Gereja Orthodox Oriental & Timur
[by: Fr.Daniel Byantoro]
Date: 18 Oktober 2011
Ketika saya baru tiba memulai pelayanan bagi membawa Gereja Orthodox ke Indonesia, dimana pada saat saya tiba tanggal 8 Juni 1988 itu, yaitu setelah lebih dari 10 tahun meninggalkan tanah air ini, belum ada yang tahu apapun tentang Gereja Orthodox.Pada saat itu banyak orang yang tanda-tanya tentang Gereja Orthodox dan curiga akan keberadaannya serta ada yang menganggap ini aliran baru atau bahkan aliran sesat.
Dengan perjuangan yang tidak mengenal lelah, maka pada akhirnya pelayanan Gereja Orthodox yang saya mulai di Solo itu mendapatkan pengesahan resmi di DEPAG Pusat RI, pada tahun 1991 dimana KAKANWIL-nya saat itu adalah Bapak Sunarto Mertowardoyo, dengan nama "Gereja Orthodox Indonesia". dimana saya sekaligus sebagai Pendiri dan Ketua Umumnya sampai kini.
Gambar Atas: Kidung-Kidung Ibadah Gereja Koptik disertai "kecer/ cymbal" seperti ini untuk mengatur irama kidungan. Ini adalah Saudara Makarios Salib, tuan rumah dari rumah dimana saya tinggal selama beberapa hari ini, sebagai Diaken/Syamas Gereja Koptik.
Pada tahun 1995-an saya bertemu sdr Bambang Noorsena dan Pdt Yusuf Roni. Untuk kira-kira satu tahun kami punya hubungan sangat erat, dan mereka berdua sempat belajar Iman Orthodox dari saya, dan sempat untuk waktu yang singkat menjadi anggota Gereja Orthodox. Pada tahun-tahun itu, bersama saya sdr Bambang Noorsena pergi ke Syria, dan sempat bertemu dengan Patriarkh Gereja Syria dari" Orthodox Oriental", karena sebelumnya kami mau bertemu dengan Patriarkh Gereja Syria dari "Orthodox Timur" tidak bisa bertemu. Karena saya seorang Romo jadi kami diizinkan bertemu dengan Patriarkh Gereja Syria-Oriental ini. Dan karena akhirnya saudara Bambang Noorsena maupun Pdt Yusuf Roni punya rancangannya sendiri, mereka saling terpisah dan keluar dari GOI. Saudara Bambang Noorsena mendirikan YKOS (Yayasan Kenisah Orthodox Syria), Pdt Yusuf Roni mendirikan organisasi gereja Kemah Abraham, mulai saat itu orang menjadi bingung tentang Gereja Orthodox.
Sebelum saya lanjutkan cerita ini, saya hanya ingin mencatat bahwa sore ini hari Senin tnggal 17-10-2011, saya diundang untuk memberi ceramah kepada kelompok pemuda "Coptic Club" di University of Maryland Baltimore County mengenai "ke-Imam-Agung-an Kristus". Yang hadir ternyata bukan hanya mahasiswa Koptik saja (yang termasuk Orthodox Oriental), namun juga mahasiswa dari Gereja Antiokhia (yang termasuk Orthodox Timur). Mengenai apa maksudnya istilah-istilah ini dalam pembahasan kita ini, akan saya jelaskan. Kemarin saya juga mengikuti Liturgi Suci Gereja Koptik yang nanti juga akan saya bagikan pengalaman saya itu disini. Jika demikian apakah yang dimaksud dengan "Oriental" dan "Timur" dari dua keluarga Gereja Orthodox ini. Sebenarnya kata "Oriental" dan kata "Timur" itu artinya sama saja. Memang di masyarakat berkembang suatu penggunaan kata "Oriental" ini secara salah kaprah, dimana kata "Oriental" ini dimaknai sebagai segala sesuatu yang terkait dengan Chinese (Tionghoa). Bagi orang yang hidup di dunia dan berbudaya Barat memang tidak salah menyebut etnis Tionghoa itu sebagai etnis Oriental, karena dari sisi mereka negera Cina memang terletak di Timur. Namun segala sesuatu yang berada di sebelah Timur dari dunia Barat yang awalnya adalah di Eropa, itu dapat disebut Oriental, termasuk Jepang, Korea, Indonesia, bahkan Timur Tengah, karena wilayah itu masih di sebut "Timur" juga, meskipun terletak di bagian "Tengah" dari dunia Timur yang merentang dari Turki ("Timur Dekat", yaitu paling dekat dengan Eropa) sampai "Timur Jauh" , yaitu "Jauh dari Eropa" (Cina, Korea, Jepang, Indonesia). Maka sungguh aneh jika di Indonesia kita menyebut segala sesuatu yang terkait dengan etnis dan budaya Tionghoa sebagai Oriental, karena etnis-etnis dan budaya-budaya yang ada di Indonesiapun adalah etnis dan budaya Oriental juga. Kadang-kadang orang-orang Indonesia ini memang suka latah tanpa memahami maksud kata. Jadi "Oriental" itu maknanya tidak identik dengan Tionghoa, namun bermakna segala sesuatu yang bersifat Timur. Oleh karena itu Gereja Orthodox Oriental bukan berarti Gereja Orthodox "Cina" ataiu Gereja Orthodox "Tionghoa", namun Gereja Orthodox yang ekspresinya dalam budaya Timur, yang dalam hal ini adalah Timur Tengah, termasuk India.
Ketika saya baru tiba memulai pelayanan bagi membawa Gereja Orthodox ke Indonesia, dimana pada saat saya tiba tanggal 8 Juni 1988 itu, yaitu setelah lebih dari 10 tahun meninggalkan tanah air ini, belum ada yang tahu apapun tentang Gereja Orthodox.Pada saat itu banyak orang yang tanda-tanya tentang Gereja Orthodox dan curiga akan keberadaannya serta ada yang menganggap ini aliran baru atau bahkan aliran sesat.
Dengan perjuangan yang tidak mengenal lelah, maka pada akhirnya pelayanan Gereja Orthodox yang saya mulai di Solo itu mendapatkan pengesahan resmi di DEPAG Pusat RI, pada tahun 1991 dimana KAKANWIL-nya saat itu adalah Bapak Sunarto Mertowardoyo, dengan nama "Gereja Orthodox Indonesia". dimana saya sekaligus sebagai Pendiri dan Ketua Umumnya sampai kini.
Gambar Atas: Kidung-Kidung Ibadah Gereja Koptik disertai "kecer/ cymbal" seperti ini untuk mengatur irama kidungan. Ini adalah Saudara Makarios Salib, tuan rumah dari rumah dimana saya tinggal selama beberapa hari ini, sebagai Diaken/Syamas Gereja Koptik.
Pada tahun 1995-an saya bertemu sdr Bambang Noorsena dan Pdt Yusuf Roni. Untuk kira-kira satu tahun kami punya hubungan sangat erat, dan mereka berdua sempat belajar Iman Orthodox dari saya, dan sempat untuk waktu yang singkat menjadi anggota Gereja Orthodox. Pada tahun-tahun itu, bersama saya sdr Bambang Noorsena pergi ke Syria, dan sempat bertemu dengan Patriarkh Gereja Syria dari" Orthodox Oriental", karena sebelumnya kami mau bertemu dengan Patriarkh Gereja Syria dari "Orthodox Timur" tidak bisa bertemu. Karena saya seorang Romo jadi kami diizinkan bertemu dengan Patriarkh Gereja Syria-Oriental ini. Dan karena akhirnya saudara Bambang Noorsena maupun Pdt Yusuf Roni punya rancangannya sendiri, mereka saling terpisah dan keluar dari GOI. Saudara Bambang Noorsena mendirikan YKOS (Yayasan Kenisah Orthodox Syria), Pdt Yusuf Roni mendirikan organisasi gereja Kemah Abraham, mulai saat itu orang menjadi bingung tentang Gereja Orthodox.
Sebelum saya lanjutkan cerita ini, saya hanya ingin mencatat bahwa sore ini hari Senin tnggal 17-10-2011, saya diundang untuk memberi ceramah kepada kelompok pemuda "Coptic Club" di University of Maryland Baltimore County mengenai "ke-Imam-Agung-an Kristus". Yang hadir ternyata bukan hanya mahasiswa Koptik saja (yang termasuk Orthodox Oriental), namun juga mahasiswa dari Gereja Antiokhia (yang termasuk Orthodox Timur). Mengenai apa maksudnya istilah-istilah ini dalam pembahasan kita ini, akan saya jelaskan. Kemarin saya juga mengikuti Liturgi Suci Gereja Koptik yang nanti juga akan saya bagikan pengalaman saya itu disini. Jika demikian apakah yang dimaksud dengan "Oriental" dan "Timur" dari dua keluarga Gereja Orthodox ini. Sebenarnya kata "Oriental" dan kata "Timur" itu artinya sama saja. Memang di masyarakat berkembang suatu penggunaan kata "Oriental" ini secara salah kaprah, dimana kata "Oriental" ini dimaknai sebagai segala sesuatu yang terkait dengan Chinese (Tionghoa). Bagi orang yang hidup di dunia dan berbudaya Barat memang tidak salah menyebut etnis Tionghoa itu sebagai etnis Oriental, karena dari sisi mereka negera Cina memang terletak di Timur. Namun segala sesuatu yang berada di sebelah Timur dari dunia Barat yang awalnya adalah di Eropa, itu dapat disebut Oriental, termasuk Jepang, Korea, Indonesia, bahkan Timur Tengah, karena wilayah itu masih di sebut "Timur" juga, meskipun terletak di bagian "Tengah" dari dunia Timur yang merentang dari Turki ("Timur Dekat", yaitu paling dekat dengan Eropa) sampai "Timur Jauh" , yaitu "Jauh dari Eropa" (Cina, Korea, Jepang, Indonesia). Maka sungguh aneh jika di Indonesia kita menyebut segala sesuatu yang terkait dengan etnis dan budaya Tionghoa sebagai Oriental, karena etnis-etnis dan budaya-budaya yang ada di Indonesiapun adalah etnis dan budaya Oriental juga. Kadang-kadang orang-orang Indonesia ini memang suka latah tanpa memahami maksud kata. Jadi "Oriental" itu maknanya tidak identik dengan Tionghoa, namun bermakna segala sesuatu yang bersifat Timur. Oleh karena itu Gereja Orthodox Oriental bukan berarti Gereja Orthodox "Cina" ataiu Gereja Orthodox "Tionghoa", namun Gereja Orthodox yang ekspresinya dalam budaya Timur, yang dalam hal ini adalah Timur Tengah, termasuk India.
Bagaimana asal mula munculnya istilah Gereja Orthodox "Oriental" dan Gereja Orthodox "Timur" ini kita harus kembali kepada sejarah Gereja Purba. Gereja-Gereja yang sekarang disebut sebagai "Gereja Orthodox Oriental" itu di zaman kuno disebut sebagai Gereja-Gereja "Monopysite/Monofisit" yang dianggap sebagai bidat. Namun sejak tahun 1960-an setelah terjadi dialog antar kedua keluarga Gereja Orthodox itu ternyata tuduhan "Monophysite/Monofisit" itu tidak tepat digunakan untuk mereka, karena mereka juga mengutuk ajaran Monophysite/Monofisit yang dipromosikanm oleh Eutyches dari Konstantinopel, hanya mereka tetap menggunakan rumusan Kristologis yang berbeda dari Rumusan Konsili Khalsedonia yang diakui oleh mayoritas Gereja Timur itu. Sehingga digunakan istilah yang lebih sopan dan tidak menusuk perasaan untuk mereka, yaitu sebagai Gereja Orthodox Oriental, karena artinya juga Gereja Orthodox Timur, namun bagi membedakan keluarga Gereja-Gereja Orthodox yang tidak mengakui hasil Rumusan Kristologis dari Konsili Khalsedonia pada tahun 451 itu, yang mayoritas besar Gereja Orthodox Timur yang mengakuinya, maka mereka disebut sebagai "Gereja Orthodox Oriental".
Gambar Atas: Ini alat musik "Kliningan Segitiga" dalam Gereja Koptik yang fungsinya juga untuk mengatur Irama Kidung. "Kecer/Cymbal" dan "Kliningan Segitiga" inilah satu-satunya alat musik yang digunakan dalam Gereja Koptik, sementara Gereja-Gereja Orthodox lainnya tidak menggunakan alat musik apapun, seperti halnya yang kita jumpai dalam Mesjid Islam.
Sejarahnya adalah begini, Gereja Orthodox Purba, yang juga disebut Gereja Katolik Kuno, itu mempunyai lima pusat yang masing-masing dipimpin oleh seorang Patriarkh ( Gereja Konstantinopel, Gereja Antiokhia dan Gereja Yerusalem) atau Paus (Gereja Roma dan Gereja Alexandria). Patriarkh Roma yang disebut Paus memimpin Gereja-Gereja yang terletak di wilayah Barat dari Kekasiran Romawi (Eropa) sedangkan keempat Patriarkh yang lain (Konstantinopel, Alexandria, Antiokhia, dan Yerusalem) semuanya terletak di wilayah Timur Dekat (Turki) dan Timur Tengah. Dengan demikian mereka memimpin Wilayah Timur dari Kekaisaran Romawi. Demikianlah sejak zaman yang sangat dini itu, Gereja Orthodox Purba atau Katolik Kuno yang satu itu, memiliki Lima Pusat, dengan dua wajah: Barat dan Timur. Jika ada masalah yng menyangkut dogma dan disiplin Gereja, kelima pimpinan dan wilayah Gereja itu, selalu membicarakan secara bersama dalam suatu Konsili (Muktamar Agung Gereja) yang diundang oleh Kaisar, dan hasil yang diputuskan mengikat bagi semua. Gereja Purba, yang saat itu masih bersatu itu telah menghasilkan Tujuh Konsili Ekumenis yang diakui oleh Timur maupun Barat yaitu:
1) Konsili I di Nikea tahun 325 Masehi,
2) Konsili II di Konstantinopel tahun 381,
3) Konsili ke III di Efesus tahun 431,
4) Konsili ke IV tahun 451 di Khalsedon,
5) Konsili V (553),
6) Konsili ke VI (680-681),
7) Konisli ke VII (787).
Keputusan dan Rumusan Konsili-Konsili itu diakui secara bersama dan memiliki otoritas yang mengikat. Gereja Orthodox Timur sangat ketat memegang Rumusan theologis yang dirumuskan dalam Ketujuh Konsili Eumenis itu, sehingga Gereja Orthodox Timur sering disebut sebagai "Gereja Tujuh Konsili Ekumenis". Setelah pecah dari persekutuan dengan kesatuan ke-Empat Patriarkh di Timur pada tahun 1054, Gereja yang telah memisah itu disebut sebagai Gereja Roma Katolik
Pada Konsili Ekumenis (Muktamar Agung Gereja Sejagad) yang ke III di zaman Purba dari Sejarah Gereja Orthodox yang didakan pada tahun 431 Masehi itu, Gereja harus menghadapi bidat Nestorianisme. Sudah sejak abad yang sangat dini Gereja menyebut Sang Perawan Maryam itu sebagai "Theotokos" , namun ketika Nestorius seorang etnis Syria, diangkat menjadi Patriarkh di Konstantinopel dia sangat bersemangat dalam melakukan perlwanan terhadap bidat-bidat, sebegitu semangatnya sampai dia membabat gelar Perawan Maryam sebagai "Theotokos" ( "Yang Memberi Kelahiran kepada Allah", yaitu Allah Sang Firman yang menjkadi manusia) yang sudah lama menjadi tradisi Gereja secara membabi buta sehingga menimbulkan reaksi dari dalam Gereja, dengan akibat diadakannya Konsili Ekumenis ke III di Efesus tahun 431 untuk melawan bidat Nestorianisme ini.
Pada intinya apa yang diajarkan oleh bidat Nestorianisme yang ditentang oleh Gereja Orthodox Purba, dalam menolak gelar Theotokos bagi Maryam, serta hanya mau menerima gelar "Anthropotokos" ( Yang Melahirkan Manusia), atau paling tinggi "Khristotokos" (Yang melahirkan Kristus) bagi Maryam itu, secara sederhana dapat kita katakan; ”Allah tidak punya Ibu. Allah tidak dilahirkan oleh siapapun. Maryam hanya melahirkan manusia biasa saja. Jadi dia itu bukan Bunda Allah, hanya Bunda Yesus saja. Maryam itu Bundanya Manusia atau Bundanya Kristus, bukan Bunda Allah". Maka Maryam hanya mengandung dan melahirkan manusia biasa saja, yang kemudian entah kapan, dan entah bagaimana Firman Allah masuk ke dalam diri Anak Maryam, Yesus, yang hanya manusia biasa itu. Dengan demikian Nestorius memisahkan Pribadi Manusia Anak Maryam dan Pribadi Firman Allah yang kekal. Maka dalam Diri Yesus Kristus, itu ada Dua Pribadi yang berbeda dan terpisah. Maka Allah dan Manusia belum manunggal, jurang pemisah masih ada antara Allah dan manusia, sehingga Yesus tak bisa jadi Pengantara antara Allah dan Manusia, sebagaiman yang dijarkan oleh Alkitab (I Timotius 2:5). Berarti keselamatan itu belum terjadi, karena Inkarnasi Firman Allah menjadi manusia, tidak betul-betul terjadi, sebab Maryam hanya melahirkan Manusia biasa saja. Karena manusia yang terpisah dari Allah itu tak mungkin dapat menyelamatkan manusia yang lain, dan Allah yang terpisah dari manusia tidak akan melaksanakan penebusan. Berarti keselamatan manusialah yang dipertaruhkan dan menjadi permasalahan dari ajaran Nestorianisme ini.
Penyangkalan Nestorianisme atas gelar "Theotokos" bagi Sang Perawan Maryam ini dijawab oleh Janasuci Kyrillos dari Alexandria, seorang etnis Koptik, yang inti jawabannya dapat kita permudah sebagai berikut: ”Percayakah kita sebagai orang Kristen,bahwa Yesus Kristus sebagai Firman Allah yang Menjelma (Yohanes 1:14), dan bahwa Firman itu adalah "Allah" ( Yohanes 1:1)? Kalau memang percaya, apakah ke-Allah-an Yesus sebagai “Firman Allah” itu kekal atau tidak? Jika memang kekal, ketika berada di dalam rahim Maryam, Dia masih memiliki ke-Allah-an yaitu tetap sebagai “Firman Allah” atau tidak? Jika masih memiliki, maka Maryam itu hanya sekedar melahirkan manusia biasa saja, ataukah melahirkan “Allah” yaitu “Firman” yang “adalah Allah” yang menjadi manusia? Jika dia melahirkan “Allah” yaitu “Firman Allah” yang menjadi manusia, maka kemanusiaan dari Anak yang dilahirkannya itu miliknya Allah yaitu “Firman Allah” ini atau bukan? Jika kemanusiaan bayi yang dilahirkan Maria memang milik-Nya Allah yaitu “Firman Allah” yang menjelma ini, berarti Maryam menjadi “Ibu-Nya Allah” yaitu “Ibu-Nya Firman Allah” yang menjelma ini dalam kemanusiaan-Nya atau bukan? Jika demikian, bukankah Maria adalah “Bunda Allah” yaitu “Bunda Firman Allah” dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia?“. Jadi jelas Maryam memang "Theotokos" , bukan hanya sekedar "Anthropotokos' ataupun "Khristotokos".
Jadi memang Maryam bukan “Bunda Allah” Bapa yang tak pernah menjelma menjadi manusia. Sebab Sang Bapa itu kekal tanpa awal maupun akhir, dan tak diperanakkan ataupun beranak. Bukan pula gelar “Bunda Allah” berarti Maryam itu “isterinya” Allah sebagai pasangan dari Allah Sang Bapa. Sebab Allah yang bukan laki-laki, bukan perempuan, bukan banci serta tak berjenis kelamin itu bagaimana memiliki isteri? Lagipula Allah yang ghoib, tak bertubuh jasmani, bersifat Roh murni, bagaimana dapat memiliki pasangan yang kasat-mata, bertubuh jasmani, hanya sekedar makhluk saja? Jadi jelas bahwa Maryam itu memang "Theotokos". Pribadi Firman Allah yang satu itulah di dalam mengambil kemanusiaan dari Rahim Maryam, telah menjadi Anak Maryam, dan dengan demikian Maryam menjadi IbuNya. Itulah sebabnya Maryam bukan disebut sebagai “Allah Sang Ibu” karena dia bukan pasangan ataupun isteri “Allah Sang Bapa”. Karena Maryam itu makhluk dan bukan "Allah", dia bukan ilah wanita dan bukan seorang Dewi. Namun Maria adalah makhluk Allah yang dipilih untuk menjadi “Bunda Allah”, yaitu Bunda “Firman Allah” dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, karena “Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1). Dialah "Theotokos" bukan hanya sekedar "Anthropotokos" atau "Khristotokos" saja. Maka dalam Yesus Kristus bukan ada dua pribadi dan dua kodrat yang terpisah-pisah, namun dalam Yesus Kristus itu ada "Mia Physis Ton Theon Logon Sesarkomeni" ("Satu Kodrat dari Firman Allah yang Menjadi Daging"), demikian tegas Janasuci Kyrillos dari Alexandria. Bunyi Rumusan Kristologis inilah yang dipegang oleh Gereja-Gereja Orthodox Oriental sampai kini. Mereka memang memegang ajaran "Mia Physis", namun bukan "Monophysis". Apa bedanya kedua istilah ini, kita lanjutkan pembahasan kita.
Yesus Kristus disebut Anak Allah, landasannya bukan karena lahirNya tanpa Bapa manusia, seolah-olah Allah itu menjadi suami Maryam dan melahirkan Anak Allah, dengan Maryam sebagai Bunda Allah Anak ini. Landasannya bukan disini. Juga Yesus disebut “Anak Allah” bukanlah dalam wujud kemanusiaan-Nya, namun dalam keberadaan-Nya sebagai Firman (Yohanes 1;14,18). Anak Allah yaitu Firman Allah sudah ada sebelum bayi Yesus lahir dari Perawan Maryam (Yohanes 17:5, 8:56-58). Firman Allah disebut “Anak Allah” karena sejak kekal Dia dikandung di dalam Diri Allah sendiri, sebagai Akal-Budi atau Ilmu Ilahi dan selalu bersama Allah (Yohanes 1:1) yaitu melekat satu dalam Hakekat (Dzat, Essensi) Allah itu. Jadi Allah “mengandung” Firman-Nya sendiri. Dan dari kandungan Hakekat Allah inilah Firman itu “keluar” dari Allah (Yohanes 8:42) ketika diwahyukan dalam diri Allah sendiri dalam kekekalan sebagai “Gambar Allah” (“Cermin Allah” menurut bahasa Tassawuf), ketika diucapkan sebagai Sabda “Kun Faya kun” (“Jadilah maka jadi”, “yehi wa yehi”) saat penciptaan dunia, ketika diturunkan ke dunia menjadi manusia Yesus Kristus saat Inkarnasi. Jadi seolah-olah Firman yang dikandung Allah itu dikeluarkan atau “dilahirkan” oleh Allah di dalam Diri-Nya sendiri. Itulah sebabnya Firman Allah itu secara kata kias disebut sebagai “Anak Allah”. Demikianlah jelas bahwa Allah itu tak diperanakkan maupun beranak apalagi beristeri, sebab yang dimaksud “Anak Allah” adalah “Firman Allah” sendiri yang sejak kekal dikandung dan dikeluarkan oleh Allah sendiri, dan akhirnya diturunkan dan diutus ke dunia dalam wujud manusia Yesus Kristus, lahir dari Perawan Maryam oleh mukjizat Roh Kudus.
Dengan demikian bukan karena lahirnya tanpa Bapa manusia itu, yang menyebabkan Yesus Kristus disebut “Anak Allah”. Kelahiran Yesus oleh Maryam itu bukan permulaan keberadaan-Nya, itu hanya permulaan turun-Nya diatas bumi ini saja. Itulah sebabnya jika Maryam hanya disebut Bunda Yesus saja, berarti Yesus itu hanya manusia biasa, dan tak memiliki ke-Allah-an sebagai Firman Allah yang kekal dan sekarang telah turun ke bumi. Jika begitu sejak kapan Yesus menjadi Allah, sebab ketika lahir dari Maryam Dia bukan Allah, dengan bukti Maryam tak boleh disebut “Theotokos Bunda Allah” untuk menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkannya itu adalah Allah dalam hakekat pribadi kekal-Nya? Jika hanya baru setelah dewasa saja manusia Yesus anak Maryam ini menjadi Allah, apa bedanya dengan agama berhala yang membuat manusia biasa menjadi ilah? Bukankah kalau begitu orang sedemikian ini percaya pada kemungkinan manusia biasa Anak Maryam bisa berkembang menjadi Allah? Apakah bukan berhala dan kemusyrikan ajaran yang sedemikian ini? Dengan demikian Yesus bukan betul-betul Allah namun manusia yang baru kemudian jadi Dewa, karena waktu dalam kandungan Maryam dan waktu dilahirkan Dia bukan Allah, dan tak boleh disebut Allah, sebab Ibunya tak boleh disebut Bunda dari “Allah”. Theotokos yang sedang menjelma menjadi manusia Yesus ini? Atau jika bukan demikian, apakah ke-Allah-an Yesus itu terpisah-pisah dari kemanusiaan-Nya, dimana waktu Dia dikandung serta dilahirkan Maryam, ke-Allah-an itu dalam keadaan terpisah? Dan inilah inti dari ajaran bidat “Nestorianisme” yang ditentang Gereja Orhodox di jaman purba, dalam Konsili Ekumenis ketiga di Efesus tahun 431 Maseh itu. Dan justru gelar “Theotokos” ini dijadikan pagar bagi menjaga ketak-terpisahan Dua-Kodrat Yesus di dalam satu Pribadi itu. Inilah implikasi yang sangat menyesatkan dari penolakan gelar Bunda Allah/Theotokos bagi Maryam itu.
Demikianlah akhirnya ajaran Nestorius ditolak oleh Gereja, Nestorius melarikan diri, lalu banyak para pengikutnya yang melarikan diri karena pemerintah Kerajaan ikut campur tangan secara politik sehingga mereka harus menyingkir. Kebanyakan mereka lari ke Persia. Pada saat itu Gereja Syria Cabang Timur di Persia, yang merupakan wilayah dari Gereja Orthodox Antiokhia, menerima banyak pengikut ajaran Nestorianisme ini, sehingga ketika mereka menyatakan mandiri dari Antiokhia, menjadi Gereja independen, mereka disebut oleh orang di luar mereka sebagai Gereja Nestorian. meskipun Nestorius bukan pendiri Gereja ini. Gereja ini sama purbanya dengan Gereja-Gereja Syria yang lain. Jadi Gereja Nestorian adalah cabang Gereja Syria yang di Timur dan berpusat di Persia. Gereja ini sekarang tinggal beberapa saja pengikutnya, dan Patriarkhnya sekarang berada di Chicago, Amerika Serikat, karena mereka menderita penganiayaan yang luar biasa di Iran/Persia.
Gambar Atas: Ini alat musik "Kliningan Segitiga" dalam Gereja Koptik yang fungsinya juga untuk mengatur Irama Kidung. "Kecer/Cymbal" dan "Kliningan Segitiga" inilah satu-satunya alat musik yang digunakan dalam Gereja Koptik, sementara Gereja-Gereja Orthodox lainnya tidak menggunakan alat musik apapun, seperti halnya yang kita jumpai dalam Mesjid Islam.
Sejarahnya adalah begini, Gereja Orthodox Purba, yang juga disebut Gereja Katolik Kuno, itu mempunyai lima pusat yang masing-masing dipimpin oleh seorang Patriarkh ( Gereja Konstantinopel, Gereja Antiokhia dan Gereja Yerusalem) atau Paus (Gereja Roma dan Gereja Alexandria). Patriarkh Roma yang disebut Paus memimpin Gereja-Gereja yang terletak di wilayah Barat dari Kekasiran Romawi (Eropa) sedangkan keempat Patriarkh yang lain (Konstantinopel, Alexandria, Antiokhia, dan Yerusalem) semuanya terletak di wilayah Timur Dekat (Turki) dan Timur Tengah. Dengan demikian mereka memimpin Wilayah Timur dari Kekaisaran Romawi. Demikianlah sejak zaman yang sangat dini itu, Gereja Orthodox Purba atau Katolik Kuno yang satu itu, memiliki Lima Pusat, dengan dua wajah: Barat dan Timur. Jika ada masalah yng menyangkut dogma dan disiplin Gereja, kelima pimpinan dan wilayah Gereja itu, selalu membicarakan secara bersama dalam suatu Konsili (Muktamar Agung Gereja) yang diundang oleh Kaisar, dan hasil yang diputuskan mengikat bagi semua. Gereja Purba, yang saat itu masih bersatu itu telah menghasilkan Tujuh Konsili Ekumenis yang diakui oleh Timur maupun Barat yaitu:
1) Konsili I di Nikea tahun 325 Masehi,
2) Konsili II di Konstantinopel tahun 381,
3) Konsili ke III di Efesus tahun 431,
4) Konsili ke IV tahun 451 di Khalsedon,
5) Konsili V (553),
6) Konsili ke VI (680-681),
7) Konisli ke VII (787).
Keputusan dan Rumusan Konsili-Konsili itu diakui secara bersama dan memiliki otoritas yang mengikat. Gereja Orthodox Timur sangat ketat memegang Rumusan theologis yang dirumuskan dalam Ketujuh Konsili Eumenis itu, sehingga Gereja Orthodox Timur sering disebut sebagai "Gereja Tujuh Konsili Ekumenis". Setelah pecah dari persekutuan dengan kesatuan ke-Empat Patriarkh di Timur pada tahun 1054, Gereja yang telah memisah itu disebut sebagai Gereja Roma Katolik
Pada Konsili Ekumenis (Muktamar Agung Gereja Sejagad) yang ke III di zaman Purba dari Sejarah Gereja Orthodox yang didakan pada tahun 431 Masehi itu, Gereja harus menghadapi bidat Nestorianisme. Sudah sejak abad yang sangat dini Gereja menyebut Sang Perawan Maryam itu sebagai "Theotokos" , namun ketika Nestorius seorang etnis Syria, diangkat menjadi Patriarkh di Konstantinopel dia sangat bersemangat dalam melakukan perlwanan terhadap bidat-bidat, sebegitu semangatnya sampai dia membabat gelar Perawan Maryam sebagai "Theotokos" ( "Yang Memberi Kelahiran kepada Allah", yaitu Allah Sang Firman yang menjkadi manusia) yang sudah lama menjadi tradisi Gereja secara membabi buta sehingga menimbulkan reaksi dari dalam Gereja, dengan akibat diadakannya Konsili Ekumenis ke III di Efesus tahun 431 untuk melawan bidat Nestorianisme ini.
Pada intinya apa yang diajarkan oleh bidat Nestorianisme yang ditentang oleh Gereja Orthodox Purba, dalam menolak gelar Theotokos bagi Maryam, serta hanya mau menerima gelar "Anthropotokos" ( Yang Melahirkan Manusia), atau paling tinggi "Khristotokos" (Yang melahirkan Kristus) bagi Maryam itu, secara sederhana dapat kita katakan; ”Allah tidak punya Ibu. Allah tidak dilahirkan oleh siapapun. Maryam hanya melahirkan manusia biasa saja. Jadi dia itu bukan Bunda Allah, hanya Bunda Yesus saja. Maryam itu Bundanya Manusia atau Bundanya Kristus, bukan Bunda Allah". Maka Maryam hanya mengandung dan melahirkan manusia biasa saja, yang kemudian entah kapan, dan entah bagaimana Firman Allah masuk ke dalam diri Anak Maryam, Yesus, yang hanya manusia biasa itu. Dengan demikian Nestorius memisahkan Pribadi Manusia Anak Maryam dan Pribadi Firman Allah yang kekal. Maka dalam Diri Yesus Kristus, itu ada Dua Pribadi yang berbeda dan terpisah. Maka Allah dan Manusia belum manunggal, jurang pemisah masih ada antara Allah dan manusia, sehingga Yesus tak bisa jadi Pengantara antara Allah dan Manusia, sebagaiman yang dijarkan oleh Alkitab (I Timotius 2:5). Berarti keselamatan itu belum terjadi, karena Inkarnasi Firman Allah menjadi manusia, tidak betul-betul terjadi, sebab Maryam hanya melahirkan Manusia biasa saja. Karena manusia yang terpisah dari Allah itu tak mungkin dapat menyelamatkan manusia yang lain, dan Allah yang terpisah dari manusia tidak akan melaksanakan penebusan. Berarti keselamatan manusialah yang dipertaruhkan dan menjadi permasalahan dari ajaran Nestorianisme ini.
Penyangkalan Nestorianisme atas gelar "Theotokos" bagi Sang Perawan Maryam ini dijawab oleh Janasuci Kyrillos dari Alexandria, seorang etnis Koptik, yang inti jawabannya dapat kita permudah sebagai berikut: ”Percayakah kita sebagai orang Kristen,bahwa Yesus Kristus sebagai Firman Allah yang Menjelma (Yohanes 1:14), dan bahwa Firman itu adalah "Allah" ( Yohanes 1:1)? Kalau memang percaya, apakah ke-Allah-an Yesus sebagai “Firman Allah” itu kekal atau tidak? Jika memang kekal, ketika berada di dalam rahim Maryam, Dia masih memiliki ke-Allah-an yaitu tetap sebagai “Firman Allah” atau tidak? Jika masih memiliki, maka Maryam itu hanya sekedar melahirkan manusia biasa saja, ataukah melahirkan “Allah” yaitu “Firman” yang “adalah Allah” yang menjadi manusia? Jika dia melahirkan “Allah” yaitu “Firman Allah” yang menjadi manusia, maka kemanusiaan dari Anak yang dilahirkannya itu miliknya Allah yaitu “Firman Allah” ini atau bukan? Jika kemanusiaan bayi yang dilahirkan Maria memang milik-Nya Allah yaitu “Firman Allah” yang menjelma ini, berarti Maryam menjadi “Ibu-Nya Allah” yaitu “Ibu-Nya Firman Allah” yang menjelma ini dalam kemanusiaan-Nya atau bukan? Jika demikian, bukankah Maria adalah “Bunda Allah” yaitu “Bunda Firman Allah” dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia?“. Jadi jelas Maryam memang "Theotokos" , bukan hanya sekedar "Anthropotokos' ataupun "Khristotokos".
Jadi memang Maryam bukan “Bunda Allah” Bapa yang tak pernah menjelma menjadi manusia. Sebab Sang Bapa itu kekal tanpa awal maupun akhir, dan tak diperanakkan ataupun beranak. Bukan pula gelar “Bunda Allah” berarti Maryam itu “isterinya” Allah sebagai pasangan dari Allah Sang Bapa. Sebab Allah yang bukan laki-laki, bukan perempuan, bukan banci serta tak berjenis kelamin itu bagaimana memiliki isteri? Lagipula Allah yang ghoib, tak bertubuh jasmani, bersifat Roh murni, bagaimana dapat memiliki pasangan yang kasat-mata, bertubuh jasmani, hanya sekedar makhluk saja? Jadi jelas bahwa Maryam itu memang "Theotokos". Pribadi Firman Allah yang satu itulah di dalam mengambil kemanusiaan dari Rahim Maryam, telah menjadi Anak Maryam, dan dengan demikian Maryam menjadi IbuNya. Itulah sebabnya Maryam bukan disebut sebagai “Allah Sang Ibu” karena dia bukan pasangan ataupun isteri “Allah Sang Bapa”. Karena Maryam itu makhluk dan bukan "Allah", dia bukan ilah wanita dan bukan seorang Dewi. Namun Maria adalah makhluk Allah yang dipilih untuk menjadi “Bunda Allah”, yaitu Bunda “Firman Allah” dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, karena “Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1). Dialah "Theotokos" bukan hanya sekedar "Anthropotokos" atau "Khristotokos" saja. Maka dalam Yesus Kristus bukan ada dua pribadi dan dua kodrat yang terpisah-pisah, namun dalam Yesus Kristus itu ada "Mia Physis Ton Theon Logon Sesarkomeni" ("Satu Kodrat dari Firman Allah yang Menjadi Daging"), demikian tegas Janasuci Kyrillos dari Alexandria. Bunyi Rumusan Kristologis inilah yang dipegang oleh Gereja-Gereja Orthodox Oriental sampai kini. Mereka memang memegang ajaran "Mia Physis", namun bukan "Monophysis". Apa bedanya kedua istilah ini, kita lanjutkan pembahasan kita.
Yesus Kristus disebut Anak Allah, landasannya bukan karena lahirNya tanpa Bapa manusia, seolah-olah Allah itu menjadi suami Maryam dan melahirkan Anak Allah, dengan Maryam sebagai Bunda Allah Anak ini. Landasannya bukan disini. Juga Yesus disebut “Anak Allah” bukanlah dalam wujud kemanusiaan-Nya, namun dalam keberadaan-Nya sebagai Firman (Yohanes 1;14,18). Anak Allah yaitu Firman Allah sudah ada sebelum bayi Yesus lahir dari Perawan Maryam (Yohanes 17:5, 8:56-58). Firman Allah disebut “Anak Allah” karena sejak kekal Dia dikandung di dalam Diri Allah sendiri, sebagai Akal-Budi atau Ilmu Ilahi dan selalu bersama Allah (Yohanes 1:1) yaitu melekat satu dalam Hakekat (Dzat, Essensi) Allah itu. Jadi Allah “mengandung” Firman-Nya sendiri. Dan dari kandungan Hakekat Allah inilah Firman itu “keluar” dari Allah (Yohanes 8:42) ketika diwahyukan dalam diri Allah sendiri dalam kekekalan sebagai “Gambar Allah” (“Cermin Allah” menurut bahasa Tassawuf), ketika diucapkan sebagai Sabda “Kun Faya kun” (“Jadilah maka jadi”, “yehi wa yehi”) saat penciptaan dunia, ketika diturunkan ke dunia menjadi manusia Yesus Kristus saat Inkarnasi. Jadi seolah-olah Firman yang dikandung Allah itu dikeluarkan atau “dilahirkan” oleh Allah di dalam Diri-Nya sendiri. Itulah sebabnya Firman Allah itu secara kata kias disebut sebagai “Anak Allah”. Demikianlah jelas bahwa Allah itu tak diperanakkan maupun beranak apalagi beristeri, sebab yang dimaksud “Anak Allah” adalah “Firman Allah” sendiri yang sejak kekal dikandung dan dikeluarkan oleh Allah sendiri, dan akhirnya diturunkan dan diutus ke dunia dalam wujud manusia Yesus Kristus, lahir dari Perawan Maryam oleh mukjizat Roh Kudus.
Dengan demikian bukan karena lahirnya tanpa Bapa manusia itu, yang menyebabkan Yesus Kristus disebut “Anak Allah”. Kelahiran Yesus oleh Maryam itu bukan permulaan keberadaan-Nya, itu hanya permulaan turun-Nya diatas bumi ini saja. Itulah sebabnya jika Maryam hanya disebut Bunda Yesus saja, berarti Yesus itu hanya manusia biasa, dan tak memiliki ke-Allah-an sebagai Firman Allah yang kekal dan sekarang telah turun ke bumi. Jika begitu sejak kapan Yesus menjadi Allah, sebab ketika lahir dari Maryam Dia bukan Allah, dengan bukti Maryam tak boleh disebut “Theotokos Bunda Allah” untuk menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkannya itu adalah Allah dalam hakekat pribadi kekal-Nya? Jika hanya baru setelah dewasa saja manusia Yesus anak Maryam ini menjadi Allah, apa bedanya dengan agama berhala yang membuat manusia biasa menjadi ilah? Bukankah kalau begitu orang sedemikian ini percaya pada kemungkinan manusia biasa Anak Maryam bisa berkembang menjadi Allah? Apakah bukan berhala dan kemusyrikan ajaran yang sedemikian ini? Dengan demikian Yesus bukan betul-betul Allah namun manusia yang baru kemudian jadi Dewa, karena waktu dalam kandungan Maryam dan waktu dilahirkan Dia bukan Allah, dan tak boleh disebut Allah, sebab Ibunya tak boleh disebut Bunda dari “Allah”. Theotokos yang sedang menjelma menjadi manusia Yesus ini? Atau jika bukan demikian, apakah ke-Allah-an Yesus itu terpisah-pisah dari kemanusiaan-Nya, dimana waktu Dia dikandung serta dilahirkan Maryam, ke-Allah-an itu dalam keadaan terpisah? Dan inilah inti dari ajaran bidat “Nestorianisme” yang ditentang Gereja Orhodox di jaman purba, dalam Konsili Ekumenis ketiga di Efesus tahun 431 Maseh itu. Dan justru gelar “Theotokos” ini dijadikan pagar bagi menjaga ketak-terpisahan Dua-Kodrat Yesus di dalam satu Pribadi itu. Inilah implikasi yang sangat menyesatkan dari penolakan gelar Bunda Allah/Theotokos bagi Maryam itu.
Demikianlah akhirnya ajaran Nestorius ditolak oleh Gereja, Nestorius melarikan diri, lalu banyak para pengikutnya yang melarikan diri karena pemerintah Kerajaan ikut campur tangan secara politik sehingga mereka harus menyingkir. Kebanyakan mereka lari ke Persia. Pada saat itu Gereja Syria Cabang Timur di Persia, yang merupakan wilayah dari Gereja Orthodox Antiokhia, menerima banyak pengikut ajaran Nestorianisme ini, sehingga ketika mereka menyatakan mandiri dari Antiokhia, menjadi Gereja independen, mereka disebut oleh orang di luar mereka sebagai Gereja Nestorian. meskipun Nestorius bukan pendiri Gereja ini. Gereja ini sama purbanya dengan Gereja-Gereja Syria yang lain. Jadi Gereja Nestorian adalah cabang Gereja Syria yang di Timur dan berpusat di Persia. Gereja ini sekarang tinggal beberapa saja pengikutnya, dan Patriarkhnya sekarang berada di Chicago, Amerika Serikat, karena mereka menderita penganiayaan yang luar biasa di Iran/Persia.
Demikianlah setelah Gereja Orthodox Purba itu membeberkan dengan gamblang mengapa gelar "Theotokos" itu diperlukan bagi menjaga "Kemanusiaan" ( tokos = yang lahir) dan "Keilahian" ("theo" = Allah) yang manunggal dalam Satu Pribadi di dalam Yesus Kristus , agar keselamatan manusia dijaga integritasnya itu, maka Nestorianisme tak bisa diterima dalam ajaran Gereja Rasuliah yang Orthodox itu.
Namun sayang, bahwa ungkapan Janasuci Kyrillos dari Alexandria "Mia Phyisis Ton Theon Logon Sesarkomeni" ini, oleh seorang Rahib etnis Yunani dari Konstantinopel: Eutyches, ditafsirkan secara ekstrim, dimana kata "Mia" yang artinya "Satu" itu ditafsirkan oleh dia menjadi "Monos" artinya "Satu-Satunya". Dalam ajaran Janasuci Kyrillos, "Logos/Logos - Firman" itu mempunyai "Satu Kodrat" ("Mia Physis"), namun ini satu kodrat yang bersifat ganda yaitu "Theon = Allah" dan "Sarkos = Daging"(Sesarkomeni) yang manunggal/ men-satu ("Mia = satu") tanpa dapat dipisahkan atau dibagi-bagi lagi.
Namun sayang, bahwa ungkapan Janasuci Kyrillos dari Alexandria "Mia Phyisis Ton Theon Logon Sesarkomeni" ini, oleh seorang Rahib etnis Yunani dari Konstantinopel: Eutyches, ditafsirkan secara ekstrim, dimana kata "Mia" yang artinya "Satu" itu ditafsirkan oleh dia menjadi "Monos" artinya "Satu-Satunya". Dalam ajaran Janasuci Kyrillos, "Logos/Logos - Firman" itu mempunyai "Satu Kodrat" ("Mia Physis"), namun ini satu kodrat yang bersifat ganda yaitu "Theon = Allah" dan "Sarkos = Daging"(Sesarkomeni) yang manunggal/ men-satu ("Mia = satu") tanpa dapat dipisahkan atau dibagi-bagi lagi.
Gambar Kanan: Inilah Roti yang digunakan untuk Perjamuan Kudus yang dalam Gereja Koptik disebut "Kurban". Dalam Gereja Orthodox Timur bentuk Roti ini sama hanya meterai yang ada di atas permukaan Roti itu agak berbeda. Dalam Gereja Timur terutama tradisi Yunani yang juga diikuti dalam Gereja Orthodox Indonesia, Roti ini disebut Prosphora, yang artinya "Persembahan" dalam arti "Kurban " juga. Roti tak bisa dibeli di toko, tetapi harus dibuat oleh umat secara bergilir sebagai Persembahan mereka, karena membuatnya memerlukan cara khusus, doa dan puasa.
Eutyches menekankan bahwa karena Kuasa Yang Ilahi itu jauh lebih besar dari kuasa yang Manusiawi, maka dalam panunggalan antara kedua kodrat itu dalam Kristus, kemanusiaan Kristus ditelan dan tenggelam dalam Kodrat IlahiNya, sehingga sekarang "SATU-SATUNYA" ("Monos") "KODRAT" ("Physis") yang ada pada Kristus sesudah pemuliaanNya itu adalah Kodrat Ilahi saja. Jadi menurut Eutyches Kristus itu hanya Allah saja, tidak punya sifat manusia lagi. Inilah inti dari ajaran bidat "Monophysitisme" itu. (dilanjutkan)
Eutyches menekankan bahwa karena Kuasa Yang Ilahi itu jauh lebih besar dari kuasa yang Manusiawi, maka dalam panunggalan antara kedua kodrat itu dalam Kristus, kemanusiaan Kristus ditelan dan tenggelam dalam Kodrat IlahiNya, sehingga sekarang "SATU-SATUNYA" ("Monos") "KODRAT" ("Physis") yang ada pada Kristus sesudah pemuliaanNya itu adalah Kodrat Ilahi saja. Jadi menurut Eutyches Kristus itu hanya Allah saja, tidak punya sifat manusia lagi. Inilah inti dari ajaran bidat "Monophysitisme" itu. (dilanjutkan)