Baptisan & Pembaruan [by: Fr.Daniel Byantoro]
Date: 05 Mei 2002
Bismil Abi, wal Ibni, wa Ruhul Qudus, Amin.
Shalom Alaikhem Be Shem Ha-Massiakh,
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Jika kematian Kristus adalah kemenangan terhadap maut dan pembebasan dari mereka yang dikuasai oleh Iblis dan Neraka, maka peristiwa itu bukanlah hanya peristiwa yang bersifat sejarah saja. Kristus adalah Sabda Allah yang kekal, oleh karena itu karyaNya yang dilakukan sekali itu berlaku untuk selama kekekalan. Sehingga kita dan sampai generasi jauh sesudah kitapun akan dapat mengalami kemenangan dan pembebasan Kristus melalui iman kepadaNya, dalam panunggalan melalui misteri Baptisan. Itulah sebabnya dalam bacaan Injil kita ini dijelaskan mengenai perintah baptisan itu. Kejadian itu terkait dengan kebangkitan yang terjadi pada hari Minggu “menjelang menyingsingnya fajar” (Matius 28:1). Peristiwa mana disertai dengan “gempa bumi yang hebat”, turunnya “malaikat dari langit “ (Matius 28:2) yang “Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju” (Matius 28:3), untuk menggulingkan batu yang menutupi kuburan itu sehingga penjaga-penjaga kuburan ketakutan menjadi seperti mati (Matius 28: 2,4). Peristiwa yang menyertai turunnya malaikat ini disertai dengan pemberitaan tentang kebangkitan Yesus dari antara orang mati, serta perintah untuk menemui Dia di Galilea (Matius 28: 5-7). Dengan demikian tidak ada satupun yang tahu jam berapa Kristus bangkit dari kematian itu, karena dimana ketika fajar menyingising para wanita itu datang, Kristus sudah tidak ada di dalam kuburan itu, sehingga mereka tahu bahwa Kristus itu bangkit justru dari pemberitahuan Malaikat tadi.
Keluar dari kubur yang berwujud gua itu, maka Yesus menjumpai para wanita itu dengan para murid lainnya, serta memerintahkan mereka untuk pergi ke Galilea untuk dapat melihat Yesus selanjutnya, sebagaimana yang diperintahkan malaikat tadi juga. (Matius 28: 8-10). Sementara itu para imam kepala mendapat laporan tentang kebangkitan Yesus itu, namun mereka justru tidak mau percaya, malahan “memberikan sejumlah besar uang” kepada para serdadu yang melapor untuk mendustakan kebenaran tentang kebangkitan Kristus itu (Matius 28: 11-15). Sementara itu para murid yang percaya dan taat pada perintah malaikat yang diteguhkan oleh Sang Kristus sendiri pergi ke Galilea dan disana mereka beertemu dengan Yesus (Matius 28:16-17). Disitulah Sang Kristus menyatakan keberadaanNya yang baru sesudah Kebangkitan itu. Ia tak lagi sebagai Guru yang berasal dari keluarga Tukang Kayu yang miskin namun Ia menyatakan bahwa “"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” (Matius 28:18). Jika Sang Kristus “diberi” maka yang “memberi” adalah Allah Sang Bapa sendiri. Yang diberikan kepada Kristus ini adalah “segala kuasa” artinya tidak ada kuasa yang tidak berada di tangan Kristus, berarti Kristus itu adalah “Sang Penguasa Mutlak’ ia adalah “Ho Kyrios” atau “Tuhan”.
Karena Kristuslah penguasa mutlak maka tidak ada pendiri agama siapapun yang tidak harus tunduk kepada Sang Kristus. Berarti segenap manusia atau “semua bangsa” itu harus mempertanggung-jawabkan hidup mereka kepada Kristus. Tak perduli budayanya, tak perduli agamanya, tak perduli kebangsaannya, setiap manusia pada akhirnya harus mempertanggung-jawabkan hidup mereka kepada Kristus sebagai satu-satuNya Hakim yang ditetapkan oleh Allah. Padahal tidak semua tahu atau mau mengakui dan sadar bahwa Yesus itu adalah Tuhan mereka yang akan menjadi Hakim mereka. Oleh karena itu semua bangsa, dan segenap dan setiap manusia itu sedang dalam bahaya jatuh ke dalam penghukuman. Itulah sebabnya demi kasihNya akan segenap manusia, Sang Kristus memerintahkan” Karena itu” yaitu karena Kuasa Kristus yang mutlak, serta bahayanya keadaan manusia yang tak percaya itu, “pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Matius 28:19), karena semua bangsa itu yang justru sedang dalam keadaan bahaya ini. Menjadi murid Kristus artinya taat dan mengikuti ajaran Kristus, namun juga menyatu dengan hidup Sang Guru itu, dan cara penyatuan kepada hidup sang Guru ini adalah melalui baptisan, sebagaimana yang Sang Kristus sendiri selanjutnya mengatakan:” baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19). Itu disebabkan “bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya” (Roma 6:3). Artinya karena kekuasaan Kristus itu ada kaitannya dengan Kebangkitan dan KematianNya, dan menyatu dengan kehidupan Kristus sebagai sarana menjadi murid Kristus, itu berarti menyatu dengan Kematian dan KebangkitanNya itu, maka baptisan itu diperlukan, agar dapat menyatu dengan kematian Kristus itu. Karena baptisan itu adalah misteri yang menyatukan kita dengan Kematian Kristus itu.
Itulah sebabnya sejak zaman purba hari Sabtu Kudus pagi seperti inilah saat dimana para Katekhumen dibaptiskan karena inilah saat Kristus dikubur dan nanti malam saat Ia dibangkitkan. Dan melalui baptisan itu “kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian” (Roma 6:4). Padahal ketika Kristus dikubur Ia bertarung melawan maut dan Iblis serta membebaskan roh-roh yang dalam penjara, maka melalui baptisan dalam penguburan Kristus ini kitapun mengalami pembebasan dari kuasa kematian dan bebas dari tawanan neraka. Dengan kita dibebaskan maka kita diciptakan baru dan ciptaan baru itu terjadi melalui penyatuankita dengan kebangkitan Kristus itu, sebagaimana dikatakan selanjutnya “sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Roma 6:4). Dengan demikian kita menyatu dengan segenap kehidupan Kritus, yaitu kematianNya, penguburanNya, PenyalibanNya, dan “hidup yang baru” yaitu Hidup Kebangkitan Kristus itu sendiri. Demikianlah kita menjadi makhluk yang baru yang diciptakan secara baru melalui sarana baptisan yang kita terima dengan iman. Dan dampak baptisan itu adalah “kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya” dengan segala akibat dari kematian Kristus itu atas manusia, maka “kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya”. (Roma 6:5) dengan hidup kekal, kemuliaan, penyatuan dalam kodrat ilahi yang menyertai kebangkitan itu. Maka baptisan adalah awal kita masuk kedalam Kerajaan Allah itu sendiri. Namun baptisan bukan hanya mengarahkan kita kepada masalah akhirat saja, namun juga itu merupakan titik-tolak bagaimana kita menghidupi hidup kita di dunia ini secara baru. Karena melalui baptisan itu “manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya” (Roma 6:6), artinya kita dibebaskan dari keharusan untuk tundukkepada kehendak dosa yang diam di dalam tubuh ini, sehinga tak lagi “kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:6).
Ini disebabkan melalui baptisan kita secara prinsip telah mati bagi manusia lama dan “siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa” (Roma 6:7). Artinya orang mati itu tak dapat berbuat apa-apa. Termasuk tak dapat berbuat dosa, berarti orang mati itu bebas dari dosa, dan oleh baptisan kita ini sudah mati, maka karena kita telah dibaptis seharusnya kita tak lagi berbuat dosa. Sehingga orientasi hidup kita sekarang menjadi baru, yaitu “melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius 28: 20), sebagaimana yang di“ajar” kan oleh para rasul. Dengan kita “telah mati dengan Kristus” (Roma 6:8) artinya kita mati bagi manusia kita yang lama, dan dengan demikian kita tidak mengikuti hawa nafsu dosa lagi, dan sekarang kita akan hidup juga dengan Dia ”baik hidup yang kita hidupi sekarang ini dengan Kristus dan ajaranNya yang menjadi landasan dan titik-tolaknya, maupun hidup kekal dalam Kerajaan Sorga nantinya. Karena Kristus sesudah bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi, karena maut tak berkuasa lagi atasNya (Roma 6:9), demikianlah kitapun sesudah ikut mati dalam Kristus jangan lagi hidup dalam rona kematian dan dosa, sebagaimana “kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa” (Roma 6:10). Itu adalah peristiwa yang bersifat “satu kali dan untuk selama-lamanya” artinya Kristus tidak mengulang-ulang apa yang Ia lakukan, dan kita tidak mempunyai landasan hidup baru yang lain kecuali karya Kristus yang sudah selesai ini, sehingga sama seperti Kristus “kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah” maka kitapun sekarang harus hidup dalam ketaatan kepada perintah Allah sebagai sarana mati bagi dosa dan hidup bagi kebenaran. Dan ini lah cara kita “memandangnya” atas kehidupan kita yang baru di dalam Kristus ini, yaitu “bahwa kamu telah mati bagi dosa” sehingga kita tak lagi melakukan hidup yang dikuasai dosa, “tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” artinya hidup kita selalu dalam penyerahan dan pasrah kepada Allah dengan Yesus Kristus dan ajaranNya menjadi tumpuan cara hidup kita selama berada di dunia ini. Kiranya kematian dan kebangkitan Kristus itu menjadi realita dalam kehidupan kita ini. Amin.
Bismil Abi, wal Ibni, wa Ruhul Qudus, Amin.
Shalom Alaikhem Be Shem Ha-Massiakh,
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Jika kematian Kristus adalah kemenangan terhadap maut dan pembebasan dari mereka yang dikuasai oleh Iblis dan Neraka, maka peristiwa itu bukanlah hanya peristiwa yang bersifat sejarah saja. Kristus adalah Sabda Allah yang kekal, oleh karena itu karyaNya yang dilakukan sekali itu berlaku untuk selama kekekalan. Sehingga kita dan sampai generasi jauh sesudah kitapun akan dapat mengalami kemenangan dan pembebasan Kristus melalui iman kepadaNya, dalam panunggalan melalui misteri Baptisan. Itulah sebabnya dalam bacaan Injil kita ini dijelaskan mengenai perintah baptisan itu. Kejadian itu terkait dengan kebangkitan yang terjadi pada hari Minggu “menjelang menyingsingnya fajar” (Matius 28:1). Peristiwa mana disertai dengan “gempa bumi yang hebat”, turunnya “malaikat dari langit “ (Matius 28:2) yang “Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju” (Matius 28:3), untuk menggulingkan batu yang menutupi kuburan itu sehingga penjaga-penjaga kuburan ketakutan menjadi seperti mati (Matius 28: 2,4). Peristiwa yang menyertai turunnya malaikat ini disertai dengan pemberitaan tentang kebangkitan Yesus dari antara orang mati, serta perintah untuk menemui Dia di Galilea (Matius 28: 5-7). Dengan demikian tidak ada satupun yang tahu jam berapa Kristus bangkit dari kematian itu, karena dimana ketika fajar menyingising para wanita itu datang, Kristus sudah tidak ada di dalam kuburan itu, sehingga mereka tahu bahwa Kristus itu bangkit justru dari pemberitahuan Malaikat tadi.
Keluar dari kubur yang berwujud gua itu, maka Yesus menjumpai para wanita itu dengan para murid lainnya, serta memerintahkan mereka untuk pergi ke Galilea untuk dapat melihat Yesus selanjutnya, sebagaimana yang diperintahkan malaikat tadi juga. (Matius 28: 8-10). Sementara itu para imam kepala mendapat laporan tentang kebangkitan Yesus itu, namun mereka justru tidak mau percaya, malahan “memberikan sejumlah besar uang” kepada para serdadu yang melapor untuk mendustakan kebenaran tentang kebangkitan Kristus itu (Matius 28: 11-15). Sementara itu para murid yang percaya dan taat pada perintah malaikat yang diteguhkan oleh Sang Kristus sendiri pergi ke Galilea dan disana mereka beertemu dengan Yesus (Matius 28:16-17). Disitulah Sang Kristus menyatakan keberadaanNya yang baru sesudah Kebangkitan itu. Ia tak lagi sebagai Guru yang berasal dari keluarga Tukang Kayu yang miskin namun Ia menyatakan bahwa “"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” (Matius 28:18). Jika Sang Kristus “diberi” maka yang “memberi” adalah Allah Sang Bapa sendiri. Yang diberikan kepada Kristus ini adalah “segala kuasa” artinya tidak ada kuasa yang tidak berada di tangan Kristus, berarti Kristus itu adalah “Sang Penguasa Mutlak’ ia adalah “Ho Kyrios” atau “Tuhan”.
Karena Kristuslah penguasa mutlak maka tidak ada pendiri agama siapapun yang tidak harus tunduk kepada Sang Kristus. Berarti segenap manusia atau “semua bangsa” itu harus mempertanggung-jawabkan hidup mereka kepada Kristus. Tak perduli budayanya, tak perduli agamanya, tak perduli kebangsaannya, setiap manusia pada akhirnya harus mempertanggung-jawabkan hidup mereka kepada Kristus sebagai satu-satuNya Hakim yang ditetapkan oleh Allah. Padahal tidak semua tahu atau mau mengakui dan sadar bahwa Yesus itu adalah Tuhan mereka yang akan menjadi Hakim mereka. Oleh karena itu semua bangsa, dan segenap dan setiap manusia itu sedang dalam bahaya jatuh ke dalam penghukuman. Itulah sebabnya demi kasihNya akan segenap manusia, Sang Kristus memerintahkan” Karena itu” yaitu karena Kuasa Kristus yang mutlak, serta bahayanya keadaan manusia yang tak percaya itu, “pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Matius 28:19), karena semua bangsa itu yang justru sedang dalam keadaan bahaya ini. Menjadi murid Kristus artinya taat dan mengikuti ajaran Kristus, namun juga menyatu dengan hidup Sang Guru itu, dan cara penyatuan kepada hidup sang Guru ini adalah melalui baptisan, sebagaimana yang Sang Kristus sendiri selanjutnya mengatakan:” baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19). Itu disebabkan “bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya” (Roma 6:3). Artinya karena kekuasaan Kristus itu ada kaitannya dengan Kebangkitan dan KematianNya, dan menyatu dengan kehidupan Kristus sebagai sarana menjadi murid Kristus, itu berarti menyatu dengan Kematian dan KebangkitanNya itu, maka baptisan itu diperlukan, agar dapat menyatu dengan kematian Kristus itu. Karena baptisan itu adalah misteri yang menyatukan kita dengan Kematian Kristus itu.
Itulah sebabnya sejak zaman purba hari Sabtu Kudus pagi seperti inilah saat dimana para Katekhumen dibaptiskan karena inilah saat Kristus dikubur dan nanti malam saat Ia dibangkitkan. Dan melalui baptisan itu “kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian” (Roma 6:4). Padahal ketika Kristus dikubur Ia bertarung melawan maut dan Iblis serta membebaskan roh-roh yang dalam penjara, maka melalui baptisan dalam penguburan Kristus ini kitapun mengalami pembebasan dari kuasa kematian dan bebas dari tawanan neraka. Dengan kita dibebaskan maka kita diciptakan baru dan ciptaan baru itu terjadi melalui penyatuankita dengan kebangkitan Kristus itu, sebagaimana dikatakan selanjutnya “sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Roma 6:4). Dengan demikian kita menyatu dengan segenap kehidupan Kritus, yaitu kematianNya, penguburanNya, PenyalibanNya, dan “hidup yang baru” yaitu Hidup Kebangkitan Kristus itu sendiri. Demikianlah kita menjadi makhluk yang baru yang diciptakan secara baru melalui sarana baptisan yang kita terima dengan iman. Dan dampak baptisan itu adalah “kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya” dengan segala akibat dari kematian Kristus itu atas manusia, maka “kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya”. (Roma 6:5) dengan hidup kekal, kemuliaan, penyatuan dalam kodrat ilahi yang menyertai kebangkitan itu. Maka baptisan adalah awal kita masuk kedalam Kerajaan Allah itu sendiri. Namun baptisan bukan hanya mengarahkan kita kepada masalah akhirat saja, namun juga itu merupakan titik-tolak bagaimana kita menghidupi hidup kita di dunia ini secara baru. Karena melalui baptisan itu “manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya” (Roma 6:6), artinya kita dibebaskan dari keharusan untuk tundukkepada kehendak dosa yang diam di dalam tubuh ini, sehinga tak lagi “kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:6).
Ini disebabkan melalui baptisan kita secara prinsip telah mati bagi manusia lama dan “siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa” (Roma 6:7). Artinya orang mati itu tak dapat berbuat apa-apa. Termasuk tak dapat berbuat dosa, berarti orang mati itu bebas dari dosa, dan oleh baptisan kita ini sudah mati, maka karena kita telah dibaptis seharusnya kita tak lagi berbuat dosa. Sehingga orientasi hidup kita sekarang menjadi baru, yaitu “melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius 28: 20), sebagaimana yang di“ajar” kan oleh para rasul. Dengan kita “telah mati dengan Kristus” (Roma 6:8) artinya kita mati bagi manusia kita yang lama, dan dengan demikian kita tidak mengikuti hawa nafsu dosa lagi, dan sekarang kita akan hidup juga dengan Dia ”baik hidup yang kita hidupi sekarang ini dengan Kristus dan ajaranNya yang menjadi landasan dan titik-tolaknya, maupun hidup kekal dalam Kerajaan Sorga nantinya. Karena Kristus sesudah bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi, karena maut tak berkuasa lagi atasNya (Roma 6:9), demikianlah kitapun sesudah ikut mati dalam Kristus jangan lagi hidup dalam rona kematian dan dosa, sebagaimana “kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa” (Roma 6:10). Itu adalah peristiwa yang bersifat “satu kali dan untuk selama-lamanya” artinya Kristus tidak mengulang-ulang apa yang Ia lakukan, dan kita tidak mempunyai landasan hidup baru yang lain kecuali karya Kristus yang sudah selesai ini, sehingga sama seperti Kristus “kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah” maka kitapun sekarang harus hidup dalam ketaatan kepada perintah Allah sebagai sarana mati bagi dosa dan hidup bagi kebenaran. Dan ini lah cara kita “memandangnya” atas kehidupan kita yang baru di dalam Kristus ini, yaitu “bahwa kamu telah mati bagi dosa” sehingga kita tak lagi melakukan hidup yang dikuasai dosa, “tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” artinya hidup kita selalu dalam penyerahan dan pasrah kepada Allah dengan Yesus Kristus dan ajaranNya menjadi tumpuan cara hidup kita selama berada di dunia ini. Kiranya kematian dan kebangkitan Kristus itu menjadi realita dalam kehidupan kita ini. Amin.