Ajaran Iman Kristen Orthodox
[by: Fr. Yohanes Bambang]
Date: 14 April 2009
A. Pembuka
Iman kristen orthodox merupakan kebenaran yang diwahyukan Allah sendiri (Wahyu Illahi). Wahyu sendiri berarti suatu pernyataan atau menyatakan sesuatu yang tersembunyi dan tak diketahui. Wahyu illahi adalah pernyataan Diri Allah sendiri kepada manusia.
Ada 2 tipe wahyu illahi :
a. Wahyu alami (umum)
Di mana Allah menyatakan diriNya secara umum kepada semua umat manusia tanpa pandang ras, latar-belakang kepercayaan dan sebagainya lewat benda-benda jasmani di sekeliling manusia. Contohnya : alam semesta jagad raya yang diciptakan Allah telah disadari manusia secara alami bahwa ada oknum di luar manusia itu sendiri yang maha kuasa dan maha pencipta. Inilah yang dinamakan instink agamawi. Karena itu sang nabi Daud mengatakan : "Langit menceritakan kemuliaanan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaann tanganNya, harimeneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar, tetapi gema mereka terpancar ke seluruh dunia dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi" (Mazmur 19:2-5) Allah tetap menyatakan diriNYa lewat pemeliharaanNya dengan menyediakan hujan dan musim-musim menuai. tetapi manusia telah dibutakan oleh nafsunya sendiri, meskipun kesaksian telah disediakan alam dan kesadaran diri sendiri. Manusia tidak mendengarkan suara hatinya yang terdalam sehingga tidaklah dapat menemukan Allah yang benar. Baca Roma 1:21-22.
b.Wahyu Super-alami (khusus)
Pewahyuan itu pertama kali diberikan kepada Adam sendiri dengan janji akan datangnya "Keturunan Perempuan/Maryam", yaitu Almasih, yang akan "meremukkan kepala Ular/Iblis" (Kejadian 3:15). Dilanjutkan dengan janji Allah kepada Nuh tentang akan dipujinya nama "Allah" dari keturunan Nabi Nuh ini melalui jalur keturunan Sem (Kejadian 9:25-27) Dan dari keturunan Sem ini ternyata Allah dipuji melalui pemilihan Abraham/Ibrahim, melalui jalur Ishak dan Yakub yang kepada mereka dijanjikan akan adanya "keturunan" ( Kejadian 12:3, 22:18, 17:19, 26:4, 35:11), dan keturunan yang dimaksud untuk menjadi berkat bagi seluruh manusia dimuka bumi melalui jalur Ibrahim/Abraham, Ishak dan Yakub ini adalah "Almasih" ("Kristus") (Galatia 3:16). Dari jalur Yakub ini munculnya Bani Israel, dari situ Nabi Musa menubuatkan bahwa dari "tengah-tengahmu" yaitu dari tengah-tengah Israel akan muncul Nabi Besar seperti Musa, dan Nabi ini tak lain adalah Almasih (Ulangan 18:15. Kisah 3: 21-24). Sehingga dengan datangnya Kristus maka segenap nubuat dan wahyu tentang kedatangan Almasih itui sudah tergenapi. Maka Almasih adalah puncak segala wahyu dan akhir dari segala risalah kenabian sebagaimana yang telah dijanjikan Allah melalui nabi-nabiNya terdahulu. Keberadaan Almasih sebagai "Firman Allah yang menjadi daging " ini ( Yohanes 1:14) disaksikan oleh para rasul yaitu murid-murid dan utusan-utusan Almasih. Dan kepada mereka inilah diserahkan wibawa untuk mengajar dan menyebarkan ajaran kebenaran Wahyu yang sudah genap dan paripurna itu di dalam Almasih: Yesus Kristus.
Agama Yahudi hanya menerima wahyu sampai pada nabi-nabi terakhir sebelum Kristus. Maka wahyu illahi yang diterima agama yahudi bukanlah wahyu illahi yang diterima lengkap. sedangkan agama kristen menerima wahyu illahi secara lengkap dengan meneruskan apa yang diterima oleh agama yahudi hingga penggenapannya di dalam Kristus.
B. Sumber Ajaran Keimanan
Sumber ajaran keimanan besaral dari ajaran Para Rasul Kristus itu sendiri. Baik yang bersifat tertulis maupun tidak tertulis (lisan) (Kisah 2:42, Lukas 1:2, Ibrani 2:3, II Tesalonika 2:2,15). Ajaran Para Rasul Kristus yang tertulis (dalam bentuk surat-surat kepada jemaat perdana) akhirnya terkumpul dan melalui proses kanonisasi hingga terbentuk kanon Perjanjian Baru. Sedang ajaran tidak tertulis (lisan) tetap hidup dalam Gereja dalam bentuk Paradosis (Tradisi) Kudus. Dari Paradosis Kudus ini berkembang dalam bentuk kongkrit kehidupan ber-Gereja seperti : Tertib Ibadah, Sakramen-sakramen, Teks-teks Liturgis, Pengakuan Iman, Tulisan Para Bapa gereja, Hirarki Gereja, bentuk seni Gereja, Kehidupan Para Orang Kudus Gereja (Synaxarion), Rumusan-rumusan Konsili-konsili Gereja, Tradisi Dogmatis Gereja.Di dalam konteks Paradosis Kudus sajalah Perjanjian Baru itu dapat dimengerti dan ditafsirkan secara benar dan tidak menyimpang.
Pentingnya Ajaran Rasuliah
a. Para Rasul merupakan pelanjut misi Kristus
Sesudah kebangkitanNya Kristus memerintahkan kepada para rasulNya "... pergilah jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu" (Matius 28:19-20). Para Rasulnya pelanjut misi Kristus, pelaksana sakramen dan pengajar umat Kristus. Ajaran Para Rasul itu bersumber dari segala sesuatu yang telah diterima Para Rasul dari Yesus Kristus itu sendiri. Kristus sendiri yang menetapkan para rasulNya dan memerintahkan mereka untuk mengajar. Jadi siapapun yang ingin mengenal ajaran Yesus Kristus yang benar harus berstandarkan ajaran Para RasulNya.
b. Menangkal Ajaran-ajaran Palsu
Para nabi dan pengajar palsu mulai memutarbalikkan ajaran Kristus seiring dengan kelahiran GerejaNya. Mereka mengatas-namakan dirinya sebagai Mesias sendiri dan mengatas-namakan ajaran mereka sebagai ajaran Yesus Kristus itu sendiri (Matius 24:24, I Yoh 2:18-19). Bahkan Para RasulNya dalam surat-suratnya sudah memperingatkan jemaat perdana supaya waspada bakan muncul dari komunitas Kristen itu sendiri. "Sebab ternyata ada orang tertentu yang meyelusup di tengah-tengah kamu .... yang meyalahgunakan kasih karunia Allah (Yudas 1:4)", "sebagaimana nabi-nabi plasu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan... (II Petrus 2:1)". Para Rasul Kristus dari zaman gereja perdana sudah memperingatkan akan membanjirnya "rupa-rupa angin pengajaran" (Efesus 4:14) di luar ajaran rasuliah.
Oleh sebab itu sekarang kita perlu waspada terhadap bahaya ajaran di luar ajaran Para Rasul. Sekalipun yang membawakan adalah orang yang mengaku Kristen. Mengapa? Bagaimana jika Yesus yang kita mengerti dari para pengajar tadi ternyata Yesus yang lain? Bukankah ini membahayakan keselamatan kita ? Ada orang yang mengatakan:"Yang pentingkan Yesus! Saya tak perlu Gereja, saya tak perlu sejarah, saya tak perlu ajaran rasuliah?" Memang yang penting itu Yesus, dan itu harus menjadi pusatnya, namun Alkitab juga mengatakan adanya "Yesus yang lain", "Injil yang lain", "roh yang lain" (II Korintus 11:4, Galatia 1:8-9)
Lagi pula kita tak akan tahu Yesus tanpa Alkitab, dan Alkitab tak akan ada jika tak ada rasul yang menuliskannya, dan Alkitab (terutama Perjanjian Baru) tak akan terbentuk sebagai kanon jika tak ada Gereja sebagai alat Allah untuk mengkanonkannya. Bukankah jelas bahwa kita tetap tergantung pada rasul juga. Sebab baik tulisan-tulisan dalam Alkitab maupun Gereja (yaitu Gereja rasuliah) itu semua berasal dari karya rasul oleh bimbingan Roh Allah. Adalah hanya suatu kebodohan dan ketidak-terdidikan atau bahkan kecongkakkan dan kepongahan saja mengatakan bahwa kita tidak perlu rasul. Yang lebih penting lagi Alkitab dengan tegas mengatakan yang dibawah ini mengenai ajaran palsu dan para penganutnya."
"Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasehati, hendaklah engkau jauhi. Engkau tahu bahwa orang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri" (Titus 3:10-11), juga: "tetapi sekalipun kami (rasul-rasul sendiri, pen.) atau seorang malaikat dari sorga yangmemberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda ...terkutuklah dia" (Galatia 1:8-9). Mengenai guru palsu diantara umat Kristen itu Rasul Petrus mengatakan: "Mereka adalah orang-orang yang terkutuk. Oleh karena mereka telah meninggakan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka..." (II Petrus 2:14-15). Tak kurang keras dan tegasnya Rasul Yohanes dalam hal ini: "Jika seorang datang kepadamu dan Ia tidak membawa ajaran ini (yaitu: ajaran rasul), janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barang siapa memberi salam keadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat " (II Yohanes 10:11). Ayat-ayat datas dengan tegas memberikan kita perigatan mengenai beberapa hal, yaitu bahwa bidat, yaitu pengikut ajaran non rasuliah yang sesat adalah sesat dan kesesatannya itu menyebabkan dia akan terhukum. Demikian juga Injil yang berbeda, dengan demikian "Yesus yang lain" dan "Roh yang lain" yang diikuti dan diajarkan orang menyebabkan orang yang mengajar dan yang mengikutinya menjadi TERKUTUK. Guru-guru palsu yang yang mengajarkan kesesatan yang tak sesuai dengan ajaran Petrus (ajaran rasuli) itu juga disebut TERKUTUK, menurut Surat kiriman Petrus. Orang yang tak mengajarkan Ajaran Ini yaitu ajaran seperti yang diajarkan rasul Yohanes yaitu ajaran Rasuliah dilarang diterima rumah orang beriman oleh Yohanes dan bahkan dilarang memberi salam kepada orang semacam itu. Dan Yohanes mengatakan apa yang dilakukan oleh para pengajar sesat ini adalah "perbuatan jahat" yaitu karena hal itu menyebabkan kebinasaan kekal. Disinilah perlunya kita merenungkan sejenak akan sikap kita yang terlalu tak peduli akan kebenaran ajaran rasuliah ini. Karena kutuk, hukuman, kesesatan, kejahatanlah yang akan kita terima jika kita salah dalam meyakini ajaran Kristus itu. Jadi tidak cukup hanya mengatakan:"Pokoknya Yesus". Harus ditegaskan: Yesus yang bagaimana? Yang rasuliah atau bukan ?!! Jadi ajaran rasuliah itu bukan hanya ajaran Petrus semata, namun segenap ajaran rasul secara serempak dan bersama yang satu isinya dan satu kebenarannya. Dan kepada ajaran yang satu dan yang sama dari para rasul inilah kita harus kembali dan berpegang, sebab hanya itulah satu-satunya ajaran Kristus yang menjamin kita tak terkutuk, tak terhukum dan tak dianggap berbuat kejahatan.
c. Standar ajaran iman yang benar.
Jadi standard dan ukuran ajaran itu benar atau tidak, bukanlah "pendapatku dan tafsiranku" lawan "pendapatmu dan tafsiranmu", bukan pula karena dikutip dari ayat-ayat Alkitab yang dipenggal-penggal dari beberapa bagian pasal dan ayat tertentu dari kitab-kitab dalam Alkitab, namun seluruh kepenuhan dari kebenaran ajaran rasuliah yang tetap dipelihara oleh Gereja Purba yang sampai sekarang berlanjut di dalam Gereja Orthodox. Oleh sebab itu Alkitab menegaskan tentang standard atau ukuran menyimpang atu tidaknya suatu ajaran itu demikian:"Tetapi aku takut , kalau pikiranmu disesatkan dari kesetiaanmu yang sejatikepada Kristus.... Sebab kamu sabar saja, jika ada orang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberitakan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain daripada yang kamu terima " (II Korintus 11:3-4), juga:"Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang telah ami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang memberitakan kepadamu suatu Injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia" (Galatia 1:8-9), lagi:"....Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi sagala sesuatu yang tersembunyi dalam hari manusia, oleh Kristus Yesus" (Roma 2:16) dan masih ada beberapa ayat lagi yang lain. Dari ayat-ayat ini jelas bahwa menilai suatu ajaran sebagai "Yesus yang lain", sebagai "roh yang lain" dan sebagai "Injil yang lain" atau "Injil yang berbeda" atau ringkasannya sebagai ajaran yang salah, bukanlah dengan apa yang diilhamkan oleh roh secara pribadi kepada perorangan, atau tafsiran pribadi perorangan biarpun kalau itu dikutip dari ayat-ayat Alkitab sekalipun, namun "lain" dan "berbeda"nya tadi harus diukur "dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu," "dengan apa yang telah kamu terima" "dari pada yang telah kami beritakan", "dari pada yang telah kamu terima," yaitu "Injil yang kuberitakan". Jadi standardnya adalah pemberitaan rasuliah yang dterima oleh dan diberitakan kepada Gereja. Artinya ajaran itu harus sesuai dengan iman dan ajaran Gereja Purba (Gereja Orthodox) sebagaimana yang tanpa dikurangi atau ditambahi tanpa diubah-ubah atau diselewengkan - tetap merupakan ajaran Rasuliah yang utuh.
d. Ajaran kebenaran yang diterima dalam Gereja yang satu, kudus, katolik (universal) dan apostolik.
Jadi kebenaran itu bukan bersifat individualistik namun bersifat mata-rantai dari rasul dan bersifat komunal dari pihak yang menerima yaitu Gereja. Ajaran rasuliah yang sekali dan untuk selamanya diserahkan kepada Gereja rasuliah sepanjang segala abad itu yang harus menjadi kaca mata kita dalam mengerti Alkitab, sebab dari situlah konteks dan lingkup Alkitab itu mula-mula ditulis berasal. Membaca Alkitab lepas dari konteks dan lingkupnya akan menuju kepada kesalah-fahaman dan kesesatan saja. Karena tanpa kacamata ajaran rasuliah maka Alkitab yang notabene Kitab Rasuliah tak akan berbicara menurut yang dikehendaki rasul. Contohnya: Jika kaca mata Islam yang dgunakan membaca Alkitab, pasti Alkitab akan dibaca sebagai sasmita/isyarat atau petunjuk datangnya Muhammad sebagai Nabi Islam diserta penolakan atas keilahian Kristus yang terdapat didalamnya, ini yang banyak digunakan oleh para polemikus Islam. Jika kacamata Protestan Injili yang digunakan, maka hal-hal mengenai Sakramen, Maria, Gereja dan Hierarkhi itu pasti akan dilewatkan begitu saja. Jika kacamata Calvinistik yang digunakan, maka ajaran tentang Predstinasi ala Calvinlah yang dtemukan dalam Alkitab. Jika kacamata Kharismatik dan aliran Pantekosta yang digunakan , maka yang ditonjolkan dari Alkitab hanyalah hal-hal mengenai karunia-karunia Roh Kudus serta dalam kacamata ini Alkitab akan dimengerti, sedangkan hal-hal yang lain akan diabaikan. Demikianlah seterusnya. Namun jika kacamata ajaran rasuliah yang kita gunakan, maka segenap kepenuhan ajaran rasuliah dengan segala kepenuhannya yang akan kita temukan dalam Kitab yang rasuliah ini.
REFERENSI
1. Ajaran Iman Gereja Orthodox, oleh Archimandrit Romo Daniel B.D Byantoro, Ph.D.
2. Buku Katekisasi, oleh Romo Yohanes Bambang, MTS.
A. Pembuka
Iman kristen orthodox merupakan kebenaran yang diwahyukan Allah sendiri (Wahyu Illahi). Wahyu sendiri berarti suatu pernyataan atau menyatakan sesuatu yang tersembunyi dan tak diketahui. Wahyu illahi adalah pernyataan Diri Allah sendiri kepada manusia.
Ada 2 tipe wahyu illahi :
a. Wahyu alami (umum)
Di mana Allah menyatakan diriNya secara umum kepada semua umat manusia tanpa pandang ras, latar-belakang kepercayaan dan sebagainya lewat benda-benda jasmani di sekeliling manusia. Contohnya : alam semesta jagad raya yang diciptakan Allah telah disadari manusia secara alami bahwa ada oknum di luar manusia itu sendiri yang maha kuasa dan maha pencipta. Inilah yang dinamakan instink agamawi. Karena itu sang nabi Daud mengatakan : "Langit menceritakan kemuliaanan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaann tanganNya, harimeneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar, tetapi gema mereka terpancar ke seluruh dunia dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi" (Mazmur 19:2-5) Allah tetap menyatakan diriNYa lewat pemeliharaanNya dengan menyediakan hujan dan musim-musim menuai. tetapi manusia telah dibutakan oleh nafsunya sendiri, meskipun kesaksian telah disediakan alam dan kesadaran diri sendiri. Manusia tidak mendengarkan suara hatinya yang terdalam sehingga tidaklah dapat menemukan Allah yang benar. Baca Roma 1:21-22.
b.Wahyu Super-alami (khusus)
Pewahyuan itu pertama kali diberikan kepada Adam sendiri dengan janji akan datangnya "Keturunan Perempuan/Maryam", yaitu Almasih, yang akan "meremukkan kepala Ular/Iblis" (Kejadian 3:15). Dilanjutkan dengan janji Allah kepada Nuh tentang akan dipujinya nama "Allah" dari keturunan Nabi Nuh ini melalui jalur keturunan Sem (Kejadian 9:25-27) Dan dari keturunan Sem ini ternyata Allah dipuji melalui pemilihan Abraham/Ibrahim, melalui jalur Ishak dan Yakub yang kepada mereka dijanjikan akan adanya "keturunan" ( Kejadian 12:3, 22:18, 17:19, 26:4, 35:11), dan keturunan yang dimaksud untuk menjadi berkat bagi seluruh manusia dimuka bumi melalui jalur Ibrahim/Abraham, Ishak dan Yakub ini adalah "Almasih" ("Kristus") (Galatia 3:16). Dari jalur Yakub ini munculnya Bani Israel, dari situ Nabi Musa menubuatkan bahwa dari "tengah-tengahmu" yaitu dari tengah-tengah Israel akan muncul Nabi Besar seperti Musa, dan Nabi ini tak lain adalah Almasih (Ulangan 18:15. Kisah 3: 21-24). Sehingga dengan datangnya Kristus maka segenap nubuat dan wahyu tentang kedatangan Almasih itui sudah tergenapi. Maka Almasih adalah puncak segala wahyu dan akhir dari segala risalah kenabian sebagaimana yang telah dijanjikan Allah melalui nabi-nabiNya terdahulu. Keberadaan Almasih sebagai "Firman Allah yang menjadi daging " ini ( Yohanes 1:14) disaksikan oleh para rasul yaitu murid-murid dan utusan-utusan Almasih. Dan kepada mereka inilah diserahkan wibawa untuk mengajar dan menyebarkan ajaran kebenaran Wahyu yang sudah genap dan paripurna itu di dalam Almasih: Yesus Kristus.
Agama Yahudi hanya menerima wahyu sampai pada nabi-nabi terakhir sebelum Kristus. Maka wahyu illahi yang diterima agama yahudi bukanlah wahyu illahi yang diterima lengkap. sedangkan agama kristen menerima wahyu illahi secara lengkap dengan meneruskan apa yang diterima oleh agama yahudi hingga penggenapannya di dalam Kristus.
B. Sumber Ajaran Keimanan
Sumber ajaran keimanan besaral dari ajaran Para Rasul Kristus itu sendiri. Baik yang bersifat tertulis maupun tidak tertulis (lisan) (Kisah 2:42, Lukas 1:2, Ibrani 2:3, II Tesalonika 2:2,15). Ajaran Para Rasul Kristus yang tertulis (dalam bentuk surat-surat kepada jemaat perdana) akhirnya terkumpul dan melalui proses kanonisasi hingga terbentuk kanon Perjanjian Baru. Sedang ajaran tidak tertulis (lisan) tetap hidup dalam Gereja dalam bentuk Paradosis (Tradisi) Kudus. Dari Paradosis Kudus ini berkembang dalam bentuk kongkrit kehidupan ber-Gereja seperti : Tertib Ibadah, Sakramen-sakramen, Teks-teks Liturgis, Pengakuan Iman, Tulisan Para Bapa gereja, Hirarki Gereja, bentuk seni Gereja, Kehidupan Para Orang Kudus Gereja (Synaxarion), Rumusan-rumusan Konsili-konsili Gereja, Tradisi Dogmatis Gereja.Di dalam konteks Paradosis Kudus sajalah Perjanjian Baru itu dapat dimengerti dan ditafsirkan secara benar dan tidak menyimpang.
Pentingnya Ajaran Rasuliah
a. Para Rasul merupakan pelanjut misi Kristus
Sesudah kebangkitanNya Kristus memerintahkan kepada para rasulNya "... pergilah jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu" (Matius 28:19-20). Para Rasulnya pelanjut misi Kristus, pelaksana sakramen dan pengajar umat Kristus. Ajaran Para Rasul itu bersumber dari segala sesuatu yang telah diterima Para Rasul dari Yesus Kristus itu sendiri. Kristus sendiri yang menetapkan para rasulNya dan memerintahkan mereka untuk mengajar. Jadi siapapun yang ingin mengenal ajaran Yesus Kristus yang benar harus berstandarkan ajaran Para RasulNya.
b. Menangkal Ajaran-ajaran Palsu
Para nabi dan pengajar palsu mulai memutarbalikkan ajaran Kristus seiring dengan kelahiran GerejaNya. Mereka mengatas-namakan dirinya sebagai Mesias sendiri dan mengatas-namakan ajaran mereka sebagai ajaran Yesus Kristus itu sendiri (Matius 24:24, I Yoh 2:18-19). Bahkan Para RasulNya dalam surat-suratnya sudah memperingatkan jemaat perdana supaya waspada bakan muncul dari komunitas Kristen itu sendiri. "Sebab ternyata ada orang tertentu yang meyelusup di tengah-tengah kamu .... yang meyalahgunakan kasih karunia Allah (Yudas 1:4)", "sebagaimana nabi-nabi plasu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan... (II Petrus 2:1)". Para Rasul Kristus dari zaman gereja perdana sudah memperingatkan akan membanjirnya "rupa-rupa angin pengajaran" (Efesus 4:14) di luar ajaran rasuliah.
Oleh sebab itu sekarang kita perlu waspada terhadap bahaya ajaran di luar ajaran Para Rasul. Sekalipun yang membawakan adalah orang yang mengaku Kristen. Mengapa? Bagaimana jika Yesus yang kita mengerti dari para pengajar tadi ternyata Yesus yang lain? Bukankah ini membahayakan keselamatan kita ? Ada orang yang mengatakan:"Yang pentingkan Yesus! Saya tak perlu Gereja, saya tak perlu sejarah, saya tak perlu ajaran rasuliah?" Memang yang penting itu Yesus, dan itu harus menjadi pusatnya, namun Alkitab juga mengatakan adanya "Yesus yang lain", "Injil yang lain", "roh yang lain" (II Korintus 11:4, Galatia 1:8-9)
Lagi pula kita tak akan tahu Yesus tanpa Alkitab, dan Alkitab tak akan ada jika tak ada rasul yang menuliskannya, dan Alkitab (terutama Perjanjian Baru) tak akan terbentuk sebagai kanon jika tak ada Gereja sebagai alat Allah untuk mengkanonkannya. Bukankah jelas bahwa kita tetap tergantung pada rasul juga. Sebab baik tulisan-tulisan dalam Alkitab maupun Gereja (yaitu Gereja rasuliah) itu semua berasal dari karya rasul oleh bimbingan Roh Allah. Adalah hanya suatu kebodohan dan ketidak-terdidikan atau bahkan kecongkakkan dan kepongahan saja mengatakan bahwa kita tidak perlu rasul. Yang lebih penting lagi Alkitab dengan tegas mengatakan yang dibawah ini mengenai ajaran palsu dan para penganutnya."
"Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasehati, hendaklah engkau jauhi. Engkau tahu bahwa orang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri" (Titus 3:10-11), juga: "tetapi sekalipun kami (rasul-rasul sendiri, pen.) atau seorang malaikat dari sorga yangmemberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda ...terkutuklah dia" (Galatia 1:8-9). Mengenai guru palsu diantara umat Kristen itu Rasul Petrus mengatakan: "Mereka adalah orang-orang yang terkutuk. Oleh karena mereka telah meninggakan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka..." (II Petrus 2:14-15). Tak kurang keras dan tegasnya Rasul Yohanes dalam hal ini: "Jika seorang datang kepadamu dan Ia tidak membawa ajaran ini (yaitu: ajaran rasul), janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barang siapa memberi salam keadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat " (II Yohanes 10:11). Ayat-ayat datas dengan tegas memberikan kita perigatan mengenai beberapa hal, yaitu bahwa bidat, yaitu pengikut ajaran non rasuliah yang sesat adalah sesat dan kesesatannya itu menyebabkan dia akan terhukum. Demikian juga Injil yang berbeda, dengan demikian "Yesus yang lain" dan "Roh yang lain" yang diikuti dan diajarkan orang menyebabkan orang yang mengajar dan yang mengikutinya menjadi TERKUTUK. Guru-guru palsu yang yang mengajarkan kesesatan yang tak sesuai dengan ajaran Petrus (ajaran rasuli) itu juga disebut TERKUTUK, menurut Surat kiriman Petrus. Orang yang tak mengajarkan Ajaran Ini yaitu ajaran seperti yang diajarkan rasul Yohanes yaitu ajaran Rasuliah dilarang diterima rumah orang beriman oleh Yohanes dan bahkan dilarang memberi salam kepada orang semacam itu. Dan Yohanes mengatakan apa yang dilakukan oleh para pengajar sesat ini adalah "perbuatan jahat" yaitu karena hal itu menyebabkan kebinasaan kekal. Disinilah perlunya kita merenungkan sejenak akan sikap kita yang terlalu tak peduli akan kebenaran ajaran rasuliah ini. Karena kutuk, hukuman, kesesatan, kejahatanlah yang akan kita terima jika kita salah dalam meyakini ajaran Kristus itu. Jadi tidak cukup hanya mengatakan:"Pokoknya Yesus". Harus ditegaskan: Yesus yang bagaimana? Yang rasuliah atau bukan ?!! Jadi ajaran rasuliah itu bukan hanya ajaran Petrus semata, namun segenap ajaran rasul secara serempak dan bersama yang satu isinya dan satu kebenarannya. Dan kepada ajaran yang satu dan yang sama dari para rasul inilah kita harus kembali dan berpegang, sebab hanya itulah satu-satunya ajaran Kristus yang menjamin kita tak terkutuk, tak terhukum dan tak dianggap berbuat kejahatan.
c. Standar ajaran iman yang benar.
Jadi standard dan ukuran ajaran itu benar atau tidak, bukanlah "pendapatku dan tafsiranku" lawan "pendapatmu dan tafsiranmu", bukan pula karena dikutip dari ayat-ayat Alkitab yang dipenggal-penggal dari beberapa bagian pasal dan ayat tertentu dari kitab-kitab dalam Alkitab, namun seluruh kepenuhan dari kebenaran ajaran rasuliah yang tetap dipelihara oleh Gereja Purba yang sampai sekarang berlanjut di dalam Gereja Orthodox. Oleh sebab itu Alkitab menegaskan tentang standard atau ukuran menyimpang atu tidaknya suatu ajaran itu demikian:"Tetapi aku takut , kalau pikiranmu disesatkan dari kesetiaanmu yang sejatikepada Kristus.... Sebab kamu sabar saja, jika ada orang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberitakan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain daripada yang kamu terima " (II Korintus 11:3-4), juga:"Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang telah ami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang memberitakan kepadamu suatu Injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia" (Galatia 1:8-9), lagi:"....Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi sagala sesuatu yang tersembunyi dalam hari manusia, oleh Kristus Yesus" (Roma 2:16) dan masih ada beberapa ayat lagi yang lain. Dari ayat-ayat ini jelas bahwa menilai suatu ajaran sebagai "Yesus yang lain", sebagai "roh yang lain" dan sebagai "Injil yang lain" atau "Injil yang berbeda" atau ringkasannya sebagai ajaran yang salah, bukanlah dengan apa yang diilhamkan oleh roh secara pribadi kepada perorangan, atau tafsiran pribadi perorangan biarpun kalau itu dikutip dari ayat-ayat Alkitab sekalipun, namun "lain" dan "berbeda"nya tadi harus diukur "dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu," "dengan apa yang telah kamu terima" "dari pada yang telah kami beritakan", "dari pada yang telah kamu terima," yaitu "Injil yang kuberitakan". Jadi standardnya adalah pemberitaan rasuliah yang dterima oleh dan diberitakan kepada Gereja. Artinya ajaran itu harus sesuai dengan iman dan ajaran Gereja Purba (Gereja Orthodox) sebagaimana yang tanpa dikurangi atau ditambahi tanpa diubah-ubah atau diselewengkan - tetap merupakan ajaran Rasuliah yang utuh.
d. Ajaran kebenaran yang diterima dalam Gereja yang satu, kudus, katolik (universal) dan apostolik.
Jadi kebenaran itu bukan bersifat individualistik namun bersifat mata-rantai dari rasul dan bersifat komunal dari pihak yang menerima yaitu Gereja. Ajaran rasuliah yang sekali dan untuk selamanya diserahkan kepada Gereja rasuliah sepanjang segala abad itu yang harus menjadi kaca mata kita dalam mengerti Alkitab, sebab dari situlah konteks dan lingkup Alkitab itu mula-mula ditulis berasal. Membaca Alkitab lepas dari konteks dan lingkupnya akan menuju kepada kesalah-fahaman dan kesesatan saja. Karena tanpa kacamata ajaran rasuliah maka Alkitab yang notabene Kitab Rasuliah tak akan berbicara menurut yang dikehendaki rasul. Contohnya: Jika kaca mata Islam yang dgunakan membaca Alkitab, pasti Alkitab akan dibaca sebagai sasmita/isyarat atau petunjuk datangnya Muhammad sebagai Nabi Islam diserta penolakan atas keilahian Kristus yang terdapat didalamnya, ini yang banyak digunakan oleh para polemikus Islam. Jika kacamata Protestan Injili yang digunakan, maka hal-hal mengenai Sakramen, Maria, Gereja dan Hierarkhi itu pasti akan dilewatkan begitu saja. Jika kacamata Calvinistik yang digunakan, maka ajaran tentang Predstinasi ala Calvinlah yang dtemukan dalam Alkitab. Jika kacamata Kharismatik dan aliran Pantekosta yang digunakan , maka yang ditonjolkan dari Alkitab hanyalah hal-hal mengenai karunia-karunia Roh Kudus serta dalam kacamata ini Alkitab akan dimengerti, sedangkan hal-hal yang lain akan diabaikan. Demikianlah seterusnya. Namun jika kacamata ajaran rasuliah yang kita gunakan, maka segenap kepenuhan ajaran rasuliah dengan segala kepenuhannya yang akan kita temukan dalam Kitab yang rasuliah ini.
REFERENSI
1. Ajaran Iman Gereja Orthodox, oleh Archimandrit Romo Daniel B.D Byantoro, Ph.D.
2. Buku Katekisasi, oleh Romo Yohanes Bambang, MTS.