Betulkah Umat Orthodox Menyembah Arwah?
[by: Fr.Yohanes Bambang]
Date: 02 Juni 2010
Minggu lalu telah kita rayakan Hari Raya Pentakosta dimana Roh Kudus turun untuk memberikan kehidupan baru kepada manusia yaitu: kehidupan Kebangkitan di dalam Kristus yang membawa kita pada kekudusan. Bacaan kita kali ini menceritakan tentang deretan orang-orang yang oleh iman telah menjadi pahlawan-pahlawan rohani dalam Sejarah Gereja di dalam melawan dosa, Iblis, dan aniaya dunia (Ibr 11:32-40). Mereka sekarang dikatakan sebagai “banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita” (Ibr 12:1). Yang berarti bahwa mereka ini masih hidup di sekeliling kita untuk menyaksikan perjuangan kita dalam perjuangan iman yang sama seperti yang mereka alami yaitu “Mengakui Kristus didepan manusia” (Matius 10:32), mengasihi Kristus lebih dari pada mengasihi sanak dan keluarganya (Matius 10:37), “memikul salib” dan “kehilangan nyawa” bagi Kristus (Matius 10:39).
Melalui perjuangan iman yang seperti itulah, Roh Kudus berkarya lebih dahsyat dalam hidup mereka, sehingga mereka mencapai pengudusan sempurna dan tetap hidup bersama Kristus untuk “menjadi saksi bagaikan awan yang mengelilingi kita ini”. Berarti mereka tahu keberadaan kita dibumi, karena mereka telah mencapai “Theosis” atau “Telah ambil bagian dalam kodrat Illahi” (2Pet 1:4). Itulah buah para orang kudus Gereja. Memperingati mereka berarti memperingati karya nyata Roh Kudus dalam kehidupan Gereja yang telah menyucikan anggota-anggotanya. Berbicara tentang orang-orang kudus ini, sering menjadi batu sandungan dan penolakan bagi sementara saudara-saudara Protestan. Penolakan ini diakibatkan oleh reaksi mereka terhadap penyelewengan Gereja Roma Katolik pada waktu munculnya Gerakan Reformasi Protestan.
Pada saat munculnya Gereja Reformasi Protestan di Eropa barat, Gereja Roma katolik memang sedang jatuh kepada zaman kegelapan, dimana banyak praktek-praktek takhayul dan bahkan mungkin praktek-praktek kafir menyusup kedalamnya. Diantaranya adalah penghormatan terhadap orang-orang kudus yang melebihi batas yang seharusnya. Sikap mereka terhadap orang-orang kudus itu tak banyak berbeda dari sikap orang-orang kafir Eropa sebelum menjadi Kristen, terhadap dewa-dewa mereka. Dan karena inilah mungkin timbul fitnah terhadap Gereja Orthodox sebagai yang “menyembah arwah-arwah” (yang jelas tak mungkin dilakukan orang orthodox karena ajaran Tauhidnya yang kokoh) dan minta “perlindungan pada orang-orang kudus”, yang merupakan fitnahan yang salah alamat, karena fenomena luar yang kelihatan sama di Gereja Orthodox, dianggap isinya dan prakteknyapun sama pula seperti yang terdapat dalam Gereja Roma Katolik.
Pada Zaman itu Umat Katolik Roma mempercayai bahwa masing-masing orang kudus itu diserahi kekuasaan sendiri-sendiri. Misalnya: Santo Kristofer sebagai penjaga orang dalam perjalanan. Dengan demikian orang lebih banyak berdoa kepada santo-santo daripada kepada Allah. Bahkan Lutherpun sebelum mengadakan Gerakan Protestan ketika mendengar guruh yang menakutkan, mengatakan : “Santa Anna, tolonglah saya”. Ini disebabkan adanya keyakinan tentang “Santo Pelindung” , namun ini bukanlah istilah dan bukan ide Orthodox. Akibat dari ini semua akhirnya umat Protestan mengatakan bahwa kita semua orang Kristen yang masih hidup inilah orang-orang kudus, tidak ada orang-orang kudus yang sudah mati itu, dan kita tak perlu menghormati mereka. Itulah reaksi terhadap Gereja Roma katolik.
Namun sikap Gereja Orthodox mengenai hal ini berbeda baik dari Gereja Roma katolik maupun reaksi dari Gereja Protestan terhadapnya. Iman Kristen Orthodox menegaskan sebagaimana yang dikatakan oleh Alkitab, bahwa Gereja itulah orang-orang kudus itu sendiri, sebagaimana yang dikatakan “….jemaat (Gereja) Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus di seluruh Akhaya (yaitu Propinsi Akhaya dimana kota Korintus itu berada)…..” (2Kor 1:1), serta: ”…..semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat (Episkop) dan diaken” (Fil 1:1), dan lain-lain. Gereja adalah sebagai persekutuan orang-orang kudus, karena mereka yang masuk kedalamnya itu telah dikuduskan terlebih dahulu di dalam Kristus Yesus dan Roh Kristus, yaitu melalui Sakramen baptisan untuk manunggal dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Rom 6:3-11) danKrisma yaitu pengurapan dan penumpangan tangan untuk menerima Roh Kudus (Kis 8 : 14-17, l Yoh 2:27, Ef 1:13, 11 Kor 1:21-22), seperti halnya yang ditandaskan oleh Js. Paulus dalam suratnya: ”Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus (Pada saat baptisan) dan dalam Roh Allah kita (pada saat Krisma yang diberikan langsung setelah keluar dari air baptisan)” (1Kor 6:11). Namun kekudusan yang kita miliki sebagai anggota Gereja Kristus yang Orthodox itu, adalah kekudusan dalam posisi saja sebagai umat Allah secara bersama yaitu Gereja, belum kekudusan dalam realita bagi masing-masing pribadi kita, karena meskipun kita telah disebut sebagai “orang-orang kudus” secara bersama sebagai bagian dari Gereja yaitu “Tubuh Kristus” yang memang kudus, kita masih diperintahkan “saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah” (2Kor 7:1). Jadi secara pribadi orang per orang kekudusan kita memang belum sempurna, kita belum menjadi “orang kudus” dalam realita, karena kita masih tunduk pada pencemaran jasmani dan rohani.
Kita disebut orang-orang kudus karena kita menyatu dengan kekudusan Tubuh Kristus yaitu Gereja, yang memang kudus, karena Sakramen-Sakramennya yang menguduskan oleh kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalamnya, oleh ajaran dan beritanya yang menguduskan, dan oleh kehadiran orang-orang kudusnya yang selalu muncul di sepanjang sejarahnya selama dua ribu tahun ini. Jika kita sebagai Gereja yang sedang berjuang ini sudah disebut sebagai “orang-orang kudus” meskipun kita masih diperintah untuk “menyempurnakan kekudusan” dalam takut akan Allah, maka jelas bahwa “jemaat (Gereja) anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga ”yaitu roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna” (Ibr 12:23) itu adalah memang orang kudus dalam realita dan dalam arti yang sebenarnya. Karena mereka telah disebut sebagai “orang benar” dan “telah menjadi sempurna”. Mereka itu bukan hantu, bukan arwah dan tidak disembah. Mereka itu adalah anggota Gereja, yaitu “jemaat anak-anak sulung yang namanya terdaftar di sorga”. Karena Gereja adalah satu seperti yang telah kita singgung diatas, maka mereka ini adalah anggota kita, dan kita anggota mereka, dengan demikian tak ada perpisahan dan perpecahan dalam persekutuan orang-orang kudus itu. Karena Alkitab memerintahkan kita untuk mengingat pemimpin-pemimpin yang telah ber”akhir hidup” ini, dan untuk mencontoh iman mereka (Ibr 13:7), maka taat kepada Perintah Alkitab itulah, peringatan akan mereka ini diadakan, penghormatan kepada karya mereka dilakukan, serta kisah hidup mereka dibacakan dan dilagukan, agar kita kita dapat mencontoh Iman mereka selama mereka hidup, untuk memuliakan Allah yang dimuliakan di dalam diri orang-orang kudus itu. Dan nama mereka kita pakai pada waktu kita dibaptis guna meneladani iman dan hidup mereka. Masihkah orang menuduh iman Orthodox yang sangat Alkitabiah ini, sebagai “penyembah-penyembah arwah” dan menjadi orang-orang kudus sebagai “Santo pelindung” seperti yang mereka sering tuduhkan? kalau kita memang percaya Alkitab sebagai satu-satunya standar bagi iman dan praktek hidup kita, mengapa kebenaran Alkitabiah yang baru kita bahas ini diabaikan? Biarlah Allah saja yang kita sembah, dan orang-orang kudusNya kita hormati dan kita kenang, karena Allah dimuliakan diantara orang-orang kudusNya.
Kemuliaan bagi Sang Bapa, dan Sang Putera serta Sang Roh Kudus, sekarang dan selalu serta sepanjang segala abad, Amin.
Minggu lalu telah kita rayakan Hari Raya Pentakosta dimana Roh Kudus turun untuk memberikan kehidupan baru kepada manusia yaitu: kehidupan Kebangkitan di dalam Kristus yang membawa kita pada kekudusan. Bacaan kita kali ini menceritakan tentang deretan orang-orang yang oleh iman telah menjadi pahlawan-pahlawan rohani dalam Sejarah Gereja di dalam melawan dosa, Iblis, dan aniaya dunia (Ibr 11:32-40). Mereka sekarang dikatakan sebagai “banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita” (Ibr 12:1). Yang berarti bahwa mereka ini masih hidup di sekeliling kita untuk menyaksikan perjuangan kita dalam perjuangan iman yang sama seperti yang mereka alami yaitu “Mengakui Kristus didepan manusia” (Matius 10:32), mengasihi Kristus lebih dari pada mengasihi sanak dan keluarganya (Matius 10:37), “memikul salib” dan “kehilangan nyawa” bagi Kristus (Matius 10:39).
Melalui perjuangan iman yang seperti itulah, Roh Kudus berkarya lebih dahsyat dalam hidup mereka, sehingga mereka mencapai pengudusan sempurna dan tetap hidup bersama Kristus untuk “menjadi saksi bagaikan awan yang mengelilingi kita ini”. Berarti mereka tahu keberadaan kita dibumi, karena mereka telah mencapai “Theosis” atau “Telah ambil bagian dalam kodrat Illahi” (2Pet 1:4). Itulah buah para orang kudus Gereja. Memperingati mereka berarti memperingati karya nyata Roh Kudus dalam kehidupan Gereja yang telah menyucikan anggota-anggotanya. Berbicara tentang orang-orang kudus ini, sering menjadi batu sandungan dan penolakan bagi sementara saudara-saudara Protestan. Penolakan ini diakibatkan oleh reaksi mereka terhadap penyelewengan Gereja Roma Katolik pada waktu munculnya Gerakan Reformasi Protestan.
Pada saat munculnya Gereja Reformasi Protestan di Eropa barat, Gereja Roma katolik memang sedang jatuh kepada zaman kegelapan, dimana banyak praktek-praktek takhayul dan bahkan mungkin praktek-praktek kafir menyusup kedalamnya. Diantaranya adalah penghormatan terhadap orang-orang kudus yang melebihi batas yang seharusnya. Sikap mereka terhadap orang-orang kudus itu tak banyak berbeda dari sikap orang-orang kafir Eropa sebelum menjadi Kristen, terhadap dewa-dewa mereka. Dan karena inilah mungkin timbul fitnah terhadap Gereja Orthodox sebagai yang “menyembah arwah-arwah” (yang jelas tak mungkin dilakukan orang orthodox karena ajaran Tauhidnya yang kokoh) dan minta “perlindungan pada orang-orang kudus”, yang merupakan fitnahan yang salah alamat, karena fenomena luar yang kelihatan sama di Gereja Orthodox, dianggap isinya dan prakteknyapun sama pula seperti yang terdapat dalam Gereja Roma Katolik.
Pada Zaman itu Umat Katolik Roma mempercayai bahwa masing-masing orang kudus itu diserahi kekuasaan sendiri-sendiri. Misalnya: Santo Kristofer sebagai penjaga orang dalam perjalanan. Dengan demikian orang lebih banyak berdoa kepada santo-santo daripada kepada Allah. Bahkan Lutherpun sebelum mengadakan Gerakan Protestan ketika mendengar guruh yang menakutkan, mengatakan : “Santa Anna, tolonglah saya”. Ini disebabkan adanya keyakinan tentang “Santo Pelindung” , namun ini bukanlah istilah dan bukan ide Orthodox. Akibat dari ini semua akhirnya umat Protestan mengatakan bahwa kita semua orang Kristen yang masih hidup inilah orang-orang kudus, tidak ada orang-orang kudus yang sudah mati itu, dan kita tak perlu menghormati mereka. Itulah reaksi terhadap Gereja Roma katolik.
Namun sikap Gereja Orthodox mengenai hal ini berbeda baik dari Gereja Roma katolik maupun reaksi dari Gereja Protestan terhadapnya. Iman Kristen Orthodox menegaskan sebagaimana yang dikatakan oleh Alkitab, bahwa Gereja itulah orang-orang kudus itu sendiri, sebagaimana yang dikatakan “….jemaat (Gereja) Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus di seluruh Akhaya (yaitu Propinsi Akhaya dimana kota Korintus itu berada)…..” (2Kor 1:1), serta: ”…..semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat (Episkop) dan diaken” (Fil 1:1), dan lain-lain. Gereja adalah sebagai persekutuan orang-orang kudus, karena mereka yang masuk kedalamnya itu telah dikuduskan terlebih dahulu di dalam Kristus Yesus dan Roh Kristus, yaitu melalui Sakramen baptisan untuk manunggal dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Rom 6:3-11) danKrisma yaitu pengurapan dan penumpangan tangan untuk menerima Roh Kudus (Kis 8 : 14-17, l Yoh 2:27, Ef 1:13, 11 Kor 1:21-22), seperti halnya yang ditandaskan oleh Js. Paulus dalam suratnya: ”Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus (Pada saat baptisan) dan dalam Roh Allah kita (pada saat Krisma yang diberikan langsung setelah keluar dari air baptisan)” (1Kor 6:11). Namun kekudusan yang kita miliki sebagai anggota Gereja Kristus yang Orthodox itu, adalah kekudusan dalam posisi saja sebagai umat Allah secara bersama yaitu Gereja, belum kekudusan dalam realita bagi masing-masing pribadi kita, karena meskipun kita telah disebut sebagai “orang-orang kudus” secara bersama sebagai bagian dari Gereja yaitu “Tubuh Kristus” yang memang kudus, kita masih diperintahkan “saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah” (2Kor 7:1). Jadi secara pribadi orang per orang kekudusan kita memang belum sempurna, kita belum menjadi “orang kudus” dalam realita, karena kita masih tunduk pada pencemaran jasmani dan rohani.
Kita disebut orang-orang kudus karena kita menyatu dengan kekudusan Tubuh Kristus yaitu Gereja, yang memang kudus, karena Sakramen-Sakramennya yang menguduskan oleh kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalamnya, oleh ajaran dan beritanya yang menguduskan, dan oleh kehadiran orang-orang kudusnya yang selalu muncul di sepanjang sejarahnya selama dua ribu tahun ini. Jika kita sebagai Gereja yang sedang berjuang ini sudah disebut sebagai “orang-orang kudus” meskipun kita masih diperintah untuk “menyempurnakan kekudusan” dalam takut akan Allah, maka jelas bahwa “jemaat (Gereja) anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga ”yaitu roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna” (Ibr 12:23) itu adalah memang orang kudus dalam realita dan dalam arti yang sebenarnya. Karena mereka telah disebut sebagai “orang benar” dan “telah menjadi sempurna”. Mereka itu bukan hantu, bukan arwah dan tidak disembah. Mereka itu adalah anggota Gereja, yaitu “jemaat anak-anak sulung yang namanya terdaftar di sorga”. Karena Gereja adalah satu seperti yang telah kita singgung diatas, maka mereka ini adalah anggota kita, dan kita anggota mereka, dengan demikian tak ada perpisahan dan perpecahan dalam persekutuan orang-orang kudus itu. Karena Alkitab memerintahkan kita untuk mengingat pemimpin-pemimpin yang telah ber”akhir hidup” ini, dan untuk mencontoh iman mereka (Ibr 13:7), maka taat kepada Perintah Alkitab itulah, peringatan akan mereka ini diadakan, penghormatan kepada karya mereka dilakukan, serta kisah hidup mereka dibacakan dan dilagukan, agar kita kita dapat mencontoh Iman mereka selama mereka hidup, untuk memuliakan Allah yang dimuliakan di dalam diri orang-orang kudus itu. Dan nama mereka kita pakai pada waktu kita dibaptis guna meneladani iman dan hidup mereka. Masihkah orang menuduh iman Orthodox yang sangat Alkitabiah ini, sebagai “penyembah-penyembah arwah” dan menjadi orang-orang kudus sebagai “Santo pelindung” seperti yang mereka sering tuduhkan? kalau kita memang percaya Alkitab sebagai satu-satunya standar bagi iman dan praktek hidup kita, mengapa kebenaran Alkitabiah yang baru kita bahas ini diabaikan? Biarlah Allah saja yang kita sembah, dan orang-orang kudusNya kita hormati dan kita kenang, karena Allah dimuliakan diantara orang-orang kudusNya.
Kemuliaan bagi Sang Bapa, dan Sang Putera serta Sang Roh Kudus, sekarang dan selalu serta sepanjang segala abad, Amin.