Allah. Jadi Iman dan Baptisan tak boleh dipisahkan seperti juga yang dikatakan dalam Markus 16:16 itu. Karena melalui baptisan orang itu telah dibungkus oleh Kristus yang telah disalibkan, telah mati, telah dikuburkan dan telah bangkit kembali, maka dalam baptisan itu, orang tersebut juga “telah dibaptis dalam kematianNya”, (Roma 6:3), “telah dikubur bersama-sama dengan Dia oleh baptisan” (Roma 6:4), “menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya” (Roma 6:5), ”manusia lama kita telah turut disalibkan” (Roma 6:6). Dengan kata lain kita telah manunggal/menyatu dengan Kristus dengan segala karya penebusanNya: penyaliban, kematian, penguburan, dan kebangkitanNya. Jadi kita diselamatkan dalam baptisan oleh kebangkitan Kristus sesudah penyaliban, kematian dan penguburanNya, sebagaimana yang dikatakan oleh 1Petrus 3:21 itu. Sekali lagi ajaran Non-Orthodox mengenai baptisan ternyata berbeda dengan ajaran Alkitab yang adalah ajaran Orthodox itu sendiri, berarti mereka tidak berada dalam “satu baptisan” dengan Gereja Orthodox, oleh karena itu bukan “satu tubuh”, maka mereka tak dapat ambil komuni.
Yang terakhir bukti dari “satu Tubuh” itu adalah “satu Allah dan Bapa dari semua” (Efesus 6:6). Pemahaman tentang Allah dalam ajaran Non-Orthodox, seperti sedikit yang telah kita lihat diatas ternyata amat simpang siur, Tritunggalpun tidak jelas, berarti mereka tidak berada dalam keyakinan tentang “satu Allah dan Bapa” yang sama seperti yang diajarkan Iman Orthodox, itulah sebabnya mereka bukan merupakan “satu Tubuh”, dan itulah pula yang menyebabkan mereka tak dapat ambil komuni.
Memang komuni itu adalah “undangan Tuhan sendiri”, namun undangan itu punya syarat, dan syaratnya adalah apa yang telah kita paparkan diatas. Jikalau syaratnya tak dipenuhi, maka orang itu tak akan dapat masuk dalam undangan itu. Hal ini sama dengan perumpamaan Kristus yang terdapat dalam Matius 22:1-13 tentang perumpamaan Perjamuan Kawin. Semua memang diundang dalam pesta itu, tetapi orang yang tak mengenakan pakaian pesta, dicampakkan keluar tidak boleh ambil bagian dalam Perjamuan Pesta itu (Matius 22:11-13). Semoga penjelasan Romo ini menolongmu, anakku.
Banyak orang Kristen menganggap bahwa siapa saja yang sudah percaya Tuhan Yesus pasti bisa ambil Perjamuan Kudus di Gereja mana saja. Anggapan ini ada benarnya dan ada salahnya. Karena dalam dunia keKristenan ada dua sikap dalam hal ini yaitu "Komuni Terbuka" yaitu Gereja-Gereja yang menganggap Perjamuan Kudus itu hanya sekedar sebagai lambang, dan hanya bersifat ritual saja yang tak memiliki makna theologis mendalam.
Sedangkan untuk yang lain menganut sistim "KOMUNI TERTUTUP", yaitu mereka hanya mengijinkan orang-orang yang satu iman dengan ajaran Gereja tersebut serta telah dibaptis di Gereja tersebut, dan menjadi anggota Gereja atau komunitas Synode Gereja tersebut. Dinatara yang menganut sistem tertutup ini adalah: Gereja Roma Katolik, Gereja-Gereja Baptis, beberapa Gereja Calvinis, Gereja Lutheran, dll. Gereja Orthodox termasuk yang menganut sistem "Komuni Tertutup". Tetapi karena dalam Gereja-Gereja yang lain itu Komuni tidak memiliki kedudukan sentral dalam praktek spiritualitas maupoun theologianya (kecuali Gereja Roma Katolik) maka masalah ini jarang dibahas, sehingga banyak umat yang tidak tahu. Gereja Orthodox sering membahas hal ini karena Perjamuan Kudus itu sangat sentral dan sangat penting dalam Gereja Orthodox, sehingga orang yang tak pernah diajar mengenai dua sistem itu akan merasa aneh dengan sikap Gereja Gereja Orthodox ini. Pada tahun 1990-pan ketika saya masih melayani misi di Singapura, sebelum adanya Gereja Orthodox yang ada di Singapura sekarang ini, saya menggunakan gedung Gereja Armenia untik pertemuan kami. Ada seorang wanita Protestan yang suaminya seorang Yunani Orthodox, begitu datang langsung minta diberi Komuni kepada saya, saya katakan saya tak bisa beri. Dia menangis tersedu-sedu di dalam Gereja dan menganggap bahwa saya kejam dan tak punya perasaan. Dia marah luar biasa kepada saya, tetapi saya katakan Iman Ortodox itu bukan terserah saya, ini sudah digariskan dari sononya. Dia tidak mau mengerti dan pulang dengan kemarahan.
Sehubungan dengan itu, saya menerima banyak pertanyaan melalui e-mail sebagai berikut ini:
"Kenapa orang yang bukan Orthodox tidak bisa menerima komuni Di Gereja Orthodox ( dan sebenarnya juga orang Orthodox tidak boleh ambil komuni di Gereja non-Orthodox,).Padahal komuni itu undangan Tuhan sendiri bukan?.
Jawaban Orthodox berdasarkan Alkitab dibawah ini saya kutipkan dari jawaban e-mail saya kepada penanya itu:
1Kor 10:16-17
16. Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?
17. Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu."
Menurut ayat-ayat diatas, ketika seseorang menerima anggur dari Cawan dan makan Roti pada saat Perjamuan Kudus, dia tak hanya sekedar menerima symbol atau lambang dari Darah dan Tubuh Kristus saja, sebagaimana yang diajarkan oleh sebagain besar aliran Protestan dan Kharismatik sebagaimana yang kita ketahui itu, sebaliknya itu justru sungguh-sungguh itu merupakan “persekutuan dengan darah Kristus” serta sungguh-sungguh itu merupakan “persekutuan dengan tubuh Kristus”, artinya kita sungguh-sungguh “manunggal/menyatu/ bersekutu” dengan “Tubuh” dan “Darah” Kristus yang pernah disalibkan, dan sudah dibangkitkan serta yang sekarang dimuliakan di sorga itu (Filipi 3:20-21). Jadi ini bukan kasus “kanibalisme”, namun peristiwa panunggalan dengan Tubuh Kristus yang mulia itu. Itulah sebabnya jika ada orang ambil Perjamuan Kudus dan menganggap itu hanya sebagai lambang saja, serta “tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.” (I Korintus 11:29). Pada jaman purba dampak hukuman mereka yang “makan dan minum” tanpa mengakui Roti dan Anggur itu sebagai sungguh-sungguh “Tubuh” dan “Darah” Tuhan itu sangat tragis,yaitu: ”banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.” (I Korintus 11:30). Kita tidak mau menyebabkan orang-orang yang bukan Orthodox itu mendapat hukuman seperti itu, karena mereka mengambil Perjamuan Kudus di Gereja kita, padahal mereka tak percaya itu sungguh-sungguh “Tubuh Tuhan”, oleh karena itu demi kasih kita tak ijinkan mereka ambil bagian dalam Perjamuan Kudus di Gereja kita. Kitapun dilarang mengambil Perjamuan Kudus di tempat lain, karena Perjamuan Kudus mereka itu bukan diakui sebagai sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Tuhan sebagaimana yang dikatakan Alkitab. Karena itu sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Tuhan, maka kita harus dengan layak menerimanya, sebab kalau tidak, kita akan berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan itu, sebagaimana yang dikatakan dalam I Korintus 11:27-28: ”Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.”. Bagaimana mungkin seseorang bisa tidak layak terhadap Roti dan Anggur, kalau itu hanya sekedar lambang atau simbol saja? Dan bagaimana mungkin seseorang bisa berdosa terhadap Roti dan Anggur, kalau itu memang bukan sungguh-sungguh tubuh dan darah Tuhan? Dan ayat ini mengatakan bahwa kita berdosanya jika tak layak pada saat Perjamuan Kudus, justru “terhadap tubuh dan darah Tuhan”. Jadi jelas Alkitab mengajarkan bahwa Roti dan Anggur itu memang sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Tuhan. Itulah sebabnya kita harus dengan layak menerimanya, melalui puasa sebelum Perjamuan Kudus, dan menguji diri kita, melalui Sakramen Pengakuan Dosa sebelum menyambutnya. Orang yang bukan Orthodox yang tidak mengerti semuanya ini, pastilah tidak puasa, dan tidak melakukan Sakramen Pengakuan Dosa ketika mereka datang ke Gereja Orthodox, karena memang mereka tidak mempunyai dan tidak mempercayai akan adanya Sakramen Pengakuan Dosa. Demi kasih kita agar orang itu tak berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan, karena mereka tidak memiliki persiapan yang layak dengan puasa yang layak, dan tak menguji diri melalui Sakramen Pengakuan Dosa, dan tidak mempercayai Tubuh dan Darah Tuhan maka Gereja kita melarang mereka untuk mengambil Perjamuan Kudus, supaya mereka tak melakukan dosa dan kita tak menjadi penyebab orang lain berbuat dosa.
Kita lanjutkan dengan I Korintus 10:17 :”17. Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu”. Dalam Perjamuan Kudus “roti adalah satu” dan sudah kita pelajari bahwa Roti ini adalah sungguh-sungguh Tubuh Tuhan. Maka “kita, sekalipun banyak” sebagai anggota-anggota Gereja, karena memakan dari Tubuh Kristus yang satu itu, maka “kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh”. Deangan demikian Roti dalam Perjamuan Kudus, serta Perjamuan Kudus pada dirinya sendiri itu merupakan sumber serta landasan, dan bukti kesatuan Tubuh Kristus, Ini disebabkan “kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu”. Padahal syarat satu Tubuh itu adalah harus satu Roh (Efesus 4: 3-5) dan “satu pengharapan”, dengan pengharapan yang tertinggi adalah mencapai “theosis” (“peng-ilahi-an”), yang umumnya ajaran non-Orthodox tidak mengerti serta tidak mengenal atau bahkan menolak pengharapan akan “theosis”. ini.
Bukti bahwa kita memang satu tubuh, satu Roh dan satu pengharapan adalah “satu Tuhan”, (Efesus 4:5) yaitu memiliki pemahaman yang satu dan yang sama tentang Kristus dengan ajaran Rasuliah yang Orthodox sebagaimana yang dikatakan oleh Pengakuan Iman butir ke 2 “Dan pada Satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah……”., artinya Kristus yang kita percayai harus satu dan sama dengan apa yang diajarkan oleh para Rasul. Karena Alkitab mengajarkan ada orang-orang yang mengajarkan tentang “Yesus yang lain” (II Korintus 11:4) yang berbeda dengan yang diajarkan oleh para Rasul itu. Contoh kasus yang ada di Indonesia adalah adanya usaha-usaha penyebaran pemahaman bahwa Yesus itu hanya sekedar seorang Malaikat yang turun menjadi manusia, ada yang mengatakan bahwa Yesus itu hanya seorang manusia biasa saja, seperti yang diajarkan oleh Pdt.Yohanes Rahmat yang pernah menimbulkan kontroversi yang ramai beberapa tahun yang lalu. Namun di kalangan Kharismatik dan aliran-aliran Pentakosta banyak yang mengacaukan antara Tuhan Yesus Kristus ini dengan Tritunggal Mahakudus. Ini terbukti banyak di kalangan mereka yang membaptiskan orang dengan formula :”Engkau kubaptiskan dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, yaitu dalam Nama Tuhan Yesus Kristus”. Jika formula “dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, yaitu dalam Nama Tuhan Yesus Kristus” ini benar, maka berarti “Bapa, Anak dan Roh Kudus = Tuhan Yesus Kristus”. Bahkan sebagian mereka menerangkan bahwa makna Gelar Bapa itu = makna gelar Tuhan, makna gelar Anak itu = makna nama Yesus, dan makna nama Roh Kudus itu = makna gelar Kristus. Dari sini saja sudah kelihatan bahwa Yesus mereka itu tidak satu dengan ajaran Rasuliah, Dengan demikian mereka tidak memiliki “satu Tuhan” seperti yang dimaksud Alkitab maupun yang dimaksud oleh Pengakuan Iman itu. Itulah sebabnya mereka tak dapat dianggap sebagai “satu Tubuh” untuk dapat mengambil dari roti yang satu itu. Yesus disebut “Tuhan” oleh sebagian mereka dianggap bahwa Yesus itu juga adalah “Allah Bapa”. Padahal dalam ayat-ayat berikut ini dibedakan antara sebutan Allah sebagai “Bapa” dan Yesus sebagai “Tuhan” (KIsah 2:36, Roma 10:9-10, I Korintus 6:14, 8:6). Yesus disebut Tuhan karena Allah (Bapa) itu yang mengangkatnya sebagai Tuhan/Penguasa (Kisah 2:36) dalam Inkarnasi KemanusiaanNya yang telah dimuliakan itu, sesudah kebangkitan dan kenaikanNya ke sorga dimana kepadaNya “diberikan” (berarti: ada yang memberikan kepadaNya, yaitu Bapa, bdk Mat.11:25, Yohanes 17:2) “segala kuasa baik di sorga maupun di bumi” (Matius 28:18). Dengan demikian gelar Tuhan/Penguasa bagi Yesus tidak sama dengan gelar Bapa bagi Allah, artinya Yesus itu tidak sama dengan Allah Bapa, meskipun Dia memiliki ke-Ilahi-an yang sama dengan Bapa sebab Dia adalah FirmanNya/AnakNya Allah Bapa itu, yang sejak kekal berada satu di dalam diri Bapa, dan Bapa juga didalam Dia (Yohanes 14:9-10). Demikian juga gelar Putra/Anak itu tidak sama dengan Nama Yesus. Sebab gelar Putra/Anak itu adalah gelar kekal bagi Sang Firman (Yohanes 1:1,14), yang melaluiNya Allah menjadikan seluruh dunia ini (Ibrani 1:2). Jadi Sang Putra sudah ada sebelum dunia dijadikan, karena Sang Putra itu adalah Sang Firman. Dan melalui Putra inilah Allah menjadikan alam semesta (Ibrani 1:2), karena Allah memang menjadikan alam semesta melalui “Firman” (Yohanes 1:1-3, Kejadian 1:1,3,6.9.11.14,20,24,26). Sedangkan nama Yesus itu adalah nama manusia dari penjelmaan Firman itu ketika menjadi manusia, yang Nama itu baru diberikan oleh malaikat menjelang Dia lahir sebagai bayi di dunia ini (Matius 1:20-21, Lukas 1:30-31). Jadi gelar Putra yang ada sejak kekal sebagai sebutan bagi Firman itu tidak sama dengan nama Yesus yang baru diberikan oleh malaikat ketika Firman itu menjelma menjadi manusia, sebagai nama kemanusiaanNya. Juga Roh Kudus itu tidak sama dengan Kristus, karena Roh Kudus adalah “Roh Allah” yang “Mengurapi”, sedangkan Kristus artinya “Orang :Laki-Laki” yang “Diurapi”. Demikianlah menurut aliran-aliran tadi Tritunggal itu tak lain adalah Tuhan Yesus Kristus itu sendiri, dan Allah Bapa itu sama dengan Tuhan Yesus, berarti mereka tidak memiliki “satu Tuhan” dengan Gereja Orthodox, berarti tidak membuktikan diri mereka sebagai “satu Tubuh” maka tak mungkin mereka mengambil dari Roti dan Cawan yang sama.
Bukti selanjutnya dari “satu Tubuh” itu adalah “satu Iman”. Artinya memiliki keyakinan dan ajaran yang sama. Dari sedikit yang telah kita bahas diatas terlihat bahwa mereka tidak memiliki “satu iman” dengan kita, dan kalau kita bahas lebih detil lagi akan makin kelihatan ternyata mereka memang tidak memiliki “satu iman” dengan kita. Contohnya mereka tak percaya bahwa Roti itu adalah betul-betul Tubuh Kristus dan Anggur itu betul-betul Darah Kristus, seperti yang diajarkan Alkitab dan yang diajarkan oleh Iman Orthodox. Karena mereka tidak memiliki “satu iman” dengan kita, maka mereka tak mungkin ambil Komuni, karena Komuni adalah bukti bahwa seseorang itu memiliki Iman yang sama dengan Iman Gereja Rasuliah ini.
Bukti “satu tubuh” selanjutnya adalah “satu baptisan”(Efesus 4:5), sebagaimana yang dikatakan juga dalam Pengakuan Iman: ”Aku mengakui satu baptisan….”, artinya pengajaran dan praktek tentang baptisan antara mereka dan kita haruslah satu dan sama, namun sayang ternyata kenyataannya tidak demikian. Kebanyakan mereka mengatakan bahwa baptisan itu tidak menyelamatkan dan memberikan pengampunan dosa karena itu hanya sekedar lambang saja. Namun itu bertentangan dengan jaran Orthodox sebagaimana yang tertuang dalam Pengakuan Iman, ”Aku mengakui satu baptisan BAGI PENGAMPUNAN DOSA-DOSA”. Menurut ajaran Iman Orthodox sebagaimana yang tertuang dalam Pengakuan Iman ini baptisan itu ternyata bukan hanya sebagai lambang, namun baptisan itu memang “bagi pengampunan dosa-dosa”, dan apa yang dikatakan oleh Pengakuan Iman ini sebenarnya adalah langsung diambil dari ajaran Alkitab itu sendiri, sebagaimana yang tertulis dalam Kisah Rasul 2:38:”…..hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis…..UNTUK PENGAMPUNAN DOSAMU…” Dan bukan hanya itu saja, bertentangan dengan ajaran mereka yang mengatakan bahwa baptisan itu tidak menyelamatkan justru sesuai dengan ajaran Iman Orthodox Alkitab mengatakan demikian: ”…..dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya (yakni: kiasan air bah itu), yaitu baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, (artinya baptisan itu bukan seperti wudhunya orang Islam ketika akan sholat, yang tujuannya wudhu itu hanya untuk membersihkan kenajisan jasmani saja) melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah (artinya:terjadi perubahan dan pembersihan dalam hati nurani dan roh manusia, yaitu terjadi kelahiran kembali) --oleh kebangkitan Yesus Kristus,” (I Petrus 3:20-21). Menurut ayat-ayat ini sebagaimana delapan orang anggota keluarga Nuh diselamatkan oleh air bah itu, maka kitapun sekarang diselamatkan oleh kiasan air bah itu, yaitu oleh “Baptisan”. Dengan demikian jelas Alkitab mengajarkan baptisan itu menyelamatkan, bukan hanya sebagai lambang saja, sebagaimana yang mereka ajarkan. Apalagi Alkitab juga mengatakan: ”Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan..” (Markus 16:16). Bagaimana baptisan bisa menyelamatkan?, Itu terjadi “oleh kebangkitan Yesus Kristus” (1Petrus 3:21). Karena Alkitab menjelaskan lebih lanjut: dalam Surat Galatia 3:26-27 :” Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.” Ayat-ayat ini mengatakan bahwa kita adalah “anak-anak Allah” karena Iman di dalam Yesus Kristus. Bagaimana bisa begitu? “Karena”, disini kuncinya dan alasannya, mengapa beriman kepada Yesus Kristus menjadikan kita anak-anak Allah itu. Kunci dan alasannya yaitu “kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus”, apa yang terjadi saat seseorang dibaptis ini? Yang terjadi adalah orang itu “telah mengenakan Kristus”. Artinya orang itu mengenakan Kristus seperti seseorang mengenakan jubah, dalam artian tubuhnya dibungkus oleh jubah itu, dengan demikian ketika seseorang dibaptis, dia seolah-olah dibungkus baju baru, jubah baru, dan jubah baru itu adalah Kristus, dan ini mungkin terjadi karena kuasa Roh Kudus. Karena dia dibungkus oleh Kristus yang adalah Anak Allah, maka orang itu juga menjadi anak Allah. Jadi Iman dan Baptisan tak boleh dipisahkan seperti juga yang dikatakan dalam Markus 16:16 itu. Karena melalui baptisan orang itu telah dibungkus oleh Kristus yang telah disalibkan, telah mati, telah dikuburkan dan telah bangkit kembali, maka dalam baptisan itu, orang tersebut juga “telah dibaptis dalam kematianNya”, (Roma 6:3), “telah dikubur bersama-sama dengan Dia oleh baptisan” (Roma 6:4), “menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya” (Roma 6:5), ”manusia lama kita telah turut disalibkan” (Roma 6:6). Dengan kata lain kita telah manunggal/menyatu dengan Kristus dengan segala karya penebusanNya: penyaliban, kematian, penguburan, dan kebangkitanNya. Jadi kita diselamatkan dalam baptisan oleh kebangkitan Kristus sesudah penyaliban, kematian dan penguburanNya, sebagaimana yang dikatakan oleh 1Petrus 3:21 itu. Sekali lagi ajaran Non-Orthodox mengenai baptisan ternyata berbeda dengan ajaran Alkitab yang adalah ajaran Orthodox itu sendiri, berarti mereka tidak berada dalam “satu baptisan” dengan Gereja Orthodox, oleh karena itu bukan “satu tubuh”, maka mereka tak dapat ambil komuni.
Yang terakhir bukti dari “satu Tubuh” itu adalah “satu Allah dan Bapa dari semua” (Efesus 6:6). Pemahaman tentang Allah dalam ajaran Non-Orthodox, seperti sedikit yang telah kita lihat diatas ternyata amat simpang siur, Tritunggalpun tidak jelas, berarti mereka tidak berada dalam keyakinan tentang “satu Allah dan Bapa” yang sama seperti yang diajarkan Iman Orthodox, itulah sebabnya mereka bukan merupakan “satu Tubuh”, dan itulah pula yang menyebabkan mereka tak dapat ambil komuni.
Memang komuni itu adalah “undangan Tuhan sendiri”, namun undangan itu punya syarat, dan syaratnya adalah apa yang telah kita paparkan diatas. Jikalau syaratnya tak dipenuhi, maka orang itu tak akan dapat masuk dalam undangan itu. Hal ini sama dengan perumpamaan Kristus yang terdapat dalam Matius 22:1-13 tentang perumpamaan Perjamuan Kawin. Semua memang diundang dalam pesta itu, tetapi orang yang tak mengenakan pakaian pesta, dicampakkan keluar tidak boleh ambil bagian dalam Perjamuan Pesta itu (Matius 22:11-13). Semoga penjelasan Romo ini menolongmu, anakku.