Damai Sejahtera [by: Fr.Daniel Byantoro]
Date: 19 November 2010
Filipi 4:4-7 “ Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Semua orang ingin mendapatkan damai. Tidak ada seorangpun ingin hidupnya selalu dalam gonjang-ganjing dan ada dalam gejolak terus-menerus, hidup tanpa damai adalah hidup yang menderita dan penuh kesengsaraan. Bayangkan saja jikalau Negara kita ini perang terus-menerus, kacau tiada henti. Kita merasa tidak aman dimanapun kita tinggal, kita akan merasa takut kemanapun kita pergi. Demikian juga kalau hati kita penuh gejolak dan kegelisahan, hidup ini tak akan nyaman, hidup ini tak akan tenang, dan hidup ini tak akan bahagia.
Damai itu yang amat kita butuhkan. Itulah sebabnya didalam setiap Liturgi Suci sebelum doa-d0a yang lain kita diajak oleh Romo Presbyter untuk mengucapkan doa: ”Dengan Damai Sejahtera mari kita berdoa kepada Tuhan..Bagi damai yang dari atas…. Mari kita berdoa kepada Tuhan”. Jadi damai dalam batin harus mendahului segala sesuatu sebelum kita melaksanakan pekerjaan apapun, dan damai itu harus merupakan syarat utama jika kita menghendaki hidup bahagia dalam rumah tangga. Bayangkan alangkah menyiksanya jika kehidupan suatu rumah tangga isinya hanya pertengkaran dan perkelahian setiap hari. Rumah itu akan serasa neraka. Namun damai itu tak datang begitu saja. Damai itu pilihan kita, sama seperti kekacaun dan kesesakan itu juga kita yang memilih. Damai itu tak akan datang jika kita tak memiliki sukacita dalam hati kita. Oleh karena itu Kitab Suci diatas mengingatkan kita “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”. Hanya jika kita memilih untuk bersuka cita dalam Tuhan, yaitu bersukacita karena rahmat Allah yang telah dilimpahkan kepada kita saja, maka kita akan dapat menemukan damai itu. Itulah sebabnya kita perlu banyak merenungkan karya-karya Allah dalam hidup kita, terutama karya keselamatan, karya pengampunan dosa, karya penebusan, karya pembenaran oleh iman, dan semua karya-karya lain yang Allah telah lakukan buat kita, sehingga kita mempunyai hati yang bersyukur, dengan hati yang selalu bersyukur dalam keadaan apapun, maka kita memiliki sukacita. Jika kita isinya hanya mengeluh, menyalahkan, menggerutu, tiada rasa terima kasih sedikitpun, maka yang ada dalam diri kita hanya kesempitan hati dan kesempitan batin, sehingga tiada sukacita dan tiada damai. Itulah sebabnya dikatakan selanjutnya: ”Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!“ Artinya sikap luar kita harus mencerminkan apa yang di dalam hati kita, apa yang baik, apa yang positif, apa yang membangun, apa yang menguatkan. Kita harus berusaha untuk menjadikan sikap batin dan pikiran yang positif menjadi wujud nyata dalam kehidupan kita sehari-hari yang dapat diperhatikan orang lain, dengan menyadari bahwa Tuhan itu sudah dekat, sedang dekat, akan dekat dan selalu dekat dengan kita, Sehingga apapun yang terjadi atas kita tak ada satupun yang tanpa sepengetahuanNya dan tanpa seizinNya. Menyadari akan hal ini, maka hati kita akan menumbuhkan iman yang cukup untuk mempercayakan diri kita kepada Allah dengan iman yang cukup bahwa setiap apapun yang kita doakan akan mendapat jawabanNya, sebab Dia itu dekat.
Dengan meyakini “dekatNya Tuhan” maka kita diperintahkan : ”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” “Rasa Khawatir” itu adalah racun yang menggerogoti iman dan keteguhan batin kita. Kita harus gantikan rasa khawatir itu dengan iman yang yang kokoh kepada Allah yang “sudah dekat” pada kita, sehingga “apapun juga” yang membuat kita khawatir dan ketakutan akan dimusnahkan oleh keyakinan bahwa Allah itu jauh lebih besar dari masalah-masalah yang kita miliki. Untuk menghilangkan rasa khawatir dan memunculkan rasa yakin dan iman yang mendalam, diajarkan oleh Kitab Suci ini, agar jika kita memiliki rasa takut dan khawatir serta memiliki keinginan apapun “nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” “Nyatakanlah kepada Allah”, jangan disimpan di dalam batin sendiri, nanti tambah stress , nanti tambah tertekan. Beritahukan masalahmu pada Allah, karena Dia itu “sudah dekat” Selalulah kita bersikap “dalam doa dan permohonan” meskipun jika jawaban Allah tidak secepat yang kita inginkan datangnya. Dalam segala sesuatu kita harus lakukan itu “dengan ucapan syukur.”
Dengan adanya percaya, keterbukaan kepada Allah, dan ucapan syukur dalam segala hal, maka beban-beban dalam batin akan terbuka, sehingga sukacita itu akan muncul. Jadi sukacita itu adalah pilihan dan sikap kita sendiri. Ini harus menjadi gaya hidup kita setiap hari. Dan jika gaya hidup seperti ini sudah mengakar di dalam diri kita, maka damai yang kita harapkan itu akan menampakkan dirinya dalam kita. Inilah dampak yang dihasilkan oleh gaya hidup seperti itu, ”Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”. Damai sejahtera Allah ini akan membentengi kita dari pikiran-pikiran bergejolak dan perasaan-perasaan yang menyesakkan. Kita akan mampu untuk meletakkan kekhawatiran-kekhawatiran kita dalam kehidupan baik yang kecil maupun yang besar, karena “Allah tak pernah tidur” dan selalu mendengarkan dan memperhatikan kita. Sudahkah saudara-saudara bersukacita, mengucapkan syukur dalam segala hal, dan memiliki iman yang memenuhi hati yang tahu akan damai sejahtera Allah ini? Saudara-saudari, tak ada sesuatupun yang membuat Allah terkejut dan heran. Dia tahu sebelum datangnya apa saja yang bersifat buruk atau baik dalam hidup saudara. Dia telah mengerjakan jawabannya untuk saudara, untuk itu bersyukurlah dan bersukacitalah dalam kasihNya yang besar buat saudara. Amin.
Filipi 4:4-7 “ Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Semua orang ingin mendapatkan damai. Tidak ada seorangpun ingin hidupnya selalu dalam gonjang-ganjing dan ada dalam gejolak terus-menerus, hidup tanpa damai adalah hidup yang menderita dan penuh kesengsaraan. Bayangkan saja jikalau Negara kita ini perang terus-menerus, kacau tiada henti. Kita merasa tidak aman dimanapun kita tinggal, kita akan merasa takut kemanapun kita pergi. Demikian juga kalau hati kita penuh gejolak dan kegelisahan, hidup ini tak akan nyaman, hidup ini tak akan tenang, dan hidup ini tak akan bahagia.
Damai itu yang amat kita butuhkan. Itulah sebabnya didalam setiap Liturgi Suci sebelum doa-d0a yang lain kita diajak oleh Romo Presbyter untuk mengucapkan doa: ”Dengan Damai Sejahtera mari kita berdoa kepada Tuhan..Bagi damai yang dari atas…. Mari kita berdoa kepada Tuhan”. Jadi damai dalam batin harus mendahului segala sesuatu sebelum kita melaksanakan pekerjaan apapun, dan damai itu harus merupakan syarat utama jika kita menghendaki hidup bahagia dalam rumah tangga. Bayangkan alangkah menyiksanya jika kehidupan suatu rumah tangga isinya hanya pertengkaran dan perkelahian setiap hari. Rumah itu akan serasa neraka. Namun damai itu tak datang begitu saja. Damai itu pilihan kita, sama seperti kekacaun dan kesesakan itu juga kita yang memilih. Damai itu tak akan datang jika kita tak memiliki sukacita dalam hati kita. Oleh karena itu Kitab Suci diatas mengingatkan kita “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”. Hanya jika kita memilih untuk bersuka cita dalam Tuhan, yaitu bersukacita karena rahmat Allah yang telah dilimpahkan kepada kita saja, maka kita akan dapat menemukan damai itu. Itulah sebabnya kita perlu banyak merenungkan karya-karya Allah dalam hidup kita, terutama karya keselamatan, karya pengampunan dosa, karya penebusan, karya pembenaran oleh iman, dan semua karya-karya lain yang Allah telah lakukan buat kita, sehingga kita mempunyai hati yang bersyukur, dengan hati yang selalu bersyukur dalam keadaan apapun, maka kita memiliki sukacita. Jika kita isinya hanya mengeluh, menyalahkan, menggerutu, tiada rasa terima kasih sedikitpun, maka yang ada dalam diri kita hanya kesempitan hati dan kesempitan batin, sehingga tiada sukacita dan tiada damai. Itulah sebabnya dikatakan selanjutnya: ”Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!“ Artinya sikap luar kita harus mencerminkan apa yang di dalam hati kita, apa yang baik, apa yang positif, apa yang membangun, apa yang menguatkan. Kita harus berusaha untuk menjadikan sikap batin dan pikiran yang positif menjadi wujud nyata dalam kehidupan kita sehari-hari yang dapat diperhatikan orang lain, dengan menyadari bahwa Tuhan itu sudah dekat, sedang dekat, akan dekat dan selalu dekat dengan kita, Sehingga apapun yang terjadi atas kita tak ada satupun yang tanpa sepengetahuanNya dan tanpa seizinNya. Menyadari akan hal ini, maka hati kita akan menumbuhkan iman yang cukup untuk mempercayakan diri kita kepada Allah dengan iman yang cukup bahwa setiap apapun yang kita doakan akan mendapat jawabanNya, sebab Dia itu dekat.
Dengan meyakini “dekatNya Tuhan” maka kita diperintahkan : ”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” “Rasa Khawatir” itu adalah racun yang menggerogoti iman dan keteguhan batin kita. Kita harus gantikan rasa khawatir itu dengan iman yang yang kokoh kepada Allah yang “sudah dekat” pada kita, sehingga “apapun juga” yang membuat kita khawatir dan ketakutan akan dimusnahkan oleh keyakinan bahwa Allah itu jauh lebih besar dari masalah-masalah yang kita miliki. Untuk menghilangkan rasa khawatir dan memunculkan rasa yakin dan iman yang mendalam, diajarkan oleh Kitab Suci ini, agar jika kita memiliki rasa takut dan khawatir serta memiliki keinginan apapun “nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” “Nyatakanlah kepada Allah”, jangan disimpan di dalam batin sendiri, nanti tambah stress , nanti tambah tertekan. Beritahukan masalahmu pada Allah, karena Dia itu “sudah dekat” Selalulah kita bersikap “dalam doa dan permohonan” meskipun jika jawaban Allah tidak secepat yang kita inginkan datangnya. Dalam segala sesuatu kita harus lakukan itu “dengan ucapan syukur.”
Dengan adanya percaya, keterbukaan kepada Allah, dan ucapan syukur dalam segala hal, maka beban-beban dalam batin akan terbuka, sehingga sukacita itu akan muncul. Jadi sukacita itu adalah pilihan dan sikap kita sendiri. Ini harus menjadi gaya hidup kita setiap hari. Dan jika gaya hidup seperti ini sudah mengakar di dalam diri kita, maka damai yang kita harapkan itu akan menampakkan dirinya dalam kita. Inilah dampak yang dihasilkan oleh gaya hidup seperti itu, ”Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”. Damai sejahtera Allah ini akan membentengi kita dari pikiran-pikiran bergejolak dan perasaan-perasaan yang menyesakkan. Kita akan mampu untuk meletakkan kekhawatiran-kekhawatiran kita dalam kehidupan baik yang kecil maupun yang besar, karena “Allah tak pernah tidur” dan selalu mendengarkan dan memperhatikan kita. Sudahkah saudara-saudara bersukacita, mengucapkan syukur dalam segala hal, dan memiliki iman yang memenuhi hati yang tahu akan damai sejahtera Allah ini? Saudara-saudari, tak ada sesuatupun yang membuat Allah terkejut dan heran. Dia tahu sebelum datangnya apa saja yang bersifat buruk atau baik dalam hidup saudara. Dia telah mengerjakan jawabannya untuk saudara, untuk itu bersyukurlah dan bersukacitalah dalam kasihNya yang besar buat saudara. Amin.